Flora Kondisi Biologi Kawasan

pegunungan Gunung Pesawaran 1661 meter, Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu 1660 meter dan Gunung Betung 1240 meter UPTD Tahura WAR 2008.

4.2.5 Geologi dan tanah

Sebagian besar terbentuk dari bahan basalt andesit dan lapisan tufa intermedier dengan bahan platobasalt dan sebagian kecil merupakan batu endapan kwarter dan sedimen tufa asam. Spesies tanah andosol coklat kekuningan terdapat disekitar Gunung Ratai yang terbentuk dari bahan induk tufa intemedier. Spesies tanah andosol coklat kekuningan dengan bahan induk komplituda dan batuan kukuh intermedier terdapat di sekitar gunung Betung. Sebagian kawasan lain memiliki spesies latosol coklat tua kemerahan dengan bahan induk tufa intermedier UPTD Tahura WAR 2008.

4.2.6 Hidrologi

Kawasan Tahura WAR merupakan wilayah Catchment Area tangkapan air dari beberapa sungaianak sungai di Kawasan ini, di bagian selatan mengalir sungai Way Sabu, merupakan aliran sungai yang cukup panjang dan bermuara di Teluk Ratai. Sungai Way Ngeluk, Way Langka dan Way Berenung bermuara di sungai Way Sekampung terdapat di bagian utara kawasan. Sungai Way Harong, Way Semah, Way Padang Ratu, Way Kedondong, dan Way Awi terdapat di bagian barat kawasan. Di bagian timur Tahura terdapat sungai Way Simpang Kanan, Simpang Kiri, Way Jernih, Way Balak dan Way Betung, dll UPTD Tahura WAR 2008.

4.3 Kondisi Biologi Kawasan

4.3.1 Flora

Spesies flora yang ada di kawasan ini terutama pada hutan primer antara lain adalah rasamala Altingia excelsa, medang Litsea firmahoa, bayur Pterospermum javanicum, pulai Alstonia scholaris, merawan Hopea mangarawan, ,jabon Anthocepalus cadamba, cempaka Michelia champaca, kenanga Cananga odorata dan lain-lain serta spesies paku-pakuan dan anggrek hutan. Pada hutan sekunder terdapat spesies durian Durio zibethinus makaranga Macaranga gigantean, vitex Vitexs sp., kenanga Cananga odorata, dan lain- lain. Terdapat pula hutan hasil reboisasi dengan tanaman sonokeling Dalbergia latifolia, dan kaliandra Caliandra sp. UPTD Tahura WAR 2008. Spesies tumbuhan tahura WAR sebanyak 73 jenis Rifki 2007 Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 2008. Balem Palaquium hexandrum dan gowok Syzygium polycephala merupakan tumbuhan pangan yang terdapat di Tahura WAR Lampiran 7. Bagian buah merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak dapat dimanfaatkan dari tumbuhan tersebut. Buah balem Palaquium hexandrum yang asam dapat dikonsumsi dan bijinya merupakan sumber lemak yang digunakan untuk makanan FAO 1995. Menurut Jansen et al. 1992 buah gowok Syzygium polycephala memiliki rasa asam, dapat dikonsumsi dalam kondisi segar, sering kali buahnya juga dibuat jeli atau dibuat rujak. Pucuk-pucuk mudanya pun dapat dikonsumi sebagai sayuran. Selain tumbuhan pangan, adapula tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat, diantaranya, yaitu bayur Pterospermum javanicum, bungur Lagerstroemia speciosa, jaha kembang Terminalia belerica, ki hiyang Albizzia procera, nangi Adina polycepala, suren Toona sureni, pulai Alstonia scholaris dan lain-lain Lampiran 8. Kulit batang kayu merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan untuk bahan obat tradisional. Diare, disentri, sakit perut, dan gangguan lambung merupakn kelompok penyakit pencernaan, yang dominan dapat diobati oleh spesies-spesies tumbuhan obat tersebut. Kondisi kesehatan masyarakat Suku Lampung Pesisir rentan terhadap penyakit malaria. Menurut Teo 2002, rebusan kulit batang pulai Alstonia scholaris dapat mengobati penyakit tersebut. Cempedak Artocarpus integra, bendo Entada phaseoloides, gondang Ficus variegata, ki bawang Dysoxylum alliaceum, paku hata Lygodium circinatum, rasamala Altingia excelsa, dan lain-lain, merupakan spesies tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan pangan fungsional Lampiran 9. Tumbuhan ki bawang Dysoxylum alliaceum, semua bagiannya memiliki aroma seperti bawang dan dapat dimanfaatkan untuk pangan. Selain sebagai pangan, dapat dimanfaatkan sebagai pencahar perut Aggarwal Sosef 1998b. Terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat Suku Lampung Pesisir, tumbuhan cempedak Artocarpus integra merupakan salah satu tumbuhan anti malaria. Menurut Jansen 1992, cempedak Artocarpus integra selain buahnya dapat dikonsumsi, bagian akar dapat mengobati demam, daun muda baik untuk wanita menyusui, dan kulit batangnya sebagai anti malaria.

4.3.2 Fauna