Analisis faktor yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) oleh ibu pasangan usia subur di Desa Sabungan Kecamatan Sungai kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014

(1)

PASANGAN USIA SUBUR DI DESA SABUNGAN KECAMATAN SUNGAI KANAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

ALBAINAH HARAHAP NIM. 111021125

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PASANGAN USIA SUBUR DI DESA SABUNGAN KECAMATAN SUNGAI KANAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

ALBAINAH HARAHAP NIM. 111021125

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

Pemerintah merencanakan program KB Nasional Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang relatif tinggi. IUD adalah pilihan kontrasepsi yang efektif aman dan nyaman bagi banyak wanita dan efektifitasnya tinggi dalam mencegah kehamilan. Di Desa Sabungan pemakaian alat kontrasepsi masih rendah hanya 0,08%.

Jenis penelitian ini adalah dekskriptif dengan menggunakan metode penerapan analisis faktor eksplonatory dimana populasi seluruh ibu PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 1290 ibu PUS. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 60 ibu PUS.

Dari hasil penelitian terdapat 6 variabel yang memngaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (pengetahuan, sikap, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, sosial budaya, ekonomi). Setelah di uji kelayakan faktor hanya 5 variabel yang bisa dianalisis lanjut yaitu pengetahuan, sikap, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, ekonomi. Dan terbentuk menjadi 2 (dua) faktor yaitu faktor I eksternal yitu dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan faktor II internal yaitu pengetahuan, sikap, ekonomi.

Oleh karena itu diharapkan kepada petugas KB memberikan informasi yang benar dan jelas mengenai alat kontrasepsi IUD berdasarkan faktor eksternal dan internal sehingga pengguna kontrasepsi IUD dapat meningkat.


(5)

Planning a national government program to control the amount kb relatively high population. IUD is a contraceptive option that is effective safe and comfortable for many women and high effectiveness in preventing pregnancy. In the village Sabungan contraceptive use is still low at only 0.08%.

This research is dekskriptif by using factor analysis method eksplonatory application where the entire population of EFA mother who does not use contraceptives IUD in the Village River District Right Sabungan South Labuhanbatu district is 1290 EFA mother. While the sample used in this study are numbered 60 mothers EFA.

From the research, there are 6 variables memngaruhi low use of contraceptive IUD (knowledge, attitudes, husband's support, the support of health, social, cultural, economic). After the due diligence factor in only 5 variables that can be analyzed further the knowledge, attitudes, husband support, support of health workers, the economy. And formed into 2 (two) external factors: the first factor yitu husband's support, the support of health professionals, and the second internal factor is the knowledge, attitudes, economics.

It is therefore expected to provide FP correct and clear information about contraceptive IUD based on external and internal factors that can increase the IUD contraceptive users.


(6)

Nama : ALBAINAH HARAHAP Tempat/Tanggal Lahir : Sabungan/18 Desember1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 3 bersaudara

Alamat Rumah : Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Nama Orang Tua : Ayah : Syahbudin Harahap

Ibu : Hj. Siti Kasuma Siregar Riwayat Pendidikan :

1. (1996-2002) : SD Negeri 1114364 Sabungan 2. (2002-2005) : MTs Negeri Sungai Kanan 3. (2005-2008) : SMK Nederi 1 Rantau Prapat 4. (2008-2011) : Akbid Imelda Medan


(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI RENDAHNYA

PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERI DEVICE) OLEH IBU PASANGAN USIASUBUR DI DESA SABUNGAN KECAMATAN SUNGAI KANAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2014”, ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat serta selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan petunjuk bagi penulis dalam mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Depertemen dan Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing I dalam memberikan bimbingan dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.


(8)

memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, Selaku Dosen Penguji I pada skripsi ini

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Penasehat Akademik.

6. Bapak Kepala Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 7. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Penguji II pada skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa Ibunda dan ayahanda tercinta, yang senantiasa memberikan doa dan dukungan yang tulus dan iklas kepada penulis.

10. Teristimewa kepada Dahmanoer syarif adoudi Nst, SH yang telah memberikan doa dan motivasi.

11. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat selama perkuliahan terutama kak darma, kak winda, kak via, kak rosi dan elida teman seperjuangan

12. Kepada adikku Lisa Ahyuni yang memberikan doa dan semangatnya dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga ALLAH SWT melimpahkan Rahmat KaruniaNya kepada semua yang telah membantu penulis.


(9)

terdapat kekurangan yang dapat diperbaiki, maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun dalam perbaikan skripsi ini.

Dan akhirnya semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi kita semua Amin.

Medan, Agustus 2014 Penulis


(10)

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Keluarga Berencana ... 7

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana ... 7

2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana ... 8

2.1.3 Sasaran Program KB... 9

2.1.4 Ruang Lingkup Program KB ... 9

2.1.5 Strategi Pendekatan dan Cara Operational Program Pelayanan KB ... 9

2.1.6 Dampak Program Keluarga Berencana Terhadap Pencegahan Kelahiran ... 11

2.1.7 Metode Kontrasepsi ... 11

2.2 Tinjauan Umum Tentang Metode IUD ... 12

2.2.1 Pengertian AKDR/IUD ... 12

2.2.2 Jenis-Jenis IUD ... 13

2.2.3 Cara Kerja ... 14

2.2.4 Efektifitas ... 15

2.2.5 Indikasi ... 15

2.2.6 Kontraindikasi... 16

2.2.7 Keuntungan ... 17

2.2.8 Efek Samping Dan Komplikasi ... 17

2.2.9 Waktu Pemasangan ... 18

2.2.10 Waktu Pemakai Memeriksakan Diri ... 19

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD Oleh Ibu Pasangan Usia Subur ... 19

2.3.1 Pengetahuan ... 19

2.3.2 Sikap ... 20


(11)

2.3.6 Status Ekonomi ... 25

2.4 Analisis Faktor... 26

2.4.1 Pengertian ... 26

2.4.2 Tujuan Analisis Faktor ... 27

2.4.3 Fungsi Analisis Faktor ... 27

2.4.4 Jumlah Sampel Ideal Dan Jenis Data Untuk Analisis Faktor ... 28

2.4.5 Penentuan Jumlah Faktor ... 28

2.4.6 Penamaan Faktor Yang Terbentuk ... 29

2.4.7 Langkah-Langkah Analisi Faktor ... 30

2.4.8 Menghitung Skor dan Nilai Faktor ... 33

2.4.9 Memilih Surrogate Variables ... 34

2.4.10 Proses Analisis Faktor ... 34

2.4.11 Asumsi Analisis Faktor ... 35

2.5 Kerangka Konsep ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel... 38

3.4.1 Populasi ... 38

3.4.2 Sampel ... 39

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 40

3.5 Aspek Pengukuran ... 41

3.5.1 Pengetahuan ... 41

3.5.2 Sikap ... 41

3.5.3 Dukungan Suami/Keluarga ... 42

3.5.4 Dukungan Tenaga Kesehatan ... 43

3.5.5 Sosial Budaya ... 44

3.5.6 Ekonomi ... 44

3.6 Teknik Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1 Gambaran Umum Desa Pematang Panjang ... 46

4.2 Gambaran Umum Responden (Ibu) ... 46

4.2.1 Karakteristik Responden ... 46

4.3 Hasil Analisis Faktor ... 54

4.3.1 Uji Kelayakan Faktor ... 55

4.3.2 Faktoring ... 57

4.3.3 Component Transformasion Matrix ... 62


(12)

5.1.1 Pengaruh Faktor Dukungan Tenaga Suami ... 65

5.1.2 Dukungan Tenaga Kesehatan ... 65

5.2 Faktor Eksternal... 65

5.2.1 Pengaruh factor Pengetahuan ... 66

5.2.2 Pengaaruh Faktor Sikap ... 66

5.2.3 Pengaruh Faktor Ekonomi ... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1 Kesimpulan ... 69

6.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(13)

