Peranan Pembiayaan Syariah Pembiayaan Syariah Murabahah

13 permasalahan hukum yang menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan, serta peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor. Sedangkan permasalahan antara, yaitu permasalahan dari instansi terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam hal manajemen keuangan, agunan, dan keterbatasan dalam kewirausahaan .

2.2. Pembiayaan Syariah bagi Usaha Mikro

2.2.1. Peranan Pembiayaan Syariah

Saat ini, pembiayaan syariah dapat dijadikan sebagai alternatif solusi bagi para pelaku usaha yang memiliki masalah dalam hal permodalan. Pembiayaan syariah pun memiliki peranan penting bagi para pelaku usaha yang ada di Indonesia ke depannya terutama bagi para pelaku usaha mikro. Peranan penting tersebut antara lain membuka peluang pembiayaan bagi kegiatan usaha berdasarkan prinsip kemitraan partnership. Konsep yang diterapkan adalah hubungan kerjasama investasi yang harmonis mutual investorrelationship yang berbeda dengan pola hubungan debitur dan kreditur yang antagonis debtor to creditor relationship pada pembiayaan oleh perbankan konvensional. Produk dan jasa yang ditawarkan pembiayaan syariah pun memiliki sejumlah keunggulan berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan perpetualinterest effect, pembatasan kegiatan spekulasi, pengutamaan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan keterkaitan antara sektor keuangan dengan sektor riil linkages between financial sector and real sector, serta pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang lebih memperhatikan nilai-nilai etika dan moralitas Siregar, 2002. Hal ini didukung oleh Soetrisno 2004 yang menyatakan bahwa pembiayaan syariah sangat cocok untuk usaha yang mempunyai ketidakpastian tinggi dan keterbatasan informasi pasar seperti usaha mikro. Pada umumnya, usaha mikro merasa terbebani dengan adanya sistem bunga yang diterapkan pada pembiayaan konvensional karena bunga tersebut identik dengan upaya memperoleh keuntungan atas kerjasama antara pihak pemberi pembiayaan dengan 14 pelaku usaha. Akan tetapi, adanya sistem bagi hasil yang diterapkan pada pembiayaan syariah dapat menghindari prinsip mendapatkan untung atas kerjasama orang lain tersebut.

2.2.2. Pembiayaan Syariah Murabahah

Dalam pembiayaan syariah, terdapat tiga prinsip pembiayaan, yaitu bagi hasil, jual beli, dan sewa menyewa. Murabahah termasuk ke dalam prinsip jual beli. Yuspin 2007 memaparkan bahwa murabahah adalah prinsip jual beli dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan yang disepakati. Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil. Pada murabahah, untuk terbentuknya akad pembiayaan haruslah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat murabahah. Rukun murabahah ada lima yaitu adanya penjual, pembeli, objek atau barang yang diperjualbelikan, harga nilai jual barang berdasarkan mata uang, dan ijab qabul. Sementara itu, syarat murabahah adalah penjual memberitahu biaya modal kepada pembeli, kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan, kontrak harus bebas riba, penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian, serta penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Dalam pelaksanaannya, pembelian objek murabahah dapat dilakukan oleh pembeli murabahah tersebut sebagai wakil dari pihak lembaga keuangan syariah dengan akad wakalah atau perwakilan. Setelah akad wakalah dimana pembeli murabahah tersebut bertindak untuk dan atas nama lembaga keuangan syariah untuk melakukan pembelian objek murabahah tersebut. Setelah akad wakalah selesai dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi hak milik lembaga keuangan syariah maka terjadi akad kedua antara lembaga keuangan syariah dengan pembeli murabahah atau nasabah yaitu akad murabahah.

2.3. Peranan BMT dalam Pemberdayaan Usaha Mikro