Produk Getah Pinus Kesejahteraan

b. Arah sadapan, arah menghadapnya luka sadapan tersebut. Arah sadapan menghadap ke timur paling banyak menghasilkan getah kemudian menghadap ke utara, selatan, dan barat. c. Arah pembaruan, pembaharuan ke arah atas produksi getahnya lebih banyak dibandingkan ke arah bawah. d. Penggunaan stimulan, upaya perangsangan pada luka sadapan dengan bahan kimia asam. Upaya stimulansia harus menggunakan pedoman yang teliti agar tidak merugikan. Bahan stimulansia yang dapat digunakan antara lain asam sulfat, socepas, asam oksalat, CuSO 4 , ethrel, bolus alba dan sebagainya.

2.3 Produk Getah Pinus

Pada awalnya, tujuan penanaman pinus di Perum Perhutani adalah untuk menghasilkan kayu. Kemudian dicoba untuk dilakukan penyadapan yang diteruskan dengan penyulingan hingga menghasilkan gondorukem dan terpentin Sumadiwangsa 2000. Gondorukem dapat digunakan secara murni maupun sebagai campuran, yaitu: a. Dalam industri batik, gondorukem digunakan sebagai bahan pencampur lilin batik sehingga diperoleh malam. Kebutuhan gondorukem dalam industri ini kira-kira 2.500 tontahun. b. Dalam industri kertas, gondorukem digunakan sebagai bahan sizing pengisi dalam pembuatan kertas. Kebutuhan gondorukem dalam industri ini kira-kira 0,5 dari produksi kertas atau 2.000 tontahun. c. Dalam industri sabun, gondorukem digunakan sebagai bahan pencampur dibutuhkan kira-kira 5-10 dari berat sabun. d. Gondorukem juga dipakai untuk pembuatan varnish, tinta cetak, bahan isolasi listrik, korek api, lem, industri kulit dan lain-lain. Terpentin digunakan untuk minyak cat, campuran parfum, detergent, flavouring agent, protective coating, insektisida, lubricants, medicine, plastic, rubber, dan sebagainya Soenardi 1983.

2.4 Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga

Menurut Rahim Hastuti 2007, pendapatan dan pengeluaran dalam rumah tangga merupakan hal yang penting dalam kehidupan berumah tangga, baik rumah tangga petani maupun bukan rumah tangga petani. BPS 1995 mendefinisikan bahwa rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan bersama dari satu dapur atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus keperluannya sendiri. Orang yang tinggal di rumah tangga ini disebut anggota rumah tangga, sedangkan orang yang bertanggung jawab terhadap rumah tangga adalah kepala rumah tangga. Sebuah rumah tangga bisa terdiri atas satu orang, sedangkan sebuah keluarga terdiri atas minimal dua orang. Berdasarkan keterkaitan antara keluarga dan rumah tangga, maka rumah tangga terdiri atas dua macam, yakni Sumarwan 2011: 1. Rumah tangga keluarga Rumah tangga keluarga adalah sebuah rumah tangga yang anggota- anggotanya terikat oleh hubungan perkawinan, darah, atau adopsi. Rumah tangga keluarga terdiri atas: a. Rumah tangga suami dan istri. b. Rumah tangga suami, istri, dan anak-anaknya. c. Rumah tangga suami dan istri, dan anak-anak tinggal di rumah tangga yang berbeda misalnya anak sekolah di luar kota atau sudah memiliki rumah sendiri. d. Rumah tangga orang tua tunggal ayah saja atau ibu saja, dan e. Rumah tangga lainnya saudara sekandung, atau anggota keluarga lainnya tinggal bersama dalam satu rumah. 2. Rumah tangga bukan keluarga Rumah tangga bukan keluarga adalah sebuah rumah tangga yang anggota- anggotanya tidak terikat oleh hubungan perkawinan, darah, atau adopsi. Rumah tangga bukan keluarga terdiri atas: a. Rumah tangga yang dihuni oleh seorang pria sendiri b. Rumah tangga yang dihuni oleh seorang wanita sendiri, dan c. Rumah tangga yang dihuni oleh dua orang atau lebih yang tidak memiliki hubungan keluarga.

2.4.1 Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga sesuai dengan mata pencaharian utama ditambah dengan mata pencaharian tambahan yang diperoleh rumah tangga tersebut per satuan waktu Soemitro 1981 dalam Prabandari 1997. Menurut Rahardja dan Manurung 1999, ada tiga sumber pendapatan rumah tangga, yaitu: 1. Pendapatan dari gaji dan upah Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar gaji atau upah seseorang secara teoritis bergantung dari produktivitasnya. Upah adalah imbalan jasa yang diterima seseorang di dalam hubungan kerja yang berupa uang atau barang, melalui perjanjian kerja, imbalan jasa diperuntukkan memenuhi bagi dirinya dan keluarganya Ravianto 1985. Menurut Badrudin 1974 dalam Hidayat 1999, penetapan upah di perusahaan di bidang kehutanan dapat digolongkan menjadi dua yakni: a. Penetapan upah dengan dasar waktu Dasar yang digunakan adalah waktu selama dilakukan pekerjaan dalam hari, minggu atau bulanan. Karyawan yang menerima cara pengupahan seperti ini adalah karyawan tetap. Kelebihan dari cara ini adalah sederhana dalam pemeriksaan, pendaftaran, dan kualitas hasil pekerjaan tinggi. Akan tetapi, cara penetapan upah seperti ini tidak memberi semangat untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi dan sukar dalam perhitungan harga pokok. b. Penetapan upah dengan dasar prestasi Dasar yang digunakan adalah prestasi kerja. Cara ini lazim disebut juga cara borongan. Pekerja menerima upah bergantung kepada pestasi yang telah dilakukan dalam waktu yang telah disediakan sehingga jumlah upah tiap bulan bisa bervariasi. Penetapan upah dengan cara ini memiliki beberapa kelebihan di antaranya mudah dalam hal pelaksanaan dan pengawasan, sederhana dalam hal pendaftaran, serta baik untuk perhitungan harga pokok. Kelemahan dari penetapan upah dengan dasar prestasi ini mengakibatkan pekerja terkadang harus mengeluarkan tenaga yang melebihi kemampuannya untuk mencapai upah yang tinggi. 2. Pendapatan dari aset produktif Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa penggunaannya. 3. Pendapatan dari pemerintah transfer payment Pendapatan dari pemerintah adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atas input yang diberikan. Di negara-negara yang telah maju, penerimaan transfer diberikan, misalnya dalam bentuk tunjangan penghasilan bagi para pengangguran unemployment compensation, jaminan sosial bagi orang- orang miskin dan berpendapatan rendah.