No Judul Tabel Halaman Tabel 4.1 Distribusi Ibu Menurut Umur, Pendidikan, Pekerjaan,

Pendapatan, dan Suku ... 46

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Tidak Melakukan Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD ... 48

Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD ... 49

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Responden tentang Dukungan Suami/ Keluarga Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) Yang Tidak Memakai Alat Kontrasepsi IUD ... 51

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Responden tentang Dukungan Tenaga Kesehatan Ketersediaan Alat Kontrasepsi IUD ... 52

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden tentang Dukungan Tenaga Kesehatan Ketersediaan Alat Kontrasepsi IUD ... 53

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden tentang Sosial Budaya ... 54

Tabel 4.8 Nilai Anti Image Matrice ... 55

Tabel 4.9 Nilai Anti Image Matrice ... 56

Tabel 4.10 Tabel Communalities ... 58

Tabel 4.11 Tabel Total Variance Explained ... 59

Tabel 4.12 Component Matrix ... 60

Tabel 4.13 Rotated Component Matrix ... 61


(14)

Pemerintah merencanakan program KB Nasional Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang relatif tinggi. IUD adalah pilihan kontrasepsi yang efektif aman dan nyaman bagi banyak wanita dan efektifitasnya tinggi dalam mencegah kehamilan. Di Desa Sabungan pemakaian alat kontrasepsi masih rendah hanya 0,08%.

Jenis penelitian ini adalah dekskriptif dengan menggunakan metode penerapan analisis faktor eksplonatory dimana populasi seluruh ibu PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah 1290 ibu PUS. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 60 ibu PUS.

Dari hasil penelitian terdapat 6 variabel yang memngaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (pengetahuan, sikap, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, sosial budaya, ekonomi). Setelah di uji kelayakan faktor hanya 5 variabel yang bisa dianalisis lanjut yaitu pengetahuan, sikap, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, ekonomi. Dan terbentuk menjadi 2 (dua) faktor yaitu faktor I eksternal yitu dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan, dan faktor II internal yaitu pengetahuan, sikap, ekonomi.

Oleh karena itu diharapkan kepada petugas KB memberikan informasi yang benar dan jelas mengenai alat kontrasepsi IUD berdasarkan faktor eksternal dan internal sehingga pengguna kontrasepsi IUD dapat meningkat.


(15)

Planning a national government program to control the amount kb relatively high population. IUD is a contraceptive option that is effective safe and comfortable for many women and high effectiveness in preventing pregnancy. In the village Sabungan contraceptive use is still low at only 0.08%.

This research is dekskriptif by using factor analysis method eksplonatory application where the entire population of EFA mother who does not use contraceptives IUD in the Village River District Right Sabungan South Labuhanbatu district is 1290 EFA mother. While the sample used in this study are numbered 60 mothers EFA.

From the research, there are 6 variables memngaruhi low use of contraceptive IUD (knowledge, attitudes, husband's support, the support of health, social, cultural, economic). After the due diligence factor in only 5 variables that can be analyzed further the knowledge, attitudes, husband support, support of health workers, the economy. And formed into 2 (two) external factors: the first factor yitu husband's support, the support of health professionals, and the second internal factor is the knowledge, attitudes, economics.

It is therefore expected to provide FP correct and clear information about contraceptive IUD based on external and internal factors that can increase the IUD contraceptive users.


(16)

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan masalah cukup serius, tidak saja bagi negara-negara berkembang tetapi juga bagi negara-negara lain di dunia ini. Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan tarif hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang relatif masih tinggi pemerintah mencanangkan suatu program Keluarga Berencana (KB) Nasional (BkkbN, 2008).

Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan penduduk adalah dengan melaksanakan program Kelurga Berencana (KB) bagi Pasangan Usia Subur (PUS). Selain mengendalikan jumlah penduduk program KB juga bermanfaat untuk mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 seperti yang tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 indikator 5b (BkkbN, 2011).

Pertumbuhan penduduk selalu dihubungkan dengan kekuasaan negara masa-masa sejahtera dan kebahagian hidup individu, akan tetapi dewasa ini terdapat banyak kawasan dimana ledakan penduduk mengancam kemerosotan standart kehidupan masyarakat luas. Semakin banyak pemerintahan negara yang dihidupkan pada dilema, antara mendorong pertumbuhan penduduk. Kendati hal ini dapat merugikan rakyatnya dalam jangka panjang atau melakukan kerja keras menekan angka kelahiran (Mathus, 2007).


(17)

Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia saat ini perlu ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu permasalahan global yang muncul diseluruh dunia, selain isu tentang pemanasan global, krisis ekonomi, dan masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan penting karena penduduk yang besar tanpa diserta kualitas yang memada justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional (Emon. S, 2008).

Dalam hal ini ada tiga langkah utama yang perlu dilakukan mulai dari sosialisasi peran keluarga berencana, perbaikan instrumen regulasi serta penegasan kewenangan pusat dan daerah. Sosialisasi yang dilakukan BKKBN dengan perguruan Tinggi untuk mengkampenyekan tujuan program keluarga berencana yang lebih luas dari sekedar pengendalian jumlah penduduk. Turunnya angka kematian ibu dan bayi, berat badan lahir rendah dan malnutrisi pada akhirnya akan menumbuhkan sumber daya berkualitas. Implementasi program-program KB sebenarnya murah dan mudah yakni pendekatan siklus kehidupan. Artinya, ada perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan pendidikan sejak bayi ada dalam kandungan hingga saat kematian. Semua dengan standart sama dan merata hingga berbagai pelosok (BbkbN, 2013).

Kontrasepsi IUD adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), bentuknya bermacam-macam. IUD adalah alat kontrasepsi yang efektifitasnya sangat


(18)

tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Hidayat, 2010).

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan pilihan kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. AKDR merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia dengan pemakaian saat ini mencapai 100 juta wanita, sebagian besar berada di Cina (Glasier, 2006).

Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk peningkatan penggunaan kontrasepsi IUD, diantaranya adalah dengan adanya kebijakan IUD gratis untuk seluruh PUS di seluruh Indonesia (sejak tahun 2004), stok IUD cukup tersedia walau hanya IUD CuT 380 A, pengalaman dalam pengelolaan program KB, tersedianya dukungan anggaran untuuk IUD, tersedianya dana pelatihan medis teknis bagi provider, tersedianya dana pelatihan KIP/K bagi provider, dan telah dikembangkan resize inserter IUD untuk program pemasangan IUD pasca persalinan (BkkbN, 2011).

Pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia saat ini yang menggunakan KB modern sebesar 59,3%. Dan 51,9% penggunaan KB hormonal, dan 7,5% non hormonal. Menurut metodenya 10,2% penggunaan kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan 49,1% non MJKP (Riskesdas, 2013).

Data dari BKKBN provinsi Sumatera Utara tahun 2012 menunjukkan cakupan penggunaan alat kontrasepsi IUD (7,2%), MOP (0,4%), MOW (4,9%) Implantt (7,1%) Suntik (22,2%), Pil (21,1%), Kondom (5%). Data tersebut tidak sesuai dengan target nasional yakni sebesar 65%, dan 35% Unmeet need.


(19)

Berdasarkan data dari BKKBN provinsi Sumatera Utara tahun 2012, di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat 51.807 pasangan usia subur (PUS) dengan jumlah peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi kondom 3.327 (6,4%) dan vasektomi (MOP) 35 (0,1%), IUD 3.838 (7,4%), Tubektomi (MOW) 2.202 (4,3%), Implantt 4.621 (8,9%), Suntik 9.603 (18,5%), Pil 11.494 (22,2%). Pencapaiannya dari 51.807 PUS 67, dan 8% dan 32,2% adalah Unmeet Need.

