BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesakakut, yang memerlukan
penanggulangan dengan seksama dan memadai yaitu banyaknya bencana, masalah gizi buruk, meningkatnya berbagai penyakit menular seperti penyakit malaria, Flu
Burung, dan DBD. Permasalahan dan tantangan dibidang kesehatan yaitu belum meratanya kemajuan dan kualitas kesehatan diseluruh negeri. Hal ini ditandai dengan
masih adanya disparitas status kesehatan kelompok masyarakat miskin dengan kelompok masyarakat lainnya cukup besar. Selain tantangan di Indonesia, dunia juga
sedang menghadapi krisis pangan, krisis ekonomi, krisis energi, peningkatan suhu bumi, yang kesemuanya langsung maupun tidak,akan berdampak pada kesehatan
masyarakat Depkes RI, 2010 Pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan berwawasan kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan Depkes, 2000. Berbagai masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat turut mempengaruhi upaya
pelaksanaan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, salah satunya adalah masalah gizi. Ketidakseimbangan gizi dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia
Latief, 1999. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein KEP, masalah Anemia Besi,
Universitas Sumatera Utara
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY, masalah Kurang Vitamin A KVA dan masalah obesitas terutama dikota-kota besar Supariasa dkk, 2002.
Masalah gizi perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Sekitar 37,3 juta penduduk hidup
dibawah garis kemiskinan, setengah dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang dan lebih dari
100 juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang perlu mendapat perhatian
sungguh-sungguh untuk diatasi. Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan
jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan
gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen
dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh
karena itu pangan dan jumlah dan mutu yang memadai harus selalu tersedia dan dapat diakses oleh semua orang pada setiap saat. Bahasan tersebut menggambarkan betapa
eratnya kaitan antara gizi masyarakat dan pembangunan pertanian. Kelompok anak sekolah 6-13 tahun termasuk kedalam kelompok yang
mempunyai resiko tinggi, salah satunya karena masalah pertumbuhan. Hal ini juga menyangkut dengan asupan gizi apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan
kebutuhan kalori untuk pertumbuhan maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya
Universitas Sumatera Utara
dapat menghambat pertumbuhan anak. Dalam istilah pertumbuhan anak harus diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Anak merupakan bagian dari
masyarakat yang perlu diperhatikan dari segi tumbuh kembangnya, karena anak-anak paling rentan terhadap berbagai gangguan tumbuh kembang sehingga usaha
perbaikan gizi harus ditujukan terutama pada anak-anak. Kualitas tumbuh kembang pada masa anak-anak akan menentukan banyak aspek kehidupan termasuk kesehatan,
intelektual, prestasi, dan produktivitas dikemudian hari Suhardjo, 2003. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak usia tersebut
merupakan generasi penerus bangsa. Tumbuh kembangnya anak sekolah usia yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar.
Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemebrian nutrisi atau asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Banyak sekali masalah yang
ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan system tubuh
anak Judarwanto, 2008. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2007 ditemukan
angka kekurusan di Sumatera Utara adalah 12,4 untuk anak laki-laki dan 9,7 pada anak perempuan, angka kekurusan pada anak baru sekolah di Kota Medan
adalah 11,1 pada anak laki-laki dan 7,4 pada anak perempuan. Angka ini lebih tinggi dari angka kekurusan Provinsi Sumatera Utara yaitu 12,4 pada anak laki-laki
dan 9,7 pada anak perempuan. Konsumsi susu per kapita di Indonesia tahun 2010 adalah 11,84 liter. Indonesia
berada pada deretan terbawah konsumsi susu di Asia Tenggara maupun negara
Universitas Sumatera Utara
berkembang lain. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, India yang masing-masing adalah 50,26 liter, 47,35 liter, dan 12,35 liter.
Orang Thailand mengkonsumsi Sembilan gelas, dan orang Filipina delapan gelas per orang setiap bulan. Kalau dihitung tingkat dunia, konsumsi perkapita per tahun
adalah 40 liter. Thailand 21 liter perkapita per tahun. Filipina juga 21 liter per tahun. Negara-negara di Asia jumlah konsumsi susunya masih jauh lebih sedikit
dibandingkan negara lainnya didunia. Cina mengkonsumsi 17,2 liter per ton per tahun, jerman mencapai 92,3 liter, Amerika 83,9 liter, diikuti Belanda 122,9 liter,
Swedia 145,5 liter, dan Finlandia 183,9 liter Tempo, 2008. Jadi, lengkaplah alasan mengapa susu masih menjadi barang mahal. Alasan kedua mengapa kita jarang
minum susu adalah takut dengan masalah laktosa. Pada usia bayi dan anak-anak tubuh kita menghasilkan enzim laktosa dalam jumlah cukup sehingga susu dapat
dicerna dengan baik. Ketika menginjak usia dewasa keberadaan enzim lactase semakin menurun sehingga sebagian dari kita akan menderita diare bila minum susu.
