c. Tempat pelayanan KB
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa tempat pelayanan KB terdekat akan menentukan ibu untuk memilih alat kontrasepsi IUD, akseptor menjelaskan
bahwa jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan KB akan memudahkan
ibu untuk berkonsultasi dan kontrol ulang. 2.4.3 Faktor Pendorong
a. Petugas kesehatan
Hasil penelitian Wiadnyana 1995, menemukan adanya hubungan antara sikap petugas dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD. Wiadnyana
menyarankan agar petugas kesehatan perlu lebih interest terhadap upaya pemberian pelayanan kontrasepsi IUD dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik pada
masyarakat.
b. Media informasi
Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari si penerima. Berdasarkan hasil wawancara bahwa dengan media informasi baik dari televisi, majalah, radio maupun dari
penyuluhan merangsang ibu untuk memilih alat kontrasepsi IUD.
c. Biaya pemasangan
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan
akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi
Universitas Sumatera Utara
kadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin IUD terlihat jauh
lebih mahal. Tetapi kalau dilihat masajangka waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan IUD akan lebih murah dibandingkan KB
suntik ataupun pil. Untuk sekali pasang, IUD bisa aktif selama 3 - 5 tahun, bahkan seumur hidupsampai menopause. Sedangkan KB Suntik atau Pil hanya mempunyai
masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan IUD, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh-puluh kali
lipat Saifuddin, 2003.
d. Dukungan suami
Keputusan mencari pelayanan kesehatan merupakan hasil jaringan interaksi yang kompleks. Menemukan proses pengambilan keputusan dan pola komunikasi
yang relevan bukanlah masalah yang sederhana. Keputusan mencari pelayanan kesehatan dapat dibuat oleh wanita itu sendiri, atau oleh suaminya, tokoh masyarakat
desa, danatau anggota keluarga atau masyarakat lainnya Koblinsky, 1997. Berbagai budaya mendukung kepercayaan bahwa pria mempunyai hak dari
fertilitas istri mereka Cook dan Maine, 1987 dalam Koblinsky, 1997. Di Papua New Guinea, wanita tidak dapat membeli kontrasepsi tanpa persetujuan suami. Di Turki,
hukum mensyarakatkan persetujuan pasangan bila ingin melaksanakan kontrasepsi bedah, dan persetujuan suami diperlukan bila istri menginginkan aborsi. Di Nigeria
sudah lazim apabila wanita tidak dapat menerima kontrasepsi tanpa ijin suami. Di Ethipia, Asosiasi Bimbingan Keluarga mensyarakatkan suami untuk menandatangani
formulir persetujuan agar istri dapat memperoleh kontrasepsi Koblinsky, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa suami mempunyai pengaruh yang kuat dalam penerimaan kontrasepsi oleh istri dan keterbatasan metode menimbulkan hambatan
bagi wanita untuk berkontrasepsi .
Lebih rinci lagi pada hasil penelitian Syamsiah 2002 dalam Farahwati 2009, menunjukkan adanya hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan
IUD. Responden yang mendapat dukungan suami, mempunyai peluang memilih IUD 41 kali dibandingkan responden yang tidak mendapat dukungan suami. Dukungan
suami merupakan faktor yang paling dominan dalam memilih alat kontrasepsi.
2.5 Analisis Faktor 2.5.1 Definisi