Pada tahun 2013 di Kecamatan Sungai Kanan, jumlah PUS 9.123. Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang digunakan adalah pil (1,6%), suntik (40,1%), IUD (1,8%), MOP/MOW (1,3%), implantt (1,6%), dan kondom (1,1%). Pencapaiannya hanya 47,5% dan 52,5% Unmeet Need (Puskesmas Langgapayung).

Dari data PLKB/pengelola KB di Desa Sabungan tahun 2013 tercatat sebanyak 1.315 PUS, dengan peserta aktif 973 pasangan usia subur. Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi pil adalah (1,6%) suntik (51,8%), implantt (1,6%), IUD (0,83%), MOP/MOW (1%), kondom (0,38%). Pencapaiannya 57,21% dan 42,79% adalah Unmeet Need.

Desa Sabungan merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Masyarakat di Desa Sabungan juga sama dengan masyarakat lainnya yang menganggap masalah KB masih sangat tabu untuk di bicarakan dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini disebabkan karena faktor budaya pada masyarakat batak yang masih menganggap masalah mengenai seks, kesehatan reproduksi dan juga masalah KB masih dianggap tabu untuk dijadikan topik pembicaraan.


(20)

Di desa ini juga masih ada orang tua yang tidak mau membatasi kelahiran anak karena mereka beranggapan bahwa setiap anak membawa rejeki masing-masing atau banyak anak banyak rejeki sehingga sebagai orang tua mereka merasa tidak perlu khawatir untuk membiayai kehidupan anak mereka. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, kontrasepsi yang banyak digunakan oleh pasangan usia subur adalah jenis kontrasepsi hormonal sedangkan kontrasepsi IUD jarang digunakan. Maka jumlah pengguna kontrasepsi IUD rendah. Setiap kontrasepsi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, kontrasepsi IUD memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan kontrasepsi lainnya, karena kontrasepsi IUD tidak mengalir keperedaran darah dan hanya pada daerah kewanitaan saja.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di desa Sabungan menunjukkan bahwa diantara 10 ibu pasangan usia subur hanya 2 ibu pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi kondom dan 6 pasangan ibu usia subur memakai alat kontrasepsi suntik dan 2 ibu pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi pil dan tidak ada yang memakai alat kontrasepsi IUD.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) oleh ibu pasangan usia subur di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:


(21)

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD oleh ibu PUS di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk memilih variabel-variabel dominan yang memengaruhi ibu PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD yang dimasukkan dalam analisis faktor. 2. Untuk mengelompokkan variabel faktor yang memengaruhi ibu PUS tidak

menggunakan alat kontrasepsi IUD menjadi satu atau beberapa faktor. 1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang analisis faktor memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD oleh ibu PUS di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014.

2. Bagi Petugas PLKB

Sebagai masukan dalam upaya penggalakan program KB pada ibu PUS di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan agar berpartisipasi dalam program dengan menjadi akseptor alat kontrasepsi IUD.


(22)

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Keluarga Berencana Menurut UU No. 10 Tahun 1992 adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Dyah Noviawati Setya Arum, 2009).

2.1.2 Tujuan Program KB

Secara umum tujuan program KB 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB dimuka adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan program berkualitas 2015 dapat tercapai.

Tujuan Utama program KB adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam ranka membangun keluarga kecil berkualitas.


(23)

Sedangkan tujuan KB secara fisiolofis yaitu:

1. Merencanakan kehamilan dan mencegah kehamilan yang tak diinginkan. 2. Meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak.

3. Meningkatkan kesehatan dan kepuasaan seksual.

Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009, meliputi: 1. Keluarga dengan anak ideal.

2. Keluarga sehat.

3. Keluarga berpendidikan. 4. Keluarga sejahtera. 5. Keluarga berketahanan.

6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya. 7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS).

2.1.3 Sasaran Program KB

Sasaran program KB nasional tercantum dalam RPJM tahun 2004-2009, yaitu: 1. Menurunkan angka laju pertumbuhan penduduk secara nasional menjadi 1,14%

pertahun.

2. Menurunkan angka kelahiran total fertility rate (TFR) menjadi 2,2 perperempuan.

3. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5%.

4. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efesien. 5. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. 6. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif


(24)

7. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

Sehingga didapatkan hasil:

1. Tercapainya peserta KB baru sebanyak 1.072.473 akseptor.

2. Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau 71,87% dari pasangan usia subur sebanyak 7.093.654.

3. Meningkatnya usia perkawinan wanita.

4. Pengendalian dan perkembangan kependudukan terutama tingkat pertumbuhan migrasi dan persebaran penduduk.

2.1.4 Ruang Lingkup Program KB 1. Pemanfaatan PIK-KRR yang sudah ada.

2. Pembentukan PIK-KRR yang baru terutama di Kabupaten/Kota yang belum memiliki PIK-KRR dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan PIK-KRR. 3. Pembinaan KRR dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan

PIK-KRR.

4. Pelatihan bagi pendidik sebaya dan konselor sebaya.

2.1.5 Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB Strategi program Keluarga Berencana (KB) terbagi dalam 2 (dua) hal, yaitu: 1. Strategi dasar

Lima grand strategy (strategi dasar) yang merupakan program utama dalam mensukseskan keluarga berencana nasional guna mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.


(25)

b. Menata kembali pengelolaan KB.

c. Memperkuat sumber daya manusia operasional program KB.

d. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB. e. Meningkatkan pembiayaan program KB.

Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB haruslah tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif pada setiap desa serta pelayanan KB berkualitas disetiap desa atau kelurahan tertinggal dan terpencil serta diperbatasan memberikan promosi dan konseling kesehatan reproduksi.

Program KB yang terintegrasi dengan outcome yang jelas, sistem informasi yang up to date, fasilitas, advokasi dan supervise dari pusat untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan mitra kerja serta adanya dukungan Pemda dengan membuat Perda ini semua merupakan bentuk menata kembali pengelolaan KB.

Memperkuat SDM operasional KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan serta petugas KB dengan jumlah yang ada memadai dengan kompetensi yang baik dan petugas lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa atau kedaerahan.

Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui KB untuk seluruh keluarga dengan balita, aktif jadi anggota badan KB, pra keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan peningkatan keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif, kelompok percontohan bina keluarga remaja untuk setiap kecamatan serta bina lingkungan keluarga untuk kabupaten/kota.

Sedangkan pusat untuk meningkatkan pembiayaan progaram KB dengan memprioritaskan penganggaran dari pusat ke daerah, sistem pembiayaan terutama


(26)

bagi rakyat miskin serta alat/obat kontrasepsi dengan harga terjangkau disetiap kecamatan.

2. Strategi operasional

a. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional. b. Peningkatan kualitas dan prioritas program.

c. Penggalangan dan pemantapan komitmen. d. Dukungan regulasi dan kebijakan.

e. Pemantaun, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan.

2.1.6 Dampak Program Keluarga Berencana (KB) terhadap Pencegahan Kelahiran

Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu: 1. Penurunan angka kematian ibu dan anak.

2. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. 3. Peningkatan kesejahteraan keluarga.

4. Peningkatan derajat kesehatan.

5. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR.

6. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM.

7. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah berjalan lancar.

2.1.7 Metode Kontrasepsi

Pada umumnya metode kontrasepsi dibagi menjadi: 1. Metode sederhana


(27)

1) KB alamiah.

