dengan selera masyarakat setempat. Menurut Sosrodiningrat 1991 diacu dalam Marwanti 1997, ciri-ciri makanan tradisional, yaitu:
1. Resep makanan yang diperoleh secara turun temurun dari generasi
pendahulunya. 2.
Penggunaan alat tradisional tertentu di dalam pengolahan masakan tersebut misalnya: alat dari tanah liat.
3. Teknik olah masakan merupakan cara pengolahan yang harus dilakukan
untuk mendapatkan rasa maupun rupa yang khas dari suatu masakan.
2.4.2 Ketahanan dan kedaulatan pangan
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, dan terjangkau UU No.07 tahun 1996. Menurut Hariyadi 2010, aspek utama dalam ketahanan pangan terdiri dari 4 hal; yaitu 1
aspek ketersediaan pangan food availibity, 2 aspek stabilitas ketersediaan pasokan pangan stability od supplies 3 aspek keterjangkauan acces supplies
dan 4 aspek konsumsi food utilization. Faktor-faktor struktur sosial, budaya, politik, dan ekonomi sangat penting dalam menentukan ketahana pangan. Faktor-
faktor tersebut di atas merupakan faktor determinan dasar basic determinan bagi ketahaan pangan.
Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan kekuatan
sumberdaya lokal akan menciptakan kemandirian pangan, yang selanjutnya akan melahirkan individu yang sehat, aktif, dan berdaya saing sebagaimana indikator
ketahanan pangan. Disamping itu, juga akan melahirkan sistem pangan dengan pondasi yang kokoh Hariyadi 2010.
Karakteristik dan potensi yang dimilki Indonesia, khususnya mengenai keadaan, luas wilayah dan kondisi lingkungannya, maka Indonesia mempunyai
peluang besar untuk mewujudkan kemandirian pangannya. Pemerintah daerah perlu secara serius menggali potensi lokalnya dalam hal pangan pokok yang lebih
sesuai dengan lingkungan alam dan lingkungan budayanya Hariyadi et al. 2009. Adanya pemanfaatan terhadap sumberdaya lokal akan mengarah pada ketahanan
pangan lokal dan kemandirian masyarakat setempat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Kedaulatan pangan memiliki peran penting sebagai strategi untuk mencegah krisis pangan. Membangun kedaulatan pangan dapat dilakukan melalui
peningkatan produksi pangan disertai pembangunan perdesaan terpadu. Ketidakberhasilan dalam penerapan strategi ketahanan pangan menjadi inspirasi
munculnya strategi alternatif, yaitu kemandirian dan kedaulatan pangan. Pelaksanaan program ketahanan pangan, pemenuhan kebutuhan pangan masih
bergantung pada perdagangan internasional. Dengan berbagai kendala diplomasi internasional dan posisi tawar bargaining position yang belum memadai,
Indonesia belum mampu secara optimal melindungi petani dari serbuan pangan impor Swastika 2011.
Menurut BKP 2012, kemandirian pangan food independence didefinisikan sebagai kemampuan suatu bangsa dalam memproduksi pangan yang
yang beranekaragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat. Lima komponen dalam mewujudkan kemandirian
pangan yaitu ketersediaan yang cukup, stabilitas ketersediaan, keterjangkauan, mutukeamanan pangan yang baik, dan tidak ada ketergantungan pada pihak luar.
Lima komponen tersebut, kemandirian pangan menciptakan daya tahan yang tinggi terhadap perkembangan dan gejolak ekonomi dunia. Membangun
kemandirian dan kedaulatan pangan merupakan strategi untuk mencegah krisis pangan dan mengentaskan masyarakat tani dari kemiskinan.
Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia diarahkan untuk: 1 mewujudkan kemandirian dan kedaulatan negara dan rakyat dalam
menentukan kebijakan produksi, distribusi, dan konsumsi pangan berdasarkan pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa pengaruh pihak luar; 2 mengurangi
ketergantungan pada pangan impor; 3 memanfaatkan keragaman sumber daya hayati untuk memproduksi berbagai komoditas pangan nonberas; 4 menciptakan
lapangan kerja pada industri pertanian di perdesaan; dan 5 membebaskan petani
tanaman pangan dari perangkap kemiskinan sehingga mampu menyongsong masa depan yang lebih sejahtera dan bermartabat Swastika 2011.
2.4.3 Rediversifikasi pangan