Pendugaan Parameter Pengoptimuman Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbangun di Kota Bogor

Koefisien ruang terbuka hijau RTH pada tiap penggunaan lahan rencana ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011- 2031, yang menyebutkan bahwa: a. koefisien RTH pada ruang terbangun sebesar 10, b. koefisien RTH pada taman sebesar 80, sisanya untuk bangunan fasilitas rekreasi, olahraga, dan fasilitas penunjang lainnya, c. pada lahan kosong dan perairan tidak terdapat RTH sehingga koefisien RTH sebesar 0, d. pada lahan lainnya 100 merupakan RTH sehingga koefisien RTH sebesar 100. Penentuan nilai koefisien RTH 100 dimaksudkan untuk menyederhanakan model. Pada kenyataannya angka tersebut berbeda untuk setiap penggunaan lahan. Hal tersebut ditentukan oleh tutupan lahan pada tiap penggunaan lahan. Data koefisien RTH terdapat dalam Lampiran 2. 3. Standar koefisien ruang terbuka hijau Parameter standar koefisien ruang terbuka hijau ditentukan berdasarkan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu sebesar 30 dari luas wilayah perkotaan. 4. Koefisien ruang terbangun Luas ruang terbangun dari suatu jenis lahan merupakan selisih antara luas lahan dengan luas ruang terbuka hijau, sehingga berdasarkan parameter koefisien ruang terbuka hijau RTH yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditentukan koefisien ruang terbangun RTB sebagai berikut: a. koefisien RTB pada ruang terbangun sebesar 90, b. koefisien RTB pada taman sebesar 20, c. pada lahan kosong dan perairan tidak terdapat RTB sehingga koefisien RTB sebesar 0, d. pada lahan lainnya 100 merupakan RTH sehingga koefisien RTB sebesar 0. Data koefisien RTB terdapat dalam Lampiran 2. 5. Standar koefisien ruang terbangun Parameter standar koefisien ruang terbangun ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031, yang menyebutkan bahwa koefisien ruang terbangun di wilayah dengan kepadatan sedang sebesar 50. 6. Luas tiap jenis lahan aktual Luas tiap jenis lahan aktual di setiap kecamatan merupakan penggabungan antara data luas tiap jenis lahan di Kota Bogor tahun 2009 BPS Kota Bogor 2010, luas tiap jenis lahan di Kota Bogor tahun 2007 Bappeda Kota Bogor 2007. Karena keterbatasan data, diasumsikan tidak terjadi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Data selengkapnya terdapat dalam Lampiran 3. 7. Kesesuaian penggunaan lahan Parameter kesesuaian penggunaan lahan seharusnya ditentukan dengan metode analisis spasial peta penggunaan lahan, tetapi dalam karya ilmiah ini ditentukan berdasarkan struktur logika dalam Lampiran 4 ide didasari oleh struktur logika perencanaan pengggunaan lahan dalam Ciptaningrum 2009. Hal ini karena untuk melakukan analisis spasial peta penggunaan lahan diperlukan gambar citra satelit Kota Bogor, namun penulis tidak berhasil mendapatkannya dari instansi terkait. Data kesesuaian penggunaan lahan terdapat dalam Lampiran 5. 8. Produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian Produktivitas komoditas padi, ubi, dan sayur-sayuran per hektar menggunakan data produktivitas komoditas pertanian di Kota Bogor Diperta Jawa Barat 2011, sedangkan untuk produktivitas buah- buahan per hektar dianggap sama dengan produktivitas di DAS Citarum Hulu Ghufrona 2010, dikarenakan tidak tersedia data mengenai produktivitas buah- buahan per hektar di Kota Bogor. Berdasarkan data tersebut ditentukan produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian dengan asumsi: a. produktivitas komoditas pertanian tanaman semusim pada sawah 1 kali rataan, sedangkan pada ladang dan pekarangan 0,8 kali rataan, b. tidak ada produktivitas komoditas pertanian tanaman tahunan pada sawah karena tanaman tahunan tidak dapat ditanam di lahan tersebut, sedangkan produktivitas pada ladang dan pekarangan 1 kali rataan, c. tidak ada produktivitas padi pada ladang dan pekarangan. Data produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian terdapat dalam Lampiran 6. 9. Intensitas penanaman tiap komoditas pertanian Diasumsikan bahwa satu musim tanam setara dengan empat bulan, sehingga dalam satu tahun ada tiga musim tanam. Parameter intensitas penanaman tiap jenis tanaman pertanian adalah sebagai berikut: a. intensitas penanaman sayuran daun dalam satu musim tanam adalah empat kali, karena sayuran daun mempunyai masa tanam tiga minggu, b. intensitas penanaman padi dan sayuran buah dalam satu musim tanam adalah satu kali, karena padi dan sayuran buah merupakan tanaman semusim yang mempunyai masa tanam tiga–empat bulan, c. tidak ada intensitas penanaman buah pada musim tanam I dan musim tanam II, sedangkan pada musim tanam III adalah satu kali. Hal tersebut karena buah merupakan tanaman tahunan yang baru bisa dipanen buahnya satu tahun sekali, d. tidak ada intensitas penanaman ubi kayu dan ubi jalar pada musim tanam I dan musim tanam II, sedangkan pada musim tanam III adalah satu kali. Hal ini karena ubi kayu dan ubi jalar mempunyai masa tanam 4-6 bulan. Data intensitas penanaman terdapat dalam Lampiran 7. 10. Rataan konsumsi komoditas pertanian Parameter rataan konsumsi komoditas pertanian menggunakan data konsumsi rata-rata penduduk Kota Bogor tahun 2007 BPS Kota Bogor 2007. Karena keterbatasan data, diasumsikan pola konsumsi ini tidak mengalami perubahan. Data rataan konsumsi komoditas pertanian terdapat dalam Lampiran 8. 11. Jumlah penduduk Parameter jumlah penduduk mengguna- kan data jumlah penduduk tiap kecamatan di Kota Bogor tahun 2009 BPS Kota Bogor 2010. Data jumlah penduduk terdapat dalam Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penduduk tiap kecamatan Kecamatan Jumlah penduduk orang Bogor Utara 166.943 Bogor Selatan 180.270 Bogor Timur 94.722 Bogor Barat 205.997 Bogor Tengah 112.425 Tanah Sareal 185.847 Jumlah 946.204

