91
hukum pengangkutan yang dianut Indonesia adalah prinsip tanggung jawab kesalahan dan tanggung jawab praduga. Jadi tanggung jawab karena kesalahan
merupakan asasnya
sedang tanggung
jawab praduga
merupakan pengecualiannya. Sebagai yang diatur dalam Pasal 468 dan 522 KUHD
pengangkut wajib menjaga keselamatan barang dan penumpang yang diangkut sampai ke tempat tujuan.
79
Dengan demikian para pihak dalam perjanjian pengangkutan barang maka pengangkut mempunyai kewajiban menjaga keselamatan barang yang
diangkutnya sejak dimuat sampai dengan penyerahannya di lokasi, sedangkan pemilik barangpenerima barang berkewajiban untuk membayar ongkos-ongkos
pengangkutan atas pengangkutan barang yang diperintahkan untuk diangkut tersebut.
B. Pelaksanaan Atas Pemenuhan Kewajiban Pengangkut BBM Industri
1. Resiko Penyusutan Volume dan Kualitas Keaslian BBM
Perjanjian pengangkutan mewajibkan pengangkut untuk menjaga keselamatan barangpenumpang yang diangkut, mulai saat diterimanya barang
hingga saat diserahkannya barang tersebut. Demikian juga dalam perjanjian pengangkutan BBM yang dilakukan para pihak yang dijadikan objek penelitian
yaitu perusahaan industri PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan perusahaan angkutan PT. Yunita Permai Budiman.
79
Ibid., hal. 17.
Universitas Sumatera Utara
92
Dalam Perjanjian Pengangkutan BBM Industri yang dijadikan objek penelitian ditentukan kualitas dan kuantitas penerimaan BBM sebagai berikut:
1. Berdasarkan kesepakatan para pihak bahwa Bahan Bakar Minyak yang diangkut tidak akan berubah kwalitas maupun kwantitasnya
sesuai dengan yang tercantum dalam Delivery Order DO dan atau Nota Penyerahan BBM dan atau Surat Pengantar Pengiriman SPF
BBM yang dikeluarkan Pertamina;
2. Atas persetujuan kedua belah pihak, untuk mengukur dan atau menilai kwalitas minyak kadar air, kandungan tangki atau specific
gravity akan dipakai hasil analisa laboratorium PIHAK PERTAMA sebagai pedoman. Apabila hasil analisa laboratorium tersebut
menunjukkan adannya kelainandeviasi dan mutu minyak sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Pertamina, maka minyak
tersebut akan ditolak dan PIHAK KEDUA berkewajiban untuk mengganti dengan uang sebesar 1 satu kali volume yang tertera
pada Delivery Order DO dan atau Nota Penyerahan BBM dan atau Surat Pengantar Pengiriman SPP BBM yang dikeluarkan
Pertamina.
80
Pihak pengangkut menyepakati BBM yang diangkut tersebut tidak akan berubah kualitas maupun kuantitasnya kualitas dan volume BBM sesuai yang
tercantum pada Delivery Order dari Depo Pertamina. Adapun pengukuran kualitas dan volume BBM tersebut dipakai hasil analisa laboratorium perusahaan
industri. Pengangkut bertanggung jawab atas kualitas dan volume BBM yang diangkutnya dan akan dikenakan ganti rugi atas ketentuan tersebut.
