Angsana Pterocarpus indicus Willd Beringin Ficus benjamina Linn.

palisade dan jaringan bunga karang. Palisade terdapat di bawah epidermis unilateral selapis atau multilateral berlapis banyak. Sering kali terdapat hipodermis di antara epidermis dan jaringan palisade. Sel palisade tersusun atas satu lapisan atau lebih. Jaringan palisade biasanya terdapat pada permukaan adaksial daun. Daun yang mempunyai jaringan palisade pada kedua sisinya adaksial dan abaksial disebut isolateral atau isobilateral. Apabila hanya terdapat pada satu sisi, dan sisi lain terdapat jaringan spons disebut dorsiventral atau bifasial.

2.5 Deskripsi Jenis Pohon Sampel

Pohon mempunyai segudang manfaat bagi alam Dahlan 2004. Salah satu manfaatnya adalah kemampuan dalam menyerap gas berbahaya seperti karbon dioksida CO dan karbon monoksida CO yang dapat menjadi salah satu sebab terjadinya global warming serta kerusakan jaringan syaraf tertentu khususnya bagi manusia dan hewan yang menghirupnya baik secara langsung maupun tak langsung. Selain itu gas oksigen O hasil sintesis tanaman, dapat digunakan oleh makluk hidup sebagai salah satu sumber energi.

2.5.1 Angsana Pterocarpus indicus Willd

Klasifikasi tanaman angsana menurut Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2002 adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Fabaceae Genus : Pterocarpus Species : Pterocarpus indicus Willd. Jenis ini mempunyai beberapa nama seperti Nara Filipina; Angsana Malaysia, Indonesia; dan Sena Sumatera, Maluku. Jenis ini merupakan jenis asli Asia Tenggara yang menghasilkan banyak biji dan paling mudah dikembangbiakan dengan biji maupun stek batang Fakuara Soekotjo 1986. Menurut Heyne 1987, tumbuhan ini merupakan raksasa hutan dengan tinggi 35 – 40 meter dan kedalaman akar 1 ½ - 2 meter. Tumbuhan ini sering ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Diameter batang tanaman ini bisa mencapai 2 meter, biasanya bentuk batangnya kurang menarik, pendek, terpuntir, beralur dalam, dan berbanir . Daun majemuk dengan 5 – 11 anak daun, berbulu, duduk bergantian. Bunga berkelamin ganda, kuning cerah dan harum Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2002. Angsana merupakan tumbuhan yang besar dengan bunga-bunga yang harum. Tumbuhan ini banyak ditanam di kebun-kebun dan di jalan-jalan Kloppenburg 1988. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan 2002, menyatakan bahwa semua jenis Pterocarpus menghasilkan kayu bernilai tinggi dengan ciri kayu agak keras, digunakan untuk mebel halus, lantai, dan lemari.

2.5.2 Beringin Ficus benjamina Linn.

Klasifikasi tumbuhan beringin menurut Heyne 1987 adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Urticales Famili : Moraceae Genus : Ficus Species : Ficus benjamina Linn. Nama lain dari tanaman beringin menurut Fauzi 2008, yaitu caringin Sunda; waringin Jawa, Sumatera; chinese bayan China; Banyan Tree Inggris. Pohon beringin banyak ditemukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh di tepi jurang. Pohon ini berukuran besar dengan tinggi 20-25 meter, berakar tunggang dan memiliki batang yang tegak dengan percabangan simpodial, bulat, permukaan kasar, dan cokelat kehitaman, pada batang keluar akar gantung akar udara. Dalimartha 2005 menyebutkan bahwa beringin memiliki daun tunggal, panjang 3-6 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau. Sastrapraja dan Afriastini 1984, mengatakan bahwa buah ara muncul di ranting- ranting, tunggal atau berpasangan. Penyebaran pohon ini di daerah-daerah beriklim tropis Almahy et al. 2003. Heyne 1987 mengemukakan bahwa, tumbuhan ini sering ditanam di alun- alun dan halaman serta sangat dinilai tinggi oleh penduduk. Dari segi teknis, pohon ini bernilai rendah sama seperti jenis-jenis Ficus lainnya. Kayu tumbuhan ini baik untuk kayu bakar kalau dicampur dengan jenis kayu lain, tetapi untuk menghormati tumbuhan kayu ini hanya digunakan dalam keadaan darurat sebagai kayu bakar. Tumbuhan ini juga berkhasiat obat-obatan, yaitu pada bagian akar udara dan daun Fauzi 2008. Akar udara pohon ini bermanfaat untuk mengatasi pilek, demam, radang amandel, dan rematik. Daunnya bermanfaat untuk mengatasi malaria, radang usus akut, disentri, dan influenza.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Yogyakarta lokasi 1 dari pusat kota ke arah Gunung Merapi sebagai lokasi yang relatif tercemar dan di Kota Solo lokasi 2 sebagai lokasi kurang tercemar atau kontrol. Pembuatan sediaan mikroskopis anatomi daun dilakukan di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2011.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silet, tabung film, kamera digital, alat tulis, kaca preparat, kaca penutup, mikroskop Olympus CH12, mikrotom Yamato RV-240, kamera mikroskop Olympus, dan oven parafin. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel daun angsana dan beringin, akuades, etanol, entellan, safranin, HNO 50, fastgreen, parafin, gliserin, klorox, xilol, larutan FAA formadehida 37 : asam asetat glasial : alkohol 70 = 5:5:90, seri larutan Johansen Lampiran 1 dan larutan Gifford Lampiran 2.

3.3 Jenis Data

Jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan pengambilan sampel di lapangan serta pengamatan struktur anatomi daun. Data sekunder dikumpulkan sebagai data penunjang.

3.3.1 Data Primer

Data primer yang diukur dan diamati dalam penelitian ini, yaitu: a. Anatomi daun berupa sayatan paradermal, yang meliputi bentuk, ukuran, kerapatan, dan indeks stomata, serta ukuran dan kerapatan trikoma. b. Anatomi daun berupa sayatan transversal, yang meliputi tebal daun, tebal kutikula adaksial dan abaksial, tebal jaringan epidermis adaksial dan