5.3 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. lahan kosong cocok untuk ditanami semua jenis tanaman sehingga bisa diubah ke semua bentuk lahan pertanian, 2. pengubahan lahan tidak memperhatikan kesesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng suatu wilayah, 3. biaya perubahan dari lahan aktual ke lahan rencana tidak diperhitungkan.

5.4 Formulasi

Dalam kasus di Kota Bogor, indeks yang mewakili kecamatan dinotasikan i, dengan i=1,2,..,6. Perinciannya terdapat dalam Tabel 4. Tabel 4 Indeks yang mewakili kecamatan Kecamatan i Keterangan 1 Bogor Utara 2 Bogor Selatan 3 Bogor Timur 4 Bogor Barat 5 Bogor Tengah 6 Tanah Sareal Indeks yang mewakili jenis lahan aktual dinotasikan j, dengan j=1,2,..,12. Indeks yang mewakili jenis lahan rencana dinotasikan k, dengan k=1,2,..,12. Perinciannya terdapat dalam Tabel 5. Tabel 5 Indeks yang mewakili jenis lahan aktual dan rencana Jenis lahan Keterangan Aktual j Rencana k 1 1 ruang terbangun 2 2 sawah 3 3 ladang, pekarangan 4 4 danau, sungai, kolam 5 5 hutan kota, kebun raya 6 6 jalur hijau jalan 7 7 lapangan olahraga 8 8 sempadan sungai 9 9 TPU 10 10 taman 11 11 kawasan hijau dan bentang alam 12 12 lahan kosong Indeks yang mewakili komoditas pertanian dinotasikan l, dengan l = 1,2,..,18. Perinciannya terdapat dalam Tabel 6. Tabel 6 Indeks yang mewakili komoditas pertanian Komoditas pertanian l Keterangan 1 padi 2 tomat 3 terong 4 kacang panjang 5 mentimun 6 cabai 7 bayam 8 buncis 9 kacang tanah 10 ubi kayu 11 ubi jalar 12 jambu biji 13 jeruk 14 nangka 15 nanas 16 pepaya 17 pisang 18 rambutan Indeks yang mewakili musim tanam dinotasikan m, dengan m = 1,2,3. Perinciannya terdapat dalam Tabel 7. Tabel 7 Indeks yang mewakili musim tanam Musim tanam m Keterangan 1 musim tanam I Januari - April 2 musim tanam II Mei - Agustus 3 musim tanam III September – Desember Parameter-parameter yang digunakan adalah A i lihat Tabel 2, E lihat Tabel 3, θ k lihat Lampiran 2, γ k lihat Lampiran 2, A ij lihat Lampiran 3, Q jk lihat Lampiran 5, P lk lihat Lampiran 6, S lm lihat Lampiran 7, R l lihat Lampiran 8. Tahap pertama untuk menyelesaikan masalah ini ialah membagi fungsi tujuan menjadi dua bagian sesuai dengan urutan prioritas. Prioritas pertama Meminimumkan proporsi kekurangan pemenuhan sasaran ruang terbangun, yaitu min z 1 = 0, 50 . i i I i d A    Kendala yang digunakan sebagai berikut: 1. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbangun di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbangun di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan untuk mencapai 50 luas kecamatan i, yaitu 12 12 1 1 0, 50 , . k ijk i i i j k X d d A i I                  2. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbuka hijau di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan untuk mencapai 30 luas kecamatan i, yaitu 12 12 1 1 0, 30 , . k ijk i i i j k X g g A i I                  3. Kendala jenis lahan aktual j yang akan dialokasikan ke jenis lahan rencana k di tiap kecamatan i, yaitu bahwa luas tiap kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k