Pengukuran penyusutan kualitas BBM pada perjanjian pengangkutan BBM tersebut ditentukan berdasarkan berat timbangan yang tercantum pada
Surat Bukti Timbangan yang dikeluarkan perusahaan industri merupakan
80
Pasal 6 Perjanjian Pengangkutan Bahan Bakar Minyak No. 001PABBMTPLI2010 antara PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan PT. Budiman Yunita Permai
Universitas Sumatera Utara
93
pedoman bagi kedua belah pihak untuk menghitung volume minyak yang diangkut dan jumlah yang akan ditagih kepada pengangkut bilamana ada
kekurangan volume yang diterima setelah dikalkulasi dengan ketentuan berikut ini:
a. Perhitungan DensitySpecific Gravity dihitung berdasarkan density aktual yang ditentukan oleh pemeriksaan laboratorium PIHAK
PERTAMA yang kemudian dikonversikan pada density 150 C limabelas derajat Celsius dengan memakai tabel ASTM dan
dibandingkan dengan density yang tercantum pada Delivery Order DO dan atau Nota Penyerahan BBM dan atau Surat Pengantar
Pcngiriman SPP BBM yang dikeluarkan Pertamina,
b. Khusus untuk pengiriman solar, apabila selisihnya lebih besar dari pada 0,005 toleransi perbedaan density pada suhu 150 C lirnabelas
derajat Celcius untuk solar adalah sebesar 0,005, maka pengiriman BBM tersebut akan ditolak.
c. Khusus untuk pengiriman IDO danatau MFO tidak mengacu pada tabel ASTM. Toleransi perbedaan density adalah 0,01. Apabila selisih
density yang diperiksa oleh laboratorium PIHAK PERTAMA dibandingkan dengan density yang tercantum pada Delivery Order
DO, Nota Penyerahan BBM dan atau Surat Pengantar Pengiriman SPP BBM yang dikeluarkan Pertamina melebihi 0,01, maka
pengiriman IDO danatau MFO tersebut akan ditolak.
d. Untuk memeriksa kandungan air akan dipakai pasta yang dinamakan Water Finding Paste. Apabila minyak yang diangkut mengandung air,
ataupun bahan bahan lain maka penyerahan minyak tersebut langsung ditolak oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA wajib
membayar kepada PIHAK PERTAMA uang tunai sebesar nilai volume minyak yang tertera pada Delivery Order DO, Nota
Penyerahan BBM dan atau Surat Pengantar Pengiriman SPP BBM yang
dikeluarkan PERTAMINA
dan ongkos
angkut untuk
pengangkutan yang ditolak tersebut tidak akan dibayar oleh PIHAK PERTAMA.
81
81
Pasal 7
ayat 2
Perjanjian Pengangkutan
Bahan Bakar
Minyak No. 001PABBMTPLI2010 antara PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan PT. Budiman Yunita Permai
Universitas Sumatera Utara
94
Pengukuran penyusutan kualitas BBM pada perjanjian pengangkutan BBM sebagaimana disebutkan di atas diukur berdasarkan pemeriksaan
laboratorium perusahaan industri. Sedangkan, untuk menghitung volume BBM yang diangkut oleh pihak
pengangkut, rumusformula yang dipakai para pihak dalam perjanjian pengangkutan BBM tersebut adalah sebagai berikut:
Cara menghitung volume tangki: Volume tangki adalah:
SG W
Dirnana SG =
Specific Gravity
yang diperoleh dan Hasil Analisa Laboratorium PIHAK PERTAMA.
W = Berat bersih minyak pada mobil tangki menurut jembatan timbang PIHAK PERTAMA. berat mobil tangki dalam keadaan penuh
dikurangi berat mobil tangki dalam keadaan kosong. Batas toleransi penyusutan volume minyak yang diberikan oleh PT. Toba
Pulp Lestari Tbk. sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pertamina sebesar 0.5 nol koma limapersen dari volume minyak yang tertera pada
Delivery Order
DO, Nota Penyerahan BBM danatau Surat Pengantar Pengiriman SPP BBM yang dikeluarkan oleh Pertamina.
82
Penyusutan volume BBM yang diangkut oleh pihak pengangkut sudah disepakati untuk diukur berdasarkan timbangan pada perusahaan industri dengan
memperkirakan batas toleransi penyusutan volume BBM sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pertamina.
Sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya
dalam perjanjian
pengangkutan BBM yang dilakukan objek penelitian tersebut, lokasi pembongkaran BBM dibedakan atas 2 kelompok lokasi, yaitu:
82
Pasal 7
ayat 3
Perjanjian Pengangkutan
Bahan Bakar
Minyak No. 001PABBMTPLI2010 antara PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan PT. Budiman Yunita Permai
Universitas Sumatera Utara
95
1 Lokasi Pabrik di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir
2 Lokasi Sektor Aek Nauli, Sektor Habinsaran, Sektor Tele dan Sektor Tarutung
Pengukuran kualitas dalam perjanjian dihitung dengan cara yang sama pada kedua lokasi yaitu berdasarkan laboratorium perusahaan industri, demikian
juga perhitungan batas toleransi sesuai ambang batas yang ditetapkan Pertamina. Namun, tata cara pengukuran volume BBM berbeda di kedua lokasi tersebut.
Pada lokasi pabrik di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir diukur dengan cara berat bersih BBM pada mobil tangki menurut
jembatan timbang perusahaan industri berat mobil tangki dalam keadaan penuh dikurangi berat mobil tangki dalam keadaan kosong dibandingkan dengan
specific gavity
yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium perusahaan industri. Jadi pengukuran sudah menggunakan alat ukur pada laboratorium
setelah dilakukan penimpangan terhadap mobil tangki yang bermuatan BBM tersebut.
Sedangkan untuk lokasi Sektor Aek Nauli, Sektor Habinsaran, Sektor Tele dan Sektor Tarutung, hanya dilakukan pengukuran secara manual, yaitu
penghitungan penyusutan BBM dengan menggunakan tongkat
stick
yang telah diberi ukuran dengan satuan centimeter cm. Pada saat pengajuan BBM maka
Universitas Sumatera Utara
96
pihak perusahaan industri bersama supir pengangkut memasukkan tongkat tersebut tegas lurus pada
monhole
dan ketinggiannya dicatat serta dibandingkan dengan data yang tertera pada Nota Penyerahan BBM.
83
Pengukuran kualitas dan volume BBM diperlukan untuk mengetahui kualitas dan volume BBM yang diangkut telah sesuai dengan
Delivery Order
dari Depo Pertamina yang menjadi tanggung jawab pihak pengangkut, dan dalam perjanjian telah ditentukan ganti rugi yang harus dibayar pengangkut.
Dalam perjanjian pengangkutan BBM yang dijadikan objek penelitian ditentukan, apabila terjadi selisih atau penyusutan dari kualitas atau kandungan
BBM menurun dari aslinya maka penyerahan minyak langsung ditolak oleh perusahaan industri, dan pengangkut wajib membayar uang tunai sebesar nilai
volume minyak yang diangkut tersebut. Demikian juga untuk volume, apabila volume yang diterima oleh perusahaan industri tidak mencukupi maka
pengangkut berkewajiban untuk membayar dengan uang sebesar 1 satu kali dari volume yang kurang tersebut dengan cara memotong tagihan pengangkut
bila ada, dan apabila tagihan pengangkut tidak ada atau tidak mencukupi, maka pihak pengangkut harus membayar secara tunai kepada perusahaan industri
terhadap volume kekurangan tersebut.
84
83
Pasal 8 Perjanjian Pengangkutan Bahan Bakar Minyak No. 001PABBMTPLI2010 antara PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan PT. Budiman Yunita Permai
84
Pasal 7
ayat 4
Perjanjian Pengangkutan
Bahan Bakar
Minyak No. 001PABBMTPLI2010 antara PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan PT. Budiman Yunita Permai
Universitas Sumatera Utara
97
Dengan demikian untuk pemenuhan kewajiban pihak pengangkut BBM maka secara tegas dalam perjanjian pengangkutan BBM ditentukan volume dan
kualitas keaslian BBM yang diangkut pihak angkutan harus tetap terjaga dan apabila terjadi penyusutan volume ataupun perubahan kualitas BBM ketika
sampai di lokasi pembongkaran pada perusahaan industri maka pihak angkutan bertanggung jawab berupa denda untuk membayar kekurangan volume BBM.
