62
perusahaan pengangkut BBM ataupun kedua hal tersebut sekaligus dalam hal perusahaan pengangkut BBM danatau pekerjanya melakukan
penggelapan, penipuan, persekongkolan, pemberian, penyuapan uang, komisi danatau materi kepada pekerja perusahaan industri atau
pemberian dalam bentuk apapun atau tindakan lain yang dapat disamakan dengan korupsi danatau kolusi menurut pengertian umum;
f. Apabila perusahaan industri menilai kekurangan jumlah minyak sering terjadi maka perusahaan industri dapat membatalkan secara sepihak surat
perjanjian ini dan perusahaan industri dapat seketika menunjuk pihak lain untuk melaksanakan pengangkutan;
2 Pengakhiran Perjanjian yang diakibatkan oleh sebab-sebab yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini tidak melepaskan kewajiban Pihak yang melakukan
wanprestasi untuk mengganti setiap Kerugian yang diderita pada Pihak lainnya.
3 Para Pihak sepakat melepaskan penerapan Pasal 1266 dan 1267 Undang- Undang Perdata Republik Indonesia.
2. Bentuk Perjanjian Pengangkutan BBM Industri
Pada umumnya perjanjian tidak terikat terhadap suatu bentuk tertentu, dapat dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat
sebagai alat bukti apabila terjadi perselisihan.
53
53
Mariam Darus Badrulzaman, dkk., Op. Cit., hal. 65.
Universitas Sumatera Utara
63
Untuk beberapa perjanjian tertentu undang-undang menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu
tidak sah. Dengan demikian bentuk tertulis tadi tidaklah hanya semata-mata merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat untuk adanya
bestaarwaarde itu.
54
Selanjutnya, perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, di antaranya perjanjian bernama benoemd dan perjanjian tidak bernama
onbenoemde overeenkomst. Perjanjian bernama atau perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya ialah bahwa perjanjian-
perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang berdasrkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus
terdapat dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata. Kemudian di luar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian-
perjanjian yang tidak diatur secara khusus di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak berbatas dengan nama yang
disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti perjanjian kerjasama. Lahirnya perjanjian ini di dalam praktek adalah
berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonom.
55
Pasal 1319 KUHPerdata menegaskan semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama
54
Ibid., hal. 65-66.
55
Ibid., hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
64
tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam KUHPerdata. Ketentuan yang mengatur mengenai perjanjian terdapat di dalam
Buku III KUH Perdata, yang memiliki sifat terbuka artinya ketentuan- ketentuannya dapat dikesampingkan, sehingga hanya berfungsi mengatur saja.
Sifat terbuka dari KUH Perdata ini tercermin dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang mengandung asas kebebasan berkontrak, maksudnya setiap
orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi perjanjian asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesusilaan
dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat di dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
Suatu perjanjian pada dasarnya harus memuat beberapa unsur perjanjian yaitu:
56
1 Unsur essentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian,
seperti identitas para pihak yang harus dicantumkan di dalam suatu perjanjian;
2 Unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian,
walaupun tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-masing pihak dalam perjanjian;
3 Unsur accidentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak
dalam perjanjian.
56
R.Subekti, Aneka Perjanjian, Cet.VII, Alumni, Bandung, 1985, hal. 20.
Universitas Sumatera Utara
65
KUHPerdata memberikan kebebasan bagi para pihak untuk melakukan perjanjian, namun demikian KUHPerdata juga membedakan jenis dari pada
perjanjian tertulis akta tersebut secara otentik dan akta dibawah tangan yang dilakukan para pihak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1874 ayat 1 KUH
Perdata
57
akta dibawah tangan adalah: 1
tulisan atau akta yang ditandatangani dibawah tangan; 2
tidak dibuat dan ditandatangani dihadapan pejabat yang berwenang pejabat umum, tetapi dibuat sendiri oleh seseorang atau para pihak;
3 secara umum terdiri dari segala jenis tulisan yang tidak dibuat oleh atau di
hadapan pejabat, meliputi surat-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga, lain-lain tulisan yang dibuat tanpa pejabat umum
Singkat kata, segala bentuk tulisan atau akta yang bukan Akta Otentik disebut Akta Dibawah Tangan atau dengan kata lain, segala jenis kata yang tidak dibuat
oleh atau dihadapan pejabat umum, termasuk rumpun Akta Dibawah Tangan.
58
Sedangkan yang dimaksudkan dengan akta otentik dapat dilihat dari bunyi Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan, suatu akta otentik adalah suatu akta yang
dalam bentuk ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan
57
Pasal 1874 ayat 1 KUH Perdata berbunyi : Yang dianggap sebagai tulisan di bawah tangan adalah akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah tangga dan tulisan
tulisan lain yang dibuat tanpa perantaraan seorang pejabat umum.
58
R. Subekti, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hal 9
Universitas Sumatera Utara
66
pejabat umum yang berkuasa untuk itu di tempat akta itu dibuat misalnya Notaris yang diberikan kewenangan oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris. Perjanjian pengangkutan BBM Industri yang dilakukan perusahaan
industri PT. Pulp Lestari Tbk dengan perusahaan angkutan BBM mobil tangki PT. Yunita Permai Budiman yang dijadikan objek penelitian merupakan
perjanjian tertulis yang dibuat secara dibawah tangan. Hal ini terlihat dari perjanjian tersebut hanya ditandatangani kedua belah pihak yang berperjanjian,
dalam hal ini diwakili Direktur masing-masing perusahaan badan hukum tersebut. Perjanjian tersebut tidak dibuat oleh atau dihadapan Notaris sebagai
pejabat yang berwenang untuk itu. Perjanjian
dibawah tangan
merupakan perjanjian
yang hanya
ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan
mengikat pihak ketiga. Akibatnya, jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban
mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk membuktikan bahwa keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan. Sedangkan
perjanjian yang dibuat dan oleh Notaris dalam bentuk akta notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka Notaris. Jenis dokumen
Universitas Sumatera Utara
67
ini merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga.
59
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa perjanjian pengangkutan BBM Industri yang dijadikan objek penelitian dilakukan secara dibawah tangan.
Walaupun demikian, tidak berarti bahwa perjanjian pengangkutan BBM Industri itu tidak memiliki kekuatan hukum atau tidak sah. Perjanjian pengangkutan
BBM itu adalah sah karena para pihak mengakui keberadaan dari isi perjanjian tersebut, tetapi perjanjian itu hanya mengikat para pihak yang berperjanjian saja.
Akibatnya perjanjian yang dibuat secara dibawah tangan itu harus diotentikkan ulang penetapan pengadilan oleh para pihak apabila hendak dijadikan alat
bukti bersengketa di pengadilan. Oleh karena itu menurut penulis sebaiknya para pihak dalam melakukan perjanjian pengangkutan BBM industri dilakukan secara
Notaril atau dihadapan Notaris sebagai pejabat yang berwenang membuat akta perjanjian oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
sehingga perjanjian itu menjadi suatu akta otentik sehingga tidak hanya mengikat para pihak yang berperjanjian tetapi juga mengikat pihak ketiga serta
memiliki kekuatan pembuktian sempurna apabila bersengketa di hadapan Pengadilan.
59
Salim H.S., Hukum Kontrak, Teori Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika Jakarta, 2005, hal. 43.
Universitas Sumatera Utara
68
3. Kekuatan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan BBM Indsutri