2) Senggama terputus (coitus interruptus). b. Kontrasepsi dengan menggunakan alat

1) Kondom. 2) Diagfragma. 3) Spermisid. 2. Metode efektif

a. Pil KB.

b. IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. c. Kontrasepsi injeksi.

d. Alat kontrasepsi bawah kulit (implant). 3. Metode mantap (kontap)

a. Kontap pada pria (Metode Operasi Pria/Vasektomi). b. Kontap pada wanita (Metode Operasi Wanita/Tubektomi). 2.2 Tinjauan Umum Tentang Metode IUD

2.2.1 Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim /IUD

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen mekanisme terjadinya adalah mencegahnya sel telur (ovum) dengan sperma.

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan plastik dan lembaga yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih. Setelah di rahim, AKDR akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat


(28)

sampai 10 tahun (tergantung pada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur reproduksi (Burns, 2008).

Sampai saat ini terdapat banyak jenis AKDR, dan yang paling banyaak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia adalah jenis Lippes loop. AKDR yang dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka linear antara lain lippes loop, Saf-T-coil, multiload 250, Cu-T, CuT 380 A, Spring coil, Margulies spiral, dan lai-lain, sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin Gravenberg, cincin Hall-stone, Bimberg bow dan lain-lain (Wiknjosastro, dkk, 2002). 2.2.2 Jenis-Jenis IUD

1. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polythelene dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek fertilitas anti pembuahan yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru, IUD ini melepaskn lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal 5 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi.

2. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200mm, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis coppert T.


(29)

3. Multi Load

IUD ini terbuat dari plastik polythelene dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250mm atau 375 mm untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multiload, yaitu standar, small, dan mini.

4. Lippes Loap

IUD ini terbuat dari bahan polythelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan control, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loap terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), Tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loap mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB nasional adalah IUD jenis ini (Bari, 2006). 2.2.3 Cara Kerja

1. Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba fallopii. 2. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit untuk masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilitas (BKKBN, 2008).


(30)

2.2.4 Efektifitas

IUD sangat efektif, efektifitasnya 92-94% dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun, Nova T dan Copper T 200 (CUT-200) dapat dipakai 3-5 tahun, CuT-380A dapat untuk 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

2.2.5 Indikasi

Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut rahim peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah: 1. Usia reproduksi.

2. Keadaan multipara.

3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi. 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi. 7. Risiko rendah dari IMS.

8. Tidak mengkehendaki metode hormonal.

9. Menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari.

10. Tidak megkehendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama. 11. Perokok.


(31)

Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah terlatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berukutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.

2.2.6 Kontraindikasi

Yang tidak diperkenankan menggunkan IUD adalah 1. Belum pernah melahirkan.

2. Adanya perkiraan kehamilan.

3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahn di leher rahim, dan kanker rahim.

4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.

5. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginatis, servisitis).

6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.

7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

8. Penyakit trofoblas.

9. Diketahui menderita TBC pelvic. 10. Kanker alat genital.


(32)

2.2.7 Keuntungan

1. Sangat efektifitas 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun peertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun.

2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.

3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).

4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap resiko kehamilan.

5. Tidak efek samping hormonal dengan CuT-380A.

6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak menganggu kualitas dan kuantitas ASI.

7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

8. Dapat digunakan sampai menopause. 9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. 10. Membantu mencegah kehamilan ektopik. 11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur. 2.2.8 Efek Samping dan Komplikasi

1. Efek samping umum terjadi:

Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit.


(33)

2. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).

3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.

5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.

6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.

7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasngan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

8. Klien tidak dapat IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas. 9. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD

dipasang segera setelah melahirkan).

10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal.

11. Perempuan harus memeriksa posisi IUD dari waktu ke waktu. 2.2.9 Waktu Pemasangan

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat: 1. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan.


(34)

3. Setelah terjadinya keguguran.

4. Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid. 5. Menggantika metode KB lainnya.

2.2.10 Waktu Pemakai Memeriksakan Diri 1. 1 bulan pasca pemasangan.

2. 3 bulan kemudian.

3. Setiap 6 bulan berikutnya. 4. Bila terlambat haid 1 minggu.

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD oleh Ibu Pasangan Usia Subur

2.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaraan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diporoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka perilaku akan lebih bersifat langgeng (Friedman, 2005).

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan penggunaan alat kontrasepsi IUD di masyarakat. Dengan pengetahuan yang baik maka setiap ibu pasangan usia subur (PUS) akan mau ikut serta menggunakan alat kontrasepsi IUD.


(35)

2.3.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Allen, Guy and Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku terdensi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaiakan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar, 2002).

Dalam bagian lain Allport (1954), menjelaskan bawa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behove).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

2.3.3 Dukungan Suami

Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu uapaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau hotokrasi. Selain


(36)

itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah (Ahmadi, 2006).

Dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi merupakan bentuk dukungan nyata dari kepedulian dan tanggung jawab para anggota keluarga. Peran atau partisipasi suami istri dalam Keluarga Brencana (KB) antara lain menyangkut: 1. Pemakaian alat kontrasepsi.

2. Tempat mendapatkan pelayanan. 3. Lama pemakaian.

4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi. 5. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi. 6. Siapa memakai kontrasepsi.

7. Istri memakai kontrasepsi tapi tidak dibicarakan dengan suami.

8. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan antara suami istri. 9. Suami istri tidak memakai dan tidak dibicarakan antara suami istri.

Partisipasi pria secara tidak langsung salah satunya dengan cara mendukung istri dalam ber-KB. Apabila disepakati istri yang akan ber-KB, peranan suami adalah memberikan dukungan dan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau cara/metode KB, adapun dukungannya meliputi:

1. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya.

2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol.


(37)

3. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.

4. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan. 5. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak

memuaskan.

6. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunkan metode pantang berkala.

7. Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan. Bentuk peran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam KB dan kesehatan reproduksi akan terwujud karena alasan berikut ini:

1. Suami istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi.

2. Suami-istri bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam keluarga 3. Suami-istri sama-sama mempunyai hak-hak reproduksi yang merupakan bagian

dari hak azasi manusia yang bersifat universal.

4. KB dan kesehatan reproduksi memerlukan peran dan tanggung jawab bersama suami-istri bukan suami atau istri saja.

5. Program KB dan kesehatan reproduksi berwawasan gender (Kusmiran, 2012). 6. Dukungan keluarga (suami) merupakan hubungan timbal balik antara individu

yang meliputi (Friedman, 1998): a. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan yang terjadi bila ekspresiyang positif diberikan kepada individu. Individu mempunyai seorang yang dapat diajak bicara tentang masalahnya, terjadi melalui ekspresi pengharapan


(38)

positif individu kepada individu lain, penyemangat, dan persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang.

b. Dukungan Nyata

Dukungan ini merupakan penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan kesehatan, bantuan finansial dan material berupa nyata, benda atau atau jasa tersebut sehingga dapat memecahkan masalah praktis termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang memberi uang, menyediakan transportasi dan lain-lain. Dukungan nyata sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan Informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi bersama termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter yang baik bagi dirinya, dan tindakan yang spesifik bagi individu. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dari pemberi pihak.

d. Dukungan Emosional

Dalam pelaksanaan tindakan individu perlu mendapatkan penguatan akan rasa dimiliki atau dicintai. Dukungan emosional memberikan individu rasa nyaman dan memberikan semangat. Yang termasuk dalam dukungan emosional ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian dan perhatian kepada


(39)

individu. Demikian juga dengan tindakan pap smear Ibu harus mendapat empati, kepedulian dan perhatian dari suami.

2.3.4 Dukungan Tenaga Kesehatan

Dukungan tenaga kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas kesehatan) memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi IUD (Sarwono, 2003).

Dukungan tenaga kesehatan, yaitu berupa: 1. ketersediaan alat kontrasespsi.

