Penyadapan Getah Pinus Kegiatan Pengelolaan Hutan Pinus .1 Potensi Getah Pinus

Tabel 5 Potensi dan target produksi getah pinus tahun 2012 di RPH Karangpucung, BKPH Lumbir Kelas Umur Luas Areal ha Jumlah Pohon pohon Target Produksi kgha III 34,50 7.568 365,13 IV 18,40 2.305 346,52 V 78,00 26.174 1.326,28 VI 263,60 69.498 902,65 VII 1.027,60 216.492 723,08 VIII 346,00 87.612 857,31 Jumlah 1.768,10 409.649 4.520,97 Sumber : Perum Perhutani 2012b Berdasarkan informasi pada Tabel 5, di lokasi penelitian yakni RPH Karangpucung memiliki target produksi getah pinus di tahun 2012 adalah sebesar 4.520,97 kg per hektar dengan areal sadapan seluas 1.768,10 hektar.

5.1.2 Penyadapan Getah Pinus

Urutan kegiatan penyadapan getah pinus di Perum Perhutani dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1. Pra Sadap Pra sadap merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum penyadapan dimulai seperti pemberian batas petak sadapan, pembagian blok sadapan, pelaksanaan sensus pohon, pembersihan areal sadapan, pembuatan mal sadap, dan pembuatan plang sadapan. Pra sadap ini dilakukan setahun sebelum penyadapan getah pinus dimulai. 2. Sadap buka Kegiatan sadap buka ini adalah pembuatan koakan quarre awal, pemasangan talang, dan tempurung kelapa. 3. Sadap lanjut Sadap lanjut adalah kegiatan untuk melanjutkan koakan quarre yang sudah ada. 4. Sadap mati Sadap mati adalah kegiatan penyadapan getah pinus pada tegakan yang akan ditebang setahun yang akan datang. Metode penyadapan getah pinus yang diterapkan di KPH Banyumas Barat adalah metode koakan quarre Gambar 2. Proses pelukaan dengan metode koakan diawali dengan bidang sadapan berupa persegi panjang dengan ukuran 6 X 10 cm dengan jarak koakan pertama dari permukaan tanah adalah 20 cm. Kedalaman koakan maksimal 1,5 cm lepas kulit. Jatah pembaruan koakan quarre untuk koakan selanjutnya adalah 5 cm per bulan. Pada tahun selanjutnya, dibuat koakan baru pada bidang sadapan yang lain dengan ukuran yang sama. Perlengkapan yang digunakan dalam penyadapan getah pinus ini meliputi petel kadukul, talang, paku, batu asah, tempurung kelapa, sprayer, dan ember. Gambar 2 Penyadapan getah pinus dengan metode koakan. Menurut aturan yang diberlakukan oleh Perum Perhutani, pembaruan koakan quarre dilakukan setiap tiga hari tanpa stimulansia Cairan Asam Stimulansia CAS atau setiap lima hari dengan stimulansia CAS. Untuk penyadap yang menggunakan stimulan jenis etrat, pembaruan koakan dilakukan setiap tiga hari sekali. Namun, terkadang penyadap juga harus mengalokasikan waktunya untuk pekerjaan lain sehingga pembaruan dilakukan di luar ketentuan tersebut, misalnya empat hari sekali atau tujuh hari sekali baik menggunakan stimulan CAS maupun stimulan etrat. a.bagian kulit yang dibersihkan c.quarre awal d.talang e.tempurung kelapa 6 cm 10 cm 20 cm b.mal sadap 5 cm Gambar 3 Penyadap yang sedang memperbarui koakan. Sebagian besar penyadap melakukan pembaruan quarre pada pagi hingga siang hari. Namun, adapula penyadap yang melakukan penyadapan sampai sore hari sambil mengambil rumput untuk pakan ternak. Penyadap getah pinus memiliki rata-rata curahan kerja dalam setiap pembaruan quarre adalah enam jam per hari dengan jumlah pohon yang mampu disadap rata-rata sebanyak 295 pohon Gambar 3. Stimulan merupakan zat yang dapat merangsang keluarnya getah pinus dan berfungsi untuk meningkatkan produktivitas getah pinus. Jenis stimulan yang digunakan di KPH Banyumas Barat adalah CAS dan etrat Gambar 4. Di RPH Karangpucung, penggunaan stimulan etrat masih dalam tahap percobaan sehingga masih banyak penyadap yang menggunakan stimulan CAS. Selain itu, banyak pula diantaranya yang beranggapan bahwa penggunaan stimulan etrat menghasilkan getah yang lebih sedikit daripada penggunaan stimulan CAS. Namun, penggunaan stimulan CAS menyebabkan perih dan gatal di kulit karena komponen zat di dalamnya mengandung asam sulfat sehingga ada beberapa penyadap yang enggan menggunakan stimulan CAS. Stimulan etrat mengandung zat asam organik dan etilen sehingga tidak menimbulkan efek negatif dan dianggap lebih ramah lingkungan. Gambar 4 Stimulan untuk