Kandungan padatan lemak Slip Melting Point

25

3. Analisis Karakter Oil Blend

Karakter oil blend yang diujikan antara lain karakakter fisik berupa kandungan padatan lemak solid fat content SFC dan slip melting point.

a. Kandungan padatan lemak

Pengujian SFC dilakukan dengan menggunakan alat Nuclear Magnetic Resonance NMR Bruker The Minispec mq20 Solid Fat Content Analyzer berdasarkan metode AOCS Cd16b-93. Pre-treatment atau prosedur stabilisasi sangat menentukan jumlah dan tipe kristal lemak yang terbentuk, dan konsekuensinya terhadap kandungan padatan solid content yang diukur dengan NMR. Prosedur stabilisasi dan metode non-tempering untuk pengukuran SFC margarin sesuai dengan yang dikeluarkan oleh Bruker Typical Applications for Industry : Minispec Application Note 8 . Sampel dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 80 o C agar mencair seluruhnya dan menjadi homogen. Sampel kemudian diisikan ke dalam tabung NMR dengan ketinggian ±2.5 cm. Tabung yang digunakan harus bersih dan kering di bagian luar tabung. Sampel yang telah leleh sempurna dipertahankan pada suhu 60°C selama 5 menit. Selanjutnya sampel didiamkan pada water bath 0°C selama 60±2 menit. Masing-masing sampel selanjutnya didiamkan pada suhu observasi yang telah ditentukan yaitu 10°C, 20°C, 30°C, dan 40°C selama ±30 menit. Sampel kemudian dipindahkan ke alat spektrofotometri NMR dengan segera untuk diujikan. Alat spektrofotometri NMR akan membaca kandungan lemak padat yang terkandung dalam sampel. Denyut hasil pengukuran dengan spektrofotometri NMR secara otomatis akan terdeteksi oleh komputer. SFC oil blend dari bahan baku tertentu yang telah diketahui nilai SFC-nya dapat diprediksi dengan menggunakan rumus: SFC = [SFCoil 1 × oil 1 + SFCoil 2 × oil 2 + SFCoil 3 × oil 3 ] e.q. 3 Persamaan diatas digunakan pada penelitian untuk melakukan pendekatan secara teoritis terhadap karakter SFC dalam oil blend. SFC hasil percobaan dengan menggunakan NMR akan dibandingkan dengan nilai teoritis yang dihasilkan.

b. Slip Melting Point

Pangujian dilakukan sesuai AOCS Cc3-25. Sedikitnya 3 buah pipa kapiler gelas berdiameter ±1 mm dicelupukan ke dalam sampel yang telah terlebih dahulu dipanaskan hingga minyak naik setinggi 1 cm di dalam pipa kapiler. Pipa kapiler yang telah berisi sampel didiamkan pada suhu 4-10 o C selama 16 jam. Pipa kapiler dipasangkan pada termometer dengan diikat sedemikian rupa sehingga ujung pipa kapiler sejajar dengan ujung termometer. Pipa kapiler dan termometer dicelupkan ke dalam gelas piala 600 ml berisi air destilata dengan suhu 8-10 o C di bawah SMP contoh. Gelas piala diletakkan di atas hotplate dengan peningkatan suhu 0.5-1 o C setiap menit. Pembacaan suhu dilakukan ketika sampel yang berada dalam pipa kapiler tersebut mencair dan bergerak naik.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGUJIAN BAHAN BAKU

1. Bilangan Iod

Bilangan iod menunjukkan jumlah rata-rata ikatan rangkap yang terdapat pada sampel minyak sehingga selain menunjukkan tingkat ketidakjenuhan juga dapat digunakan sebagai salah satu spesifikasi untuk menentukkan jenis minyak atau lemak Weiss, 1983. Pengujian bilangan iod dilakukan untuk melihat kesesuaian spesifikasi bahan baku yang digunakan Scrimgeour, 2005. Bilangan iod yang dihitung menggunakan persamaan e.q. 1 untuk masing-masing bahan baku minyak sawit PO, stearin PS, dan minyak kelapa CNO secara berurutan adalah 54.66; 41.19; dan 9.2. Nilai tersebut masih termasuk dalam rentang jangkauan spesifikasi bilangan iod untuk masing-masing bahan di PT SMII seperti yang tercantum pada Tabel 9. Sementara menurut literatur, minyak sawit memiliki kisaran bilangan iod 41.8-64.4 dengan rata-rata 53.2 Yusof, 2005. Tabel 9. Hasil uji bahan baku PT SMII Sampel Bilangan Iod mg Iodg Bilangan Peroksida meq O2kg max. Hasil Uji Spec. PT SMII Hasil Uji Spec. PT SMII Minyak Sawit PO 54.655±0.074 51.5 0.4983±0.053 0.5 Stearin PS 41.189±0.061 39-42 0.4784±0.072 0.5 Minyak Kelapa CNO 9.2018±0.019 7.5-10 0.2126±0.030 1.0 Stearin memiliki kisaran bilangan iod yang cukup luas, yaitu 21.6-49.4 Yusof, 2005. Bilangan iod menunjukkan jenis stearin yang digunakan, dari jenis lunak bilangan iod sekitar 50 hingga stearin jenis keras bilangan iod sekitar 20 Basiron, 2005. Pada penelitian ini digunakan stearin lunak dengan bilangan iod 41.19. Zaliha et.al. 2004 melaporkan bahwa bilangan iod juga dapat dipengaruhi oleh proses produksi minyak. Bilangan iod fraksi stearin maupun olein dapat meningkat saat digunakan proses kristalisasi dengan suhu yang lebih rendah. Selain itu, kedua fraksi tersebut akan mulai clouding pada suhu yang lebih rendah.

2. Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida merupakan pengujian analitik yang umumnya digunakan untuk mengukur kerusakan oksidatif dari sampel minyak dan lemak. Peroksida merupakan produk yang terbentuk dari hasil reaksi primer dalam tahap awal oksidasi dan menjadi tolak ukur adanya oksidasi lemak Ketaren, 1996, sehingga bahan baku yang akan digunakan harus memiliki bilangan peroksida yang sangat rendah. Rata-rata hasil pengujian untuk masing-