2. ketersediaan tenaga terlatih. 2.3.5 Sosial Budaya

Menurut Kalangie (1994), bahwa kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan memengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit. Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua unsur dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus menerus meningkat akibat perubahan-perubahan budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak semua makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis yang diperlukan masyarakat telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar pada anggota suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan suatu masyarakat


(40)

karena adanya berbagai masalah keproofesionalan, seperti perilaku profesional medis yang belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi, keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahaman komunikasi yang berwawasan budaya.

Dengan kata lain kepercayaan adalah sesuatu yang telah diyakini oleh seseorang terhadap suatu hal atau subjek tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti kejujuran, pengalaman, dan keterampilan, toleransi dan kemurahan hati. Elemen-elemen modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan melalui mekanisme-mekanisme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial seperti keluarga, komunitas, asosiasi suka rela negara dan sebagainya. Kepercayaan sering diporoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoatmojo, 2003).

Menurut Gottlieb (1984) yang dikutip oleh Lubis dan Hasnida (2009), dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.

2.3.6 Status Ekonomi

Karena tingkat penghasilan secara langsung berhubungan dengan standar hidup. Para wanita berpendapatan rendah hampir 5 kali lebih tinggi berisiko terkena kanker serviks daripada kelompok wanita yang berpendapatan lebih tinggi. Kemiskinan yang


(41)

mengakibatkan ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal (Nurwijaya, 2010).

2.4 Analisis Faktor 2.4.1 Pengertian

Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel) (Supranto, 2004). Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji internal dari alat ukur yang dipergunakan (Riduan, 2002).

Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik multivariat, dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dengan variabel bebas atau disebut sebagai metode antar ketergantungan (interdependence methods). Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling independen tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal sehingga memudahkan analisis statistik selanjutnya (Wibowo, 2006).


(42)

2.4.2 Tujuan Analisis Faktor

Pada dasarnya, tujuan analisis faktor adalah:

1. Data Sumarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi.

2. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, maka dilanjutkan dengan proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.

Tujuan umum dari teknik analisis faktor adalah menemukan suatu cara untuk mereduksi informasi yang terkandung di dalam sejumlah variabel-variabel original ke dalam set variabel yang lebih kecil dari dimensi-dimensi gabungan dan baru. Untuk menemukan tujuan tersebut, ada 4 hal yang mendukung yaitu mengkhususkan unit analisis, mencapai ringkasan data atau pengurangan data, pemilihan variabel, dan menggunakan hasil analisis faktor dengan teknik-teknik multivariat yang lain (Hair, 2010).

2.4.3 Fungsi Analisis Faktor

Terdapat 3 (tiga) fungsi analisis faktor menurut Suliyanto (2005), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi dari serangkaian variabel.

2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi.

3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk dianalisis multivariat lainnya.


(43)

2.4.4 Jumlah Sampel Ideal dan Jenis Data untuk Analisis Faktor

Secara umum, jumlah sampel dalam analisis faktor minimal 50 pengamatan. Bahkan seharusnya ukuran sampel sebanyak 100 atau lebih besar. Biasanya ukuran sampel dalam analisis ini dianjurkan memiliki paling sedikit 5 kali jumlah variabel yang akan diamati, karena semakin banyak sampel yang dipilih akan mencapai patokan rasio 10:1, dalam arti untuk satu variabel ada 10 sampel (Hair, 2010). Dalam pengertian SPSS, hal ini berarti untuk setiap 1 kolom yang ada, seharusnya terdapat 10 baris data, sehingga jika ada 5 kolom (variabel), minimal seharusnya ada 50 baris data (sampel).

Data dalam analisis faktor minimal adalah interval, sehingga apabila data yang diperoleh berupa data ordinal, harus ditransformasikan menjadi data interval, misalnya dengan menggunakan metode successive interval (Suliyanto, 2005).

2.4.5 Penentuan Jumlah Faktor

Untuk menentukan banyaknya jumlah faktor yang terbentuk dalam analisis faktor dapat dilakukan beberapa pendekatan berikut:

1. Penentuan berdasarkan apriori

Dalam metode penentuan ini, jumlah faktor telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

2. Penentuan berdasarkan eigenvalue

Untuk menentukan jumlah faktor yang terbentuk dapat didasarkan pada eigenvalue. Jika suatu variabel memiliki eigenvalue ≥ 1, dianggap sebagai suatu faktor, sebaliknya jika suatu variabel hanya memiliki eigenvalue < 1, tidak dimasukkan dalam model.


(44)

3. Penentuan berdasarkan scree plot

Scree plot pada dasarnya merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara faktor dengan eigenvalue, pada sumbu Y menunjukkan eigenvalue, sedangkan pada sumbu X menunjukkan jumlah faktor. Untuk dapat menentukan berapa jumlah faktor yang diambil, ditandai dengan slope yang sangat tajam antara faktor yang satu dengan faktor berikutnya.

4. Penentuan berdasarkan persentase varian (percentage of variance)

Persentase varian menunjukkan jumlah variasi yang berhubungan pada suatu faktor yang dinyatakan dalam persentase. Untuk dapat menentukan berapa jumlah faktor yang diambil, harus memiliki nilai persentase varian ≥ 0,5. Sedangkan apabila menggunakan kriteria kumulatif persentase varian, besarnya nilai kumulatif persentase varian ≥ 60%.

Untuk mengetahui peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dapat ditentukan dari besarnya loading variabel yang bersangkutan. Loading dengan nilai terbesar berarti mempunyai peranan utama pada faktor tersebut. Variabel yang memiliki nilai loading < 0,5 dianggap tidak memiliki peranan yang berarti terhadap faktor yang terbentuk sehingga variabel tersebut dapat diabaikan dalam pembentukan faktor.

2.4.6 Penamaan Faktor yang Terbentuk

Untuk menamai faktor yang telah dibentuk dalam analisis faktor, dapat dilakukan dengan cara berikut:

1. Memberikan nama faktor yang dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk faktor tersebut.


(45)

2. Memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai factor loading tertinggi. Hal ini dilakukan apabila tidak dimungkinkan untuk memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua variabel yang membentuk faktor tersebut.

2.4.7 Langkah-Langkah Analisis Faktor 1. Merumuskan Masalah

2. Bentuk Matriks Korelasi

Proses analisis faktor didasarkan pada matriks korelasi antara variabel yang satu dengan variabel-variabel lain, untuk memperoleh analisis faktor yang semua varaibel-variabelnya harus berkorelasi. Untuk menguji ketepatan dalam model faktor, uji statistik yang digunakan adalah barletts test sphericity dan Kiser-Mayer-Olkin (KMO) untuk mengetahui kecukupan sampelnya.

a. Nilai KMO sebesar 0,9 adalah baik sekali. b. Nilai KMO sebesar 0,8 adalah baik.

c. Nilai KMO sebesar 0,7 adalah sedang/agak baik. d. Nilai KMO sebesar 0,6 adalah cukup.

e. Nilai KMO sebesar 0,5 adalah kurang. f. Nilai KMO sebesar < 0,5 adalah ditolak. 3. Menentukan Metode Analisis Faktor

Setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan teknik yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung koefisien skor faktor, yaitu


(46)

analisis komponen utama (Principal Component Analysis) dan analisis faktor umum (Common Factor Analysis).

Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data dipertimbangkan. Principal component analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok adalah menentukan bahwa banyaknya faktor harus minimum dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut dinamakan principal component.

Communalities ialah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian variabel yang dijelaskan common factor, atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar Communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan faktor yang dibentuknya.

Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian yang dianalisis (Wibowo, 2006).