meningkatkan produktivitas getah pinus: a CAS Cairan Asam Stimulansia dan b etrat. Pengumpulan getah pinus dilakukan setelah tiga kali pembaruan koakan untuk yang tidak menggunakan stimulan CAS dan yang menggunakan stimulan etrat serta setelah dua kali pembaruan koakan untuk yang menggunakan stimulan CAS. Sebagian besar penyadap mengumpulkan getah sebanyak dua kali dalam setiap bulannya, namun adapula yang sebulan sekali. Pada musim-musim tertentu a b seperti musim tanam dan panen, getah yang terkumpul di Tempat Pengumpulan Getah TPG sedikit karena penyadap lebih banyak menghabiskan waktu di sawah dan kebun. Pada akhir proses pengerukan atau peludangan getah pinus, dilakukan pembersihan tempurung sehingga benar-benar bersih dari sisa getah. Hal ini untuk menghindari pencampuran antara getah lama dengan getah baru yang akan mempengaruhi mutu getah. Getah pinus ditempatkan di ember yang berkapasitas 20-30 kg dan kemudian dipikul atau diangkut dari petak sadapan ke Tempat Pengumpulan Getah TPG. Pengangkutan getah pinus ke TPG dilakukan dengan berbagai macam cara yakni dipikul sendiri oleh penyadap atau menggunakan kendaraan seperti sepeda motor dan mobil Gambar 5. Upah angkutan dengan menggunakan kendaraan bermotor tersebut berkisar antara Rp 6.000,00 – Rp 10.000,00 setiap kali pengangkutan. Gambar 5 Pengangkutan getah pinus ke TPG: a pengangkutan dengan menggunakan sepeda motor, b pengangkutan dengan menggunakan mobil, dan c pengangkutan dengan cara dipikul. Getah pinus akan dikumpulkan ke Tempat Pengumpulan Getah TPG yang letaknya paling dekat dengan lokasi sadapan. TPG merupakan tempat penampungan getah sementara sebelum diangkut ke Pabrik Gondorukem dan Terpentin PGT. Penerimaan getah pinus di TPG dilakukan pada pagi hari. TPG yang berada di RPH Karangpucung berjumlah 6 TPG, yaitu TPG Gunung Sengkala, TPG Tayem, TPG Citando, TPG Dermaji, TPG Sawangan, dan TPG Tlaga. Gambar 6 merupakan contoh TPG yang berada di RPH Karangpucung, BKPH Lumbir. Di TPG tersebut, hanya tersedia bak penampung getah, drum, dan timbangan. a b c Gambar 6 Tempat Pengumpulan Getah TPG Citando di RPH Karangpucung, BKPH Lumbir. Setelah getah sampai di TPG, mandor TPG segera memeriksa kondisi getah pinus Gambar 7. Getah tersebut ditimbang dan dicatat berat bersihnya, kemudian dituang ke dalam bak penampung atau drum. Selain itu, dilakukan juga penentuan mutu getah dengan cara mencocokkan warna master getah dengan getah dari penyadap. Getah tidak diperkenankan berada di TPG lebih dari tujuh hari karena akan menurunkan mutu getah sehingga getah pinus tersebut harus segera diangkut ke Pabrik Gondorukem dan Terpentin PGT. Gambar 7 Penimbangan getah pinus di TPG. Penyadap yang telah menyetorkan getah pinus ke TPG akan mendapatkan upah sesuai dengan mutu getah pinus yang dihasilkan. Adapun mutu getah pinus terbagi menjadi dua jenis, yaitu mutu I dan mutu II Gambar 8 dengan penjelasan sebagai berikut: a.Mutu I, getah pinus yang mengandung kotoran kurang dari 12,9 dengan tarif yang diberikan sebesar Rp 2.800,00kg. b.Mutu II, getah pinus dengan kadar kotoran lebih dari 12,9 dengan tarif yang diberikan sebesar Rp 2.550,00kg. Gambar 8 Getah pinus mutu I dan mutu II. Di RPH Karangpucung, getah pinus yang dihasilkan masih termasuk ke dalam kategori getah pinus mutu II. Perbedaan mutu getah pinus ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti frekuensi pengumpulan getah, perlakuan saat melakukan pembaruan quarre, dan faktor lingkungan. Getah yang terlalu lama berada di petak sadapan akan cepat membeku dan berubah warna. Getah pinus yang berkualitas baik berwarna putih bersih. Saat melakukan pembaruan quarre, tempurung kelapa dibiarkan terbuka sehingga tatal kulit kayu pinus masuk ke dalam tempurung kelapa dan mengotori getah pinus. Selain itu, tempurung kelapa yang selalu terbuka menyebabkan daun pinus dan ranting-ranting masuk ke dalam tempurung kelapa. Adapun kondisi lingkungan yang mempengaruhi mutu getah adalah cuaca. Saat musim hujan tiba, air akan turut masuk ke dalam tempurung kelapa sehingga getah akan bercampur dengan air hujan.

5.2 Karakteristik Penyadap Getah Pinus