Penyadapan Getah Pinus TINJAUAN PUSTAKA

panjangnya 5-10 cm dan lebarnya 2-4 cm. Benih bersayap berada pada setiap dasar sisik dan setiap sisik menghasilkan dua benih Hidayat Hansen 2001. Persyaratan tumbuh pinus relatif mudah, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak dapat tumbuh pada tanah yang becek. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe hujan A sampai C, pada ketinggian 200-1700 meter di atas permukaan laut, kadang-kadang tumbuh di bawah ketinggian 200 meter di atas permukaan laut dan mendekati daerah pantai Priyono Siswamartana 2002.

2.2 Penyadapan Getah Pinus

Pemungutan hasil hutan bukan kayu seperti getah pinus dilakukan dengan cara disadap. Penyadapan pinus pada umumnya dilakukan dengan cara koakan quarre baik dengan maupun tanpa bahan perangsang stimulan. Selain itu, telah banyak dilakukan penyadapan dengan cara lain yaitu metode riil dan metode bor karena suatu metode penyadapan belum tentu cocok diterapkan pada semua lokasi penyadapan Sumadiwangsa 2000. Berdasarkan bagian pohon yang disadap, terdapat 3 macam penyadapan, yaitu penyadapan pada batang pohon, penyadapan terhadap malai bunga atau buah, dan penyadapan terhadap buah. Penyadapan pada pohon pinus dilakukan terhadap bagian batangnya Sumadiwangsa Gusmailina 2006. Menurut Kasmudjo 2011, ada beberapa metode dalam penyadapan getah pinus, yakni diuraikan seperti berikut: a. Metode koakan Sadapan dengan metode ini berbentuk huruf U terbalik dengan jarak mula-mula dari permukaan tanah 15-20 cm. Penyadapan dilakukan dengan cara mengerok kulit batang terlebih dahulu kemudian kayunya dilukai sedalam 1-2 cm, lebar 10 cm, dan tinggi koakan hingga 200 cm. Saat ini, mulai dikembangkan koakan dengan lebar 4-6 cm dan tinggi koakan 240 cm. Pembaruan koakan dilakukan pada hari ke empat. b. Metode V Penyadapan dengan metode V hampir sama dengan metode koakan. Namun, yang membedakannya adalah bentuk pelukaannya berbentuk huruf V. Dari bentuk tersebut, dapat dimodifikasi ke dalam bentuk V ganda atau seri arah ke atas yang disebut dengan bentuk rill. Sadap awal 10 cm dari permukaan tanah dengan kemiringan 30°, ada saluran di tengah V. Lebar pelukaan 5 mm dengan jarak sadapan 5 mm. Frekuensi penyadapan enam hari sekali dengan tinggi maksimal 65 cm tiap tahunnya. c. Metode bor Penyadapan dengan metode ini dilakukan dengan membuat luka pada pohon yang akan disadap dengan cara dibor sedalam 3-12 cm diameter mata bor ± 3 cm. Pembaruan luka bor bisa ke arah dalam atau di atas dari luka lama. Arah penyebaran sebaiknya 5-10° dari bidang mendatar. Saat ini, mulai dikembangkan sistem bor tertutup yaitu luka sadapan dimasuki selang dan getah yang keluar ditampung dalam plastik atau botol. Frekuensi sadapan dengan metode ini adalah lima sampai tujuh hari sekali. d. Metode goresan atau guratan Metode penyadapan ini biasanya dilakukan pada agathis kopal dan karet, sedangkan pada pinus jarang digunakan. Pohon pinus yang akan disadap harus memenuhi beberapa ketentuan, yaitu pohon yang memiliki diameter minimum 20 cm dan pohon yang telah berumur sebelas tahun Kasmudjo 1982 dalam Sugiyono et al 2001. Selain itu Soetomo 1971 dalam Iriyanto 2007 menyebutkan bahwa dalam melakukan penyadapan getah pinus seorang penyadap dipengaruhi oleh: 1. Musim hujan yang terus menerus menyebabkan suhu udara rendah sehingga getah cepat beku. 2. Adanya mata pencaharian lain. Pekerjaan lain dengan upah yang lebih tinggi menyebabkan penyadap memilih pekerjaan tersebut sehingga penyadapan terganggu. 3. Jarak dari desa ke blok sadapan dan interval pembaruan luka. 4. Situasi pasaran gondorukem. 5. Intensitas pengawasan. Besar kecilnya upah yang diterima oleh penyadap sangat ditentukan oleh produktivitas getah pinus. Menurut Matangaran 2006, dari berbagai hasil penelitian, produksi getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luas areal sadap, kualitas tempat tumbuh, ketinggian tempat tumbuh, jumlah koakan tiap pohon, jangka waktu pelukaan, sifat genetis pohon, perlakuan kimia berupa pemberian stimulan, keterampilan penyadap, arah sadapan dan lain-lain. Penelitian Kasmudjo 2011 menyebutkan bahwa produksi getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: 1. Faktor internal dalam pohon, yaitu: a. Jenis pohon pinus, masing-masing jenis pinus menghasilkan produktivitas hasil getah yang berbeda, misalnya Pinus merkusii 6,0 kgpohontahun, Pinus palutris 4,2 kgpohontahun, dan Pinus martima 3,0 kgpohontahun. b. Jumlah persen kayu gubal, jenis pinus dengan jumlah kayu gubal yang lebih banyak pada batang kayunya, maka pohon pinus tersebut dapat menghasilkan getah pinus total lebih banyak. Selain itu, karena daerah kayu gubal merupakan tempat akumulasi getah tertinggi sekitar 36. c. Kesehatan pohon, pinus dengan kesehatan yang baik, memungkinkan menghasilkan getah lebih banyak. d. Sistem perakaran, pinus dengan sistem perakaran yang memadai luas berarti dapat menyerap zat makanan dari dalam tanah dengan lebih baik sehingga hasil getahnya lebih banyak. e. Persen tajuk lebar dan tinggi tajuk pohon, pinus dengan tajuk yang lebih banyak memungkinkan proses fotosintesis lebih optimal sehingga menghasilkan getah lebih banyak. 2. Faktor eksternal lingkungan, luar pohon, yaitu: a. Jarak tanam, hutan pinus dengan jarak tanam yang jarang pada umumnya akan tumbuh lebih baik sehingga menghasilkan getah pinus lebih banyak. b. Iklim dan tempat tumbuh, pohon atau hutan pinus yang tumbuh di daerah dengan curah hujan rata-rata kurang dari 2000 mmtahun, suhu antara 22- 28°C dan tinggi tempatnya antara 400-700 m dari permukaan laut menghasilkan getah optimal. c. Bonita, pada tanah yang subur memungkinkan menghasilkan getah pinus lebih banyak. 3. Faktor perlakuan oleh manusia a. Bentuk sadapan, hasil getah dari sadapan bentuk koakan paling banyak, kemudian menyusul bentuk rill dan bor. b. Arah sadapan, arah menghadapnya luka sadapan tersebut. Arah sadapan menghadap ke timur paling banyak menghasilkan getah kemudian menghadap ke utara, selatan, dan barat. c. Arah pembaruan, pembaharuan ke arah atas produksi getahnya lebih banyak dibandingkan ke arah bawah. d. Penggunaan stimulan, upaya perangsangan pada luka sadapan dengan bahan kimia asam. Upaya stimulansia harus menggunakan pedoman yang teliti agar tidak merugikan. Bahan stimulansia yang dapat digunakan antara lain asam sulfat, socepas, asam oksalat, CuSO 4 , ethrel, bolus alba dan sebagainya.

2.3 Produk Getah Pinus