4. Menentukan Banyaknya Faktor

Penentuan jumlah faktor yang ditentukan untuk mewakili variabel-variabel yang akan dianalisis didasarkan pada besarnya eigenvalue serta persentase total variannya. Hanya faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih besar dari satu yang dipertahankan dalm model analisis faktor, sedangkan yang lainnya dikeluarkan dari model.


(47)

5. Melakukan Rotasi Faktor-faktor

Suatu hasil atau output yang penting dari analisis faktor adalah apa yang disebut matriks faktor pola (factor pattern matrix). Matriks faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefision ini yang disebut dengan muatan faktor, mewakili korelasi antar faktor dan variabel. Suatu koefisien dengan nilai absolut/mutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat kuat. Koefisien dari matriks faktor bisa dipergunakan untuk menginterpretasikan faktor.

Di dalam melakukan korelasi faktor, kita menginginkan agar setiap faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signifikan atau beberapa variabel saja. Dimana gunanya rotasi adalah untuk mengontrol/memeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa faktor saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi bahwa beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang terhadap seluruh varian (dari seluruh variabel asli) mengalami perubahan.

6. Membuat Interpretasi Hasil Rotasi

Interpretasi mengenai faktor bisa dipermudah dengan mengenali (mengidentifikasi) variabel yang mempunyai nilai loading yang besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan menurut variabel-variabel yang mempunyai nilai loading yang tinggi dengan faktor tersebut. Bantuan di dalam


(48)

interpretasi yang berguna lainnya ialah mengeplot variabel dengan menggunakan factor loading sebagai titik koordinatnya.

Variabel yang berada pada ujung atau akhir suatu sumbu ialah variabel-variabel yang nilai loadingnya tinggi hanya pada faktor tersebut, katakan faktor 1, 2, atau 3 dan oleh karena itu variabel-variabel tersebut akan memberikan inspirasi tentang nama yang tepat dari faktor yang bersangkutan (Supranto, 2010). Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal (perpotongan sumbu F1 dan F2) mempunyai

muatan rendah (low loading) pada kedua faktor.

Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu faktor tidak bisa diberi label sebagai faktor tidak teridentifikasi atau faktor umum. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat (nilai faktor loading yang besar) dengan faktor tertentu dan memberikan inspirasi nama faktor yang bersangkutan (Supranto, 2004).

2.4.8 Menghitung Skor dan Nilai Faktor

Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili karakteristik khusus yang direpresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan.

Sebenarnya analisis tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung pun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya.


(49)

Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut: F1 = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + ...+ WikXk

Dimana :

F1 adalah faktor

Wi adalah bobot variabel terhadap faktor K adalah jumlah variabel

X adalah variabel

Semakin besar bobot (Wi) suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk keadaan sebaliknya (Rangkuti, 2002).

2.4.9 Memilih Surrogate Variables

Surrogate Variables adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya. Pemilihan Surrogate Variables meliputi dari sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan di dalam analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan menginterpretasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan.

2.4.10 Proses Analisis Faktor

Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut:

1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya


(50)

ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Barlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.

2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut sehingga menjadi satu atau beberapa faktor.

3. Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain.

4. Jika isi faktor diragukan, dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain. 5. Setelah faktor benar-benar sudah terbentuk, maka proses dilanjutkan dengan

menamakan faktor yang ada. Kemudian mengartikannya hasil penemuannya (artinya faktor-faktor tersebut mewakili variabel yang mana saja).

2.4.11 Asumsi Analisis Faktor

Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya variabel yang memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada dalam suatu faktor akan memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang terdapat pada faktor yang lain. Karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi dalam analiss faktor berkaitan erat dengan korelasi berikut:

1. Korelasi atau keterkaitan antarvariabel harus kuat

Hal ini dapat diidentifikasi dari nilai determinannya yang mendekati nol. Nilai determinan dari matriks korelasi yang elemen-elemennya menyerupai matriks


(51)

identitas akan memiliki nilai determinan sebesar satu. Artinya, jika nilai determinan mendekati satu, maka matriks korelasi menyerupai matriks identitas, dimana antar item/variabel tidak saling terkait karena matriks identitas memiliki elemen pada diagonal bernilai satu, sedangkan lainnya bernilai nol.

2. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil

Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Kiser Meyer Olkin measure of sampling adequency (KMO). KMO merupakan sebuah indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien parsialnya secara keseluruhan. Jika jumlah kuadrat koefisien korelasi parsial di antara seluruh pasangan variabel bernilai kecil dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisien korelasi, maka akan menghasilkan nilai KMO yang mendekati satu. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa analis faktor bukan merupakan pilihan yang tepat. Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai KMO diangggap cukup apabila nilai KMO ≥ 0,5.

3. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil

Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Measure of Sampling Adequency (MSA). MSA adalah sebuah indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara parsial setiap item/variabel. Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai MSA dianggap cukup apabila nilai MSA ≥ 0,5. Apabila ada item/variabel yang tidak memiliki nilai MSA ≥ 0,5, variabel tersebut harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap satu persatu.


(52)

4. Dalam beberapa kasus, setiap variabel yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis faktor harus menyebar secara normal.

2.5 Kerangka Konsep

Gambat 2.1 Analisis Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) oleh Ibu Pasangan Usia Subur (PUS)

di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuuhanbatu Selatan

Tahun 2014 Analisis

Faktor

Hasil : Faktor 1 Faktor 2 Faktor... Faktor n Faktor yang memengaruhi

rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD oleh ibu pasangan usia subur:

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Dukungan suami 4. Dukungan tenaga

kesehatan 5. Sosial budaya 6. Ekonomi


(53)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan mengguna metode penerapan analisis faktor eksplanatori yang memengaruhi ibu PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di daerah Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan alasan pemilikan lokasi ini karena masih minimnya jumlah peserta KB di daerah Desa Sabungan khusunya pengguna KB IUD sebesar 0,08%.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian dari bulan Desember 2013 sampai dengan Agustus 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh jumlah PUS yang ada di Desa Sabungan yang tidak memakai alat kontrasepsi IUD sebanyak 1290 PUS.


(54)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu pasangan usia subur (PUS) yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penentuan sampel dapat menggunakan patokan rasio 10:1 yang artinya untuk satu variabel seharusnya ada 10 sampel (Riyanto, 2012). Dengan menggunakan rumus 10k (k = jumlah variabel), dalam penelitian ini jumlah variabel = 6. Sehingga jumlah responden sebanyak 10 x 6 = 60 orang.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ibu pasangan usia subur (PUS) yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebanyak 60 orang dengan penetapan kriteria teknik pengambilan sampel secara “Non probability Sampling” yaitu pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepraktisan belaka dengan teknik “Accidental Sampling”.

Teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah Accidental Sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data (Martono, 2010).


(55)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dilakukan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara menuliskan jawaban langsung di kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Badan Kependudukan dan Puskesmas Langgapayung.

3.4 Definisi Operasional

1. Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk menemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen, untuk dijadikan menjadi kumpulan variabel yang lebih sedikit dari variabel awal.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pemakaian alat kontrasepsi IUD.

3. Sikap adalah respon/tanggapan responden tentang penerimaan atau penolakan pemakaian alat kontrasepsi IUD.

4. Dukungan suami/keluarga adalah dorongan atau motivasi keluarga terhadap ibu PUS dalam pemakaian metode IUD.

5. Dukungan tenaga kesehatan adalah dukungan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi tentang metode IUD.

6. Sosial budaya adalah tanggapan atau penilaian masyarakat mengenai pemakaian alat kontrasepsi IUD.


(56)

7. Ekonomi adalah besarnya penghasilan dalam bentuk materi yang diperoleh mendorong ibu PUS melakukan pemakaian alat kontrasepsi IUD.