Pemenuhan kewajiban menjagai volume BBM ini merupakan kendala tersendiri dalam pengangkutan BBM, karena sifat dari volume BBM yang akan
menyusut dalam iklim yang dingin. Untuk itu dalam perjanjian telah dilakukan ambang batas toleransi penyusutan BBM yang diangkut. Sehingga bila terjadi
penyusutan dari ambang batas toleransi maka pihak pengangkut harus bertanggung jawab. Ketentuan ambang batas toleransi adalah hasil pengujian
laboratorium terhadap suhu awal minyak yang diangkut dari Depo Pertamina Belawan sampai pada iklim di lokasi pembongkaran.
Volume BBM yang diangkut mobil tangki dapat menyusut karena dipengaruhi iklim, tetapi selain itu tentunya tidak dapat dipungkiri penyusutan
volume BBM juga dapat terjadi karena unsur kesengajaan dari oknum pengangkut sendiri. Misalnya supirkernet dari mobil angkutan itu dengan
sengaja melakukan penjualan sebagian BBM tersebut di jalan sebelum sampai ke
Universitas Sumatera Utara
98
lokasi pembongkaran BBM, sehingga terjadi penyusutan BBM. Apabila hal ini terjadi maka wajar pihak pengangkut harus dibebani pembayaran ganti rugi atas
kekurangan volume BBM tersebut. Menurut keterangan nara sumber dari pihak pengangkut apabila terjadi
penjualan BBM isi mobil tangki oleh oknum supirkernet maka hal ini dapat diketahui oleh Petugas penerima BBM di lokasi pembongkaran, karena BBM
yang diangkut dari Depo Pertamina Belawan adalah dilengkapi segel penutup berupa kawat aluminium dan plat aluminium yang dipasang oleh petugas
pengisian Pertamina pada setiap pintu lobang atas tangki pengisian demikian juga pada kran tempat pengeluaran minyak pada mobil tangki tersebut. Sehingga
apabila terjadi penjualan BBM di jalan maka segel penutup ini akan rusak, dan wajar pihak penerima BBM menolak untuk dilakukan pembongkaran BBM
tersebut. Namun dari beberapa kasus penyusutan volume BBM yang diklaim oleh perusahaan penerima BBM ternyata segel penutup tangki minyak masih
utuh atau tidak ada kerusakan. Jadi sangat kecil kemungkinan terjadi penyusutan volume BBM yang diangkut karena kesengajaan oknum supirkernet menjual
BBM tersebut di jalan menuju ke lokasi sebelum sampai di lokasi pembongkaran.
85
85
Hasil wawancara dengan Ibu Mayline Rotua Gultom, Direktur PT. Yunita Permai Budiman Medan, tanggal 15 Desember 2010 di Medan.
Universitas Sumatera Utara
99
Ketetapan kualitas dan volume BBM yang diangkut oleh pihak pengangkut ini bukan hanya ditetapkan secara sepihak oleh perusahaan industri
tetapi sudah menjadi kesepakatan bersama bahwa perusahaan pengangkut BBM bersedia mengangkut BBM dan menjaga agar BBM tersebut dalam keadaan baik
kualitas dan volumenya sesuai volume yang tertera pada
Delivery Order
dari Depo Pertamina tempat pengisian minyak. Perusahaan industri mengacu pada
kualitas dan volume yang tercantum pada
Delivery Order
tersebut dan membandingkan dengan kualitas dan volume BBM yang ada di dalam mobil
tangki, dengan analisis laboratorium perusahaan. Sehingga apabila terjadi penurunan kualitas atau penyusutan volume dari batas toleransi yang telah
ditentukan maka perusahaan industri tidak menerima minyak tersebut. Jadi, ketetapan itu sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak.
86
Selanjutnya dalam perjanjian pengangkutan BBM terkait dengan resiko yang harus ditanggung pihak pengangkut, selain dari batasan toleransi
penyusutan volume BBM ataupun kualitas keaslian BBM, juga telah diatur hal-hal yang tidak menjadi tanggung jawab pihak pengangkut terhadap BBM
yang diangkut. Artinya sesuatu yang terjadi di luar kemampuan
force majeur
pihak pengangkut BBM sehingga mengakibatkan tidak terpenuhinya pengiriman BBM tersebut.