2.4.2 Pengeluaran Rumah Tangga

Total pengeluaran rumah tangga adalah sejumlah pengeluaran berbentuk uang yang dilakukan oleh suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam kurun waktu tertentu BPS 2000 dalam Sulistiana 2008. Menurut Sumarwan 2011, jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengonsumsi beras, daging, sayuran, dan buah-buahan yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit. Jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumah tangga.

2.5 Kesejahteraan

Kemiskinan dimaknai sebagai kurangnya kesejahteraan dan kesejahteraan sebagai berkurangnya kemiskinan. Kemiskinan berarti kurangnya pendapatan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau kekurangan kekayaan untuk memberi stabilitas atau menghadapi perubahan seperti kehilangan pekerjaan, sakit atau krisis lainnya. Kemiskinan dapat juga berarti bahwa kebutuhan dasar yang lain, seperti kesehatan, pendidikan atau perumahan, tidak memadai. Akan tetapi, kemiskinan juga subjektif, dan dapat disebabkan oleh perasaan, seperti kehilangan, kerentanan, keterkucilan, malu atau sakit. Seseorang dapat merasa miskin jika kesejahteraannya turun, atau jika dia membandingkan dirinya dengan orang lain yang keadaannya lebih baik CIFOR 2007. Menurut Suparlan 1986, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Salim 1980 dalam Dharmawan et al. 2010 menyebutkan bahwa penduduk miskin dapat dicirikan dengan: 1 rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan, 2 mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, 3 kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil sektor informal, setengah menganggur atau menganggur tidak bekerja, 4 kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan slum area, dan 5 kurangnya kesempatan untuk memperoleh dalam jumlah yang cukup : bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya. Kemiskinan yang terjadi di perdesaan menyebabkan kesejahteraan masyarakat menjadi rendah. Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingginya tingkat pengangguran menyebabkan meningkatnya arus migrasi ke kota urbanisasi. Secara umum kemiskinan menyebabkan efek yang hampir sama di semua negara. Kemiskinan menyebabkan hilangnya kesejahteraan bagi kalangan miskin sandang, pangan, papan, hak akan pendidikan, hak atas kesehatan, tersingkirnya dari pekerjaan yang layak secara kemanusiaan, termarjinalkan dari hak atas perlindungan hukum, hak atas rasa aman, hak atas partisipasi terhadap pemerintahan dan keputusan publik, hak atas spritualitas, hak untuk berinovasi, dan yang lebih penting hak atas kebebasan hidup Muttaqien 2006. CIFOR 2007 juga menyebutkan ada beberapa pendekatan untuk secara resmi menentukan kemiskinan dalam suatu populasi dan menetapkan siapa yang miskin. Salah satunya adalah dengan menarik garis kemiskinan. Garis kemiskinan menandai level konsumsi minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar. Individu yang berada di bawah garis ini dianggap miskin. Kebanyakan negara memiliki definisi sendiri mengenai garis kemiskinan tersebut dan, oleh karena itu, kemiskinan sangat berlainan dari satu negara ke negara lain. Mengacu pada teori garis kemiskinan Sajogyo 1971 dalam BPS 2008, kesejahteraan rumah tangga responden diukur dengan pendekatan tingkat pengeluaran yang ekuivalen dengan konsumsi beras kg per orang per tahun di daerah perdesaan dan perkotaan. Di daerah perkotan, kriteria rumah tangga paling miskin jika konsumsi beras berkisar antara 0-270 kgorangtahun, miskin sekali jika konsumsi beras berkisar antara 270-360 kgorangtahun, kriteria miskin jika konsumsi beras 360-480 kgorangtahun, dan apabila tingkat konsumsi beras lebih dari 480 kgorangtahun maka rumah tangga tersebut dikategorikan tidak miskin. Untuk perdesaan, kriteria yang menyatakan paling miskin jika konsumsi beras berkisar antara 0-180 kgorangtahun, kriteria miskin sekali jika konsumsi beras berkisar antara 180-240 kgorangtahun, kriteria miskin jika konsumsi beras berkisar antara 240-320 kgorangtahun, dan kriteria tidak miskin jika konsumsi beras lebih dari 320 kgorangtahun. Adapula bentuk pendekatan lain untuk mengukur kemiskinan secara global, yakni kriteria kemiskinan menurut Bank Dunia. Bank Dunia menggunakan indikator pendapatan per kapita US1 per hari. Orang dianggap miskin jika pendapatannya di bawah standar tersebut CIFOR 2007.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April tahun 2012 di Resort Pemangkuan