3.5 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian adalah untuk mengukur perilaku responden yang meliputi pengetahuan, sikap, dan semua variabel dimana variabel pengukuran dijabarkan menjadi komponen yang dapat diukur berdasarkan nilai yang diberikan ssetiap pertanyaan.

3.5.1 Pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan ibu pasangan usia subur tentang alat kontarasepsi IUD dengan 12 pertanyaan dan diukur melalui jawaban kuesioner. Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0.

Konversinya : = 0,58 dan hasilnya dikalikan jumlah pengetahuan. Diperoleh nilai tertinggi yaitu 7 dan terendah bernilai 1.

Data berbentuk interval. 3.5.2 Sikap

Sikap dapat diukur dengan 10 pernyataan dengan menggunakan skala Likert. Masing-masing pernyataan mempunyai nilai tertinggi = 5 dan nilai terendah = 1. Pemberian nilai dilakukan berdasarkan, (Ridwan, 2008):

1. Jika tentang pernyataan positif, yaitu: 5 = Sangat setuju (SS)

4 = Setuju 3 = Ragu-ragu


(57)

2 = Tidak setuju 1 = Sangat tidak setuju

Jika tentang pertanyaan negatif yaitu: 1 = Setuju

2 = Setuju 3 = Ragu-ragu 4 = Tidak setuju 5 = Sangat tidak setuju

Dalam pengukuran sikap, total nilai tertinggi adalah 50. Berdasarkan jumlah nilai terendah 10.

Konversinya : dan dikalikan jumlah skor sikap. Diperoleh nilai tertinggi 7 dan terendah bernilai 1.

Data berbentuk interval. 3.5.3 Dukungan Suami

Diukur dengan 10 pertanyaan yang digunakan tentang partisipasi peran serta suami dan keluarga, jika jawab Ya diberi nilai 1 dan jawaban Tidak memiliki bobot 0. Nilai tertinggi 10 dan terendah nilainya 0.

Konversinya : dan hasilnya jumlah konversi dikalikan jumlah skor dukungan suami.

Diperoleh nilai tertinggi yaitu 7 dan terendah bernilai 1. Data berbentuk interval.


(58)

3.5.4 Dukungan Tenaga Kesehatan

Dukungan tenaga kesehatan dilihat dari ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga terlatih.

1. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah alat kontrasepsi IUD yang tersedia apabila akseptor KB ingin mempergunakan IUD di wilayah Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Kategori ketersediaan alat kontrasepsi : 0. Tersedia 1. Tidak Tersedia

Pengukuran variabel ketersediaan alat kontrasepsi disusun 5 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban Ya (bobot nilai 1), dan Tidak (bobot nilai 0).

2. Ketersediaan tenaga terlatih adalah tenaga terlatih yang tersedia apabila akseptor KB ingin mempergunakan IUD di wilayah Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan.

Kategori ketersediaan alat kontrasepsi : 0. Tersedia 1. Tidak tersedia

Pengukuran variabel ketersediaan tenaga terlatih disusun 7 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban Ya (bobot nilai 1), dan Tidak (bobot nilai 0). Dan nilai tertinggi dukungan suami yaitu 12 dan terendah adalah 0.

Konversinya : = 0,58 dan hasil konversinya dikalikan nilai dukungan suami. Diperoleh nilai tertinggi yaitu 7 dan terendah 1.


(59)

3.5.5 Sosial Budaya

Sosial budaya adalah kondisi di masyarakat yang berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.

Pengukuran variabel budaya disusun 5 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban setuju (bobot nilai 1), tidak setuju (bobot nilai 0). Nilai tertinggi yaitu 5 dan terendah 0.

Konversi : dan hasil konversi dikalikan dengan skor nilai sosial budaya. Diperoleh nilai tertinggi yaitu 7 dan terendah adalah 1.

Data berbentuk interval. 3.5.6 Ekonomi

Untuk mengukur ekonomi dengan memberikan 1 butir pertanyaan yang menggunakan skala semantic difference dengan jawaban sangat tidak setuju sekali diberi skor 1, sangat tidak setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3, kurang setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 5, sangat setuju diberi skor 6, dan sangat setuju sekali diberi skor 7.

Diperoleh nilai tertinggi 7 dan nilai terendah adalah 1. Data berbentuk interval.

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan komputer. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Adapun langkah dalam analisis faktor, yaitu:


(60)

1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Barlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.

2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode pencarian faktor yang digunakan adalah principal component analysis.

3. Rotasi faktor. 4. Ketetapan model. 5. Penamaan faktor.


(61)

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan memiliki luas 484,35km², adapun batas-batas wilayah Kecamatan Sungai Kanan, yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mampang.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Langgapayung/Simatahari. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Binanga Dua/Mampang. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Bangai.

Desa Sabungan memiliki jumlah penduduk 8.191 jiwa pada tahun 2012 dengan rincian laki-laki 4.059 jiwa dan perempuan 4.127 jiwa.

4.2 Gambaran Umum Responden (Ibu) 4.2.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1. Distribusi Ibu Menurut Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Jumlah Anak, Alat Kontrasepsi yang Digunakan

Variabel n %

Umur

>25 18 30,0

25-30 19 31,7

>30 23 38,3

Pendidikan

SD 5 8,3

SMP 21 35,0

SMA/SMK 24 40,0

Diploma/Sarjana 10 16,7

Pekerjaan

Petani/Buruh 32 53,3

PNS 3 5,0


(62)

Tabel 4.1 Lanjutan

Variabel n %

Pekerjaan

Wiraswasta 4 6,6

IRT 15 25

Jumlah Anak

1 anak 7 11,7

2 anak 20 33,3

3 anak 13 21,7

4 anak 10 16,7

5 anak 6 10,0

6 anak 4 6,7

Alat Kontrasepsi yang Digunakan

Kondom 3 5,0

Pil 14 23,3

Suntik 24 40,0

Tidak ber-KB 19 31,7

Jumlah 60 100,0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden menurut umur terbanyak berada pada umur di atas 30 tahun yaitu berjumlah 23 ibu (38,3%), menurut pendidikan terbanyak berpendidikan SMA/SMK yaitu berjumlah 24 ibu (40,0%), menurut pekerjaan terbanyak bekerja sebagai petani/buruh yaitu berjumlah 32 ibu (53.3%), menurut jumlah anak terbanyak yaitu berjumlah 2 anak (85.0%) dan menurut alat kontrasepsi yang terbanyak adalah suntik berjumlah 24 ibu (40%).


(63)

Tabel 4.2. Distribusi Jawaban Responden tentang Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD No Pertanyaan Pengetahuan

Jawaban

Total Benar Salah

n % n % n %

1 Menurut ibu apakah pengertian alat

kontrasepsi? 15 25,0 45 75,0 60 100,0

2 Menurut ibu, apa sajakah jenis-jenis alat kontrasepsiyang tidak mengandung hormon?

23 38,3 37 61,7 60 100,0 3 Apa yang ibu ketahui tentang alat

kontrasepsi IUD? 50 83.3 10 16,7 60 100,0

4 Menurut ibu, dimanakah tempat untuk mendapatkan pelayanan alat kontrasepsi IUD?

52 86,7 8 13,3 60 100,0 5 Menurut ibu, apa sajakah

jenis-jenis kontrasepsi IUD? 22 36,7 38 63,3 60 100,0 6 Menurut ibu pada saat kapan

seorang ibu diperbolehkan menggunakan IUD?

15 25,0 45 75,0 60 100,0 7 Menurut ibu manakah dibawah ini

termasuk keuntungan dari IUD? 13 21,7 47 78,3 60 100,0 8 Menurut ibu apakah keuntungan

dari IUD? 46 76,7 14 23,3 60 100,0

9 Dibawah ini merupakan waktu yang tepat memeriksakan diri setelah menggunakan alat kontrasepsi IUD, kecuali?

21 35,0 39 65,0 60 100,0

10 Pemasangasan IUD dapat digunakan untuk jangka waktu berapa lama?

43 71,7 17 28,3 60 100,0 11 Siapakah yang diperbolehkan

memasang IUD? 57 95,0 3 5,0 60 100,0

12 Menurut ibu, seberapa besar aktivitas dalam pencegahan kehamilan bila memakai alat kontrasepsi?

29 48,3 31 51,7 60 100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang menjawab benar terbanyak berada pada pertanyaan nomor 11 yaitu siapakah yang diperbolehkan memasang IUD berjumlah 57 ibu (95%) dan responden yang menjawab salah terbanyak berada pada


(64)

pertanyaan 7 yaitu menurut ibu manakah dibawah ini termasuk keuntungan dari IUD berjumlah 47 ibu (78,3%).

Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD

No Pernyataan n %

1 Menggunakan kontrasepsi IUD harus izin suami

– Tidak Setuju 5 8,3

– Ragu-ragu 4 6,7

– Setuju 32 53,3

– Sangat Setuju 19 31,7

Total 60 100,0

2 Kontrasepsi IUD dapat dipasang kapan saja

– Sangat Tidak Setuju 4 6,7

– Tidak Setuju 18 30,0

– Ragu-ragu 23 38,3

– Setuju 13 21,7

– Sangat Setuju 2 3,3

Total 60 100,0

3 Kontrasepsi IUD dapat dilakukan tanpa memperhitungkan jumlah dan jenis kelamin anak

– Sangat Tidak Setuju 4 6,7

– Tidak Setuju 13 21,7

– Ragu-ragu 8 13,3

– Setuju 35 58,3

Total 60 100,0

4 Kontrasepsi IUD sangat rumit dan membutuhkan biaya besar

– Sangat Tidak Setuju 7 11,7

– Tidak Setuju 20 33,3

– Ragu-ragu 8 13,3

– Setuju 17 55,0

– Sangat Setuju 8 22,5

Total 60 100,0

5 IUD dapat dilakukan di semua tempat pelayanan kesehatan

– Sangat Tidak Setuju 4 6,7

– Tidak Setuju 11 18,3

– Ragu-ragu 9 15,0

– Setuju 32 53,3

– Sangat Setuju 4 6,7


(1)

(2)

(3)

Factor Analysis

KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. ,634

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 48,696

df 15

Sig. ,000

Anti-image Matrices total pengk total sikapk dukun gan suamik total dukga n tenag a keseh atan total budayak Pengaruh status ekonomi responden Anti-image Covariance total pengk

,798 -,117 -,023 -,105 ,117 ,218

total sikapk -,117 ,824 ,001 -,187 -,024 ,097

dukungan

suamik -,023 ,001 ,671 -,312 -,217 -,009

total dukgan

tenaga kesehatan

-,105 -,187 -,312 ,622 ,044 ,067

total budayak ,117 -,024 -,217 ,044 ,883 -,079

Pengaruh

status ekonomi responden

,218 ,097 -,009 ,067 -,079 ,844

Anti-image Correlation

total pengk

,703(a) -,145 -,031 -,150 ,139 ,266

total sikapk -,145 ,742(a) ,001 -,261 -,028 ,116

dukungan

suamik -,031 ,001 ,559(a) -,483 -,282 -,012

total dukgan

tenaga kesehatan

-,150 -,261 -,483 ,616(a) ,060 ,092

total budayak ,139 -,028 -,282 ,060 ,498(a) -,091

Pengaruh

status ekonomi responden

,266 ,116 -,012 ,092 -,091 ,707(a)


(4)

KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. ,650

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 41,964

df 10

Sig. ,000

Anti-image Matrices total pengk total sikapk dukungan suamik total dukgan tenaga kesehatan Pengaruh status ekonomi responden Anti-image Covariance

total pengk ,814 -,117 ,007 -,114 ,235

total sikapk -,117 ,824 -,005 -,186 ,096 dukungan

suamik ,007 -,005 ,729 -,329 -,031

total dukgan tenaga kesehatan

-,114 -,186 -,329 ,624 ,072

Pengaruh status ekonomi responden

,235 ,096 -,031 ,072 ,851

Anti-image Correlation

total pengk ,702(a) -,142 ,009 -,160 ,282 total sikapk -,142 ,746(a) -,007 -,260 ,114 dukungan

suamik ,009 -,007 ,579(a) -,487 -,039

total dukgan tenaga kesehatan

-,160 -,260 -,487 ,612(a) ,098

Pengaruh status ekonomi responden

,282 ,114 -,039 ,098 ,686(a)

a Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Communalities

Initial Extraction

total pengk 1,000 ,597

total sikapk 1,000 ,423

dukungan suamik 1,000 ,770 total dukgan tenaga

kesehatan 1,000 ,744

Pengaruh status

ekonomi responden 1,000 ,638 Extraction Method: Principal Component Analysis.


(5)

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total

% of Variance

Cumulative

% Total

% of Variance

Cumulative %

1 2,080 41,603 41,603 2,080 41,603 41,603

2 1,092 21,843 63,445 1,092 21,843 63,445

3 ,749 14,975 78,420

4 ,646 12,919 91,339

5 ,433 8,661 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Number

5 4

3 2

1

Ei

genv

alu

e

2.0

1.5

1.0

0.5


(6)

Component Matrix(a)

Component

1 2

total pengk ,621 -,460

total sikapk ,644 -,091

dukungan suamik ,607 ,633 total dukgan tenaga

kesehatan ,788 ,352

Pengaruh status

ekonomi responden -,539 ,589 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 2 components extracted.

Rotated Component Matrix(a)

Component

1 2

total pengk ,138 ,760

total sikapk ,408 ,507

dukungan suamik ,876 -,047 total dukgan tenaga

kesehatan ,815 ,282

Pengaruh status

ekonomi responden ,010 -,799 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 3 iterations.

Component Transformation Matrix

Component 1 2

1 ,729 ,684

2 ,684 -,729

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.


Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik Suami dengan Peran Suami dalam Menggunakan Alat Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) pada Pasangan Usia Subur di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014

3 80 152

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

9 110 114

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Suami Tentang Alat Kontrasepsi Pria Di Desa Juhar Perangin-Angin Kecamatan Juhar Kabupaten Karo Tahun 2012

3 38 80

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel dan Jambu Biji

5 89 45

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) TIDAK MEMILIH METODE KONTRASEPSI INTRA Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pasangan Usia Subur ( Pus ) Tidak Memilih Metode Kontrasepsi Intra Uterine Device ( Iud ) Di Desa Pucangan

0 3 16

PENDAHULUAN Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pasangan Usia Subur ( Pus ) Tidak Memilih Metode Kontrasepsi Intra Uterine Device ( Iud ) Di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 8

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PASANGAN USIA SUBUR ( PUS ) TIDAK MEMILIH METODE KONTRASEPSI INTRA UTERINE Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pasangan Usia Subur ( Pus ) Tidak Memilih Metode Kontrasepsi Intra Uterine Device ( Iud ) Di Desa

0 0 15

Analisis faktor yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) oleh ibu pasangan usia subur di Desa Sabungan Kecamatan Sungai kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014

0 0 38

Analisis faktor yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) oleh ibu pasangan usia subur di Desa Sabungan Kecamatan Sungai kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014

0 0 31

Analisis faktor yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD (Intra Uteri Device) oleh ibu pasangan usia subur di Desa Sabungan Kecamatan Sungai kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014

0 0 13