Beberapa tumbuhan yang digunakan daunnya sebagai obat adalah capa Blumea balsamifera, katang Canavalia maritima, lagun Vitex trifolia, dan
lain-lain. Tumbuhan-tumbuhan tersebut, digunakan untuk mengobati penyakit malaria. Campuran antara tumbuhan katang Canavalia maritima dan lagun
Vitex trifolia paling sering digunakan. Cara pemanfaatannya adalah merebus daun katang dan daun lagun dengan takaran air dua gelas menjadi satu gelas
setelah matang, lalu minum tiga kali sehari yaitu pagi saat bangun tidur, siang hari, dan malam hari sebelum tidur.
5.2.4 Keanekaragaman tipe habitat
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Lampung Pesisir berasal dari pekarangan sebesar 30 dan hutan sebesar 17. Selain habitat
tersebut, ditemukan juga spesies tumbuhan obat di sekitar jalan dan pekarangan sebear 24, sekitar jalan sebesar 20, sekitar sungai sebesar 5, serta sekitar
jalan dan hutan sebesar 4. Spesies tumbuhan obat yang dapat ditemukan di hutan, yaitu angsana Pterocarpus indicus, capa khakhuy Allophylus cobbe,
cempaka Michelia campaca, cengol Arcangelisia flava, khakhebing Ficus fistulosa, ki teja Cinnamomum iners, mada Macaranga tanarius, paku
semalang Angiopteris evecta, pulus Laportea stimulans, dan gadung Dioscorea hispida.
Spesies-spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat biasanya diambil di sekitar pekarangan rumah ataupun di ekosistem liar di sekitarnya, yang
memang hidup sendiri tanpa adanya campur tangan masyarakat. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, tumbuhan obat yang ada dimanfaatkan
oleh masyarakat yang telah dibudidayakan yaitu 48. Sedangkan untuk tumbuhan obat yang ditemukan secara liar, yaitu sebanyak 52. Keterangan lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 5. Spesies tumbuhan obat yang hidup secara liar, diantaranya yaitu cengol Arcangelesia flava, gadung Dioscorea hispida,
khakhebing Ficus fistulosa, mada Macaranga tanarius, tembaka Ficus septica, dan lain-lain. Menurut Heyne 1987 dan Priyadi et al. 2010, gadung
Dioscorea hispida berkhasiat mengobati kusta lepra, ubi gadung dipotong kecil-kecil dan direbus dengan cabe jawa piper retrofractum, lada putih
Capsicum frutescens, gula kelapa, dan kelapa parutan. Air rebusannya
diminumkan kepada si penderita serta gadung rebusan dimamahkan dan dibalurkan pada tubuh yang sakit. Gadung Dioscorea hispida dicampur gadung
cina Smilax china, dapat pula mengobati borok sifilis, tetapi syarat yang harus dilakukan untuk kesembuhan yaitu dianjurkannya selama pengobatan penderita
hidup vegetarian, menghindari minuman keras, dan makanan pedas. Selain penyakit-penyakit tersebut, dapat pula berkhasiat sebagai obat kapalan dan
mengobati kencing manis. Selain sebagai obat dapat pula dijadikan sebagai bahan pangan, dikarenakan ubinya merupakan bahan pangan yang lezat. Tetapi dalam
proses pemanfaatannya, diperlukan pengolahan khusus terhadap ubi gadung, karena dapat mengakibatkan keracunan, pusing, mual, dan gatal-gatal. Dilakukan
perendaman kurang lebih tiga hingga empat hari dengan air tawar atau air laut atau ubi gadung segar dilumasi abu kayu lalu disimpan di dalam tanah. Setelah
perlakuan tersebut, diiris tipis-tipis sehingga dapat dimanfaatkan. Spesies-spesies tumbuhan obat tersebut banyak ditemukan di pekarangan
ataupun di sekitar rumah, sesuai dengan pernyataan Sastrapradja et al. 1980, tidak jarang pekarangan dikenal pula dengan nama apotik hijau. Pada kenyataanya
fungsi demikian memang ada di pedesaan. Obat-obat modern dalam bentuk pil terutama, tidak asing lagi bagi masyarakat desa. Meskipun demikian obat-obat
tradisional untuk menanggulangi keluhan yang ringan atau serangan penyakit mendadak masih tidak ditinggalkan dan ditanam di sekitar rumah, seperti kunyit
Curcuma domestica, lempuyang Zingiber zerumbet, kumis kucing Orthosiphon grandifolus, bangle Zingiber purpureum.
5.3 Kearifan Lokal Masyarakat 5.3.1 Karakteristik responden