86
Hasil wawancara dengan Bapak Firman Purba, Direktur PT. Toba Pulp Lestari Tbk, tanggal 28 Januari 2011 di Porsea. .
Universitas Sumatera Utara
100
Keadaan memaksa adalah suatu keadaan yang tidak dapat diketahui sebelumnya, yang menyebabkan kesukaran dalam pelaksanaan kontrak
perjanjian dan yang menyebabkan terhalangnya pemenuhan perikatan.
87
Keadaan memaksa tidak hanya terbatas pada bencana alam seperti banjir, gempa bumi,
angin topan dan macam-macam keadaan yang disebabkan oleh alam, tapi juga termasuk kebakaran, pemogokan umum, sabotase serta hal-hal yang berada
diluar kekuasaan atau kemampuan kedua belah pihak. Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa itu ialah:
1 Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan untuk berprestasi, ini dapat bersifat tetap atau sementara.
2 Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan atau memusnahkan benda yang menjadi objek perikatan, ini selalu bersifat tetap.
3 Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan baik oleh debitur maupun kreditur, jadi bukan karena
kesalahan para pihak.
88
Tidak terlaksananya kewajiban dari para pihak dalam Perjanjian Pengangkutan BBM yang dijadikan objek penelitian yang termasuk
force majeur
ditentukan sebagai berikut:
87
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 3, Djambatan, Jakarta, 1983, hal. 34.
88
Subekti, Op. Cit., hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
101
1. Apabila Para Pihak tidak dapatgagal untuk memenuhi apa yang menjadi kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Perjanjian ini
yang disebabkan oleh suatu tindakan atau kejadian diluar kemampuan yang secara langsung mempengaruhi pelaksanaan kewajiban, antara
lain tetapi tidak terbatas pada keadaan banjir, gempa bumi, epidemi, pemberontakan, huru-hara, peperangan maka pihak yang tekena
kejadian tersebut “
Force Majeure
”, dibebaskan dari tuntutan gugatan.
2. Pihak yang mengalami kejadian
Force Majeure
wajib selambat- lambatnya dalam waktu 24 duapuluh empat jam terhitung sejak
kejadian
Force Majeure
melaporkan kepada kepada Pihak lain, kelalaian melaporkan menyebabkan kejadian
Force Majeure
dianggap tidak terjadi sehingga tidak mengurangi kewajiban untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian, terkecuali dapat
dibuktikan bahwa pemberitahuan kepada Pihak lain dalam tenggang waktu 24 duapuluh empat jam termaksud juga berada di luar
kekuasaan Pihak yang mengalatni
Force Majeure
. 3. Pihak yang mengalami
Force Majeure
dengan itikad baik wajib menginformasikan perkiraan berakhimya
Force Majeure
dan memberitahukan secara terus menerus perkembangan kejadian
sampai dengan berakhirnya kejadian
Force Majeure
. 4. Dalam hal kejadian
Force Majeure
berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 7 tujuh hari kalender terhitung sejak timbulnya
Force Majeure
, pihak yang tidak mengalami
Force Majeure
dapat mengakhiri Perjanjian ini dengan terlebih dahulu mengadakan
pembebasan dan perhitungan selesai.
89
Resiko penyusutan BBM yang melebihi ambang batas toleransi penyusutan adalah menjadi tanggung jawab pihak pengangkut sesuai dengan
ambang batas toleransi penyusutan. Sedangkan dalam hal penyusutan volume atau hal-hal yang lain yang dapat merugikan pihak pemilik BBM tetapi dapat
dibuktikan bahwa terjadinya kerugian itu di luar kemampuan pihak pengangkut BBM maka pihak pengangkut dapat dibebaskan dari tanggung jawab tersebut.
89
Pasal 13 Perjanjian Pengangkutan Bahan Bakar Minyak No. 001PABBMTPLI2010 antara PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan PT. Budiman Yunita Permai
Universitas Sumatera Utara
102
2. Pengangkutan BBM Harus Tepat Waktu Sampai ke Lokasi