Penelitian di AS membuktikan bahwa konsumsi susu satu-dua cangkir pada penderita laktosa ini tampaknya perlu bagi kita untuk sesering mungkin
memperkenalkan susu kepada tubuh kita sehingga akan semakin terlatih untuk menerima laktosa. Susu secara terus-menerus mungkin akan bermanfaat bagi tubuh
untuk tidak memberikan respons negatif terhadap kehadiran laktosa. Piramida makanan di negara maju seperti Amerika menempatkan susu dan produk lainnya
seperti keju dan mentega pada posisi puncak. Piramida makanan Indonesia menempatkan lauk pauk secara keseluruhan termasuk susu pada posisi teratas. Hal
ini menunjukkan bahwa susu bagi bangsa Indonesia belum memiliki status penting
Universitas Sumatera Utara
seperti halnya di negara- negara yang sudah maju. Terkait dengan masalah osteoporosis keropos tulang, maka susu mempunyai peranan penting untuk
mencegah penyakit ini. Susu adalah sumber kalsium dan fosfor yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Tulang manusia mengalami penurunan yaitu peluruhan
dan pembentukan secara berkesinambungan. Pada saat usia muda khususnya anak- anak, formasi tulang berlangsung lebih intens dibandingkan resorpsinya. Sementara
pada usia tua resorpsi berlangsung lebih cepat di bandingkan formasinya. Itulah sebabnya pada usia tua terjadi apa yang disebut gradual lose of bone proses
kehilangan masa tulang. Angka kecukupan gizi kalsium adalah 800- 1200 mgoranghari. Ini setara dengan tiga-empat gelas susu Roberts, 2000.
Menurut Khomsan 2007, Dosen Gizi Masyarakat menjelaskan bahwa budaya minum susu yang masih sangat rendah dipahami dari beberapa segi. Pertama, susu
masih dianggap barang luks yang harganya mahal. Ditengah kehidupan yang semakin sulit akibat krisis berkepanjangan, maka dapat dimaklumi kalau mayoritas
masyarakat Indonesia lebih mementingkan membeli pangan sumber karbohidrat daripada sumber proteinmineral. Yang penting perut seluruh anggota keluarga bisa
kenyang, sementara gizi adalah urusan belakangan. Mahalnya harga susu mungkin disebabkan oleh sistem peternakan sapi perah di Indonesia yang belum efisien. Dan
hal ini terjadi karena sapi perah sebenarnya berasal dari negara-negara subtropis, sehingga ketika harus berproduksi dinegara tropis seperti Indonesia susu yang
dihasilkan tidak sebanyak seperti dinegara asalnya. Susu mengandung lima kelengkapan gizi utama, yaitu karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral. Namun, konsumsi susu orang Indonesia saat ini masih
Universitas Sumatera Utara
sangat rendah, yaitu sekitar dua gelas per orang setiap bulan. Jadi kalau dirata- ratakan, setiap harinya orang Indonesia hanya minum dua-tiga sendok. Rendahnya
konsumsi susu di Indonesia itu, disebabkan banyak faktor, misalnya susu dianggap mahal, sehingga daya beli masyarakat kecil. Tetapi, bisa juga akibat kurangnya
pemahaman akan manfaat susu. Mengingat usia anak sekolah pada masa perkembangan dan pertumbuhan maka untuk itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan perilaku minum susu pada anak sekolah. Karena kita ketahui perilaku minum susu merupakan perilaku kesehatan. Perilaku kesehatan yang sudah menjadi
kebiasaan pada masa dini akan menjadi dampak yang baik dan berguna di masa yang akan datang.Depkes, 2000
Sekolah SD Budi Murni 1 merupakan salah satu sekolah swasta terbaik diantara sekolah lainnya yang berada di Kecamatan Medan Timor. Dimana sekolah ini
memiliki kategori baik dan berprestasi dalam belajar. Dari observasi dan wawancara peneliti di SD Budi Murni 1 pada bulan
November 2011 kepada Kepala Sekolah terdapat 365 jumlah siswa kelas I-VI SD dengan rentang usia pada sekolah ini berada pada usia 6-12 tahun atau masih
tergolong usia anak-anak. Ketika diwawancarai didapatkan jumlah siswa yang minum susu adalah sekitar 80 dari 365 siswa. Oleh karena itu peneliti memilih lokasi
tersebut karena perlu menemukan gambaran karakteristik siswa SD dan kebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
1.2.Perumusan Masalah
Mengetahui gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu di SD di Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik siswa dan kebiasaan minum susu pada siswa SD di Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik siswa yaitu : umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan orang tua, dan sumber informasi siswa di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa dan kebiasaan minum susu di SD
Budi Murni 1 Medan tahun 2012. 3.
Untuk mengetahui tingkat sikap siswa dankebiasaan minum susu di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
4. Untuk mengetahui frekuensi minum susu siswa di SD Budi Murni 1 Medan
tahun 2012. 5.
Untuk mengetahui waktu minum susu siswa di SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
6. Untuk mengetahui akses atau tempat siswa mendapatkan susu di SD Budi
Murni 1 Medan tahun 2012.
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak :
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi pihak Sekolah sebagai bahan informasi mengenai gambaran karakteristik
siswa dan kebiasaan minum susu pada siswa SD Budi Murni 1 Medan tahun 2012.
2. Bagi lintas sektor terkait Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan dapat
memberikan informasi tentang pentingnya minum susu sejak usia dini guna untuk memperbaharui kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA