konfirmatori menggunakan pendekatan holistik holistic approach. Ketika mengevaluasi ketepatan model konfirmatori suitability of confirmatory model,
peneliti umumnya berkenaan dengan seberapa bagus model yang dihipotesiskan cocok tepat dengan hubungan yang ada didalam data asalasli. Apakah model
yang dibuat bisa mencerminkan keadaan yang sebenarnya to reflect the reality. Adapun langkah-langkahurutan dalam analisis faktor konfirmatori yaitu :
a. Memilih variabel b. Hubungkankaitkan variabel dengan kontrak contruct
c. Uji ketepatan struktur faktor yang dihipotesiskan dengan data d. Terima atau tolak struktur faktor yang dihipotesiskan dengan
menggunakan kriteria tertentu. Statistik yang relevan dengan analisis faktor adalah Bartlett’s Test of
Sphericity yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi uncorrelated dalam populasi. Supranto, 2004.
2.5.4 Melakukan Analisis Faktor
Langkah-langkah yang diperlukan di dalam analisis faktor adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah meliputi beberapa hal : Supranto, 2004. a. Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi.
b. Variabel yang akan dipergunakan di dalam analisis faktor harus dispesifikasikan berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan dari peneliti.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval d. Banyaknya elemen sampel n harus cukupmemadai, sebagai petunjuk kasar,
kalau k banyaknya jenis variabel maka n = 4 atau 5 kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau 25 orang sebagai sampel acak
2. Bentuk Matriks Korelasi
Proses analisis didasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar analisis
faktor bisa tepat dipergunakan, variabel-variabel yang akan dianalisis harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar variabel terlalu kecil, hubungannya
lemah, analisis faktor menjadi tidak tepat. Prinsip utama Analisis Faktor adalah korelasi maka asumsi-asumsi terkait
dengan korelasi yaitu : 1. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat,
misalnya di atas 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikannya adalah kurang dari 0,05.
2. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap
variabel lain adalah tetap konstan harus kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image Correlation.
Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu Bartlett’s Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak
berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik, berarti hipotesis
Universitas Sumatera Utara
nol harus ditolak berarti adanya korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel. Kalau hipotesis nol diterima, ketepatan analisis faktor harus dipertanyakan.
Statistik lainnya yang berguna adalah KMO Kaiser-Meyer-Olkin mengukur kecukupan sampling sampling adequacy. Indeks ini membandingkan besarnya
koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh
variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat Supranto, 2004. Measure of Sampling Adequacy MSA ukuran dihitung untuk seluruh matriks
korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor. Wibowo, 2006. Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang
variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya Wibisono, 2003. Menurut Wibowo 2006, Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa
dianalisis lebih lanjut. − MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain.
− MSA 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. − MSA 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut
3. Menentukan Metode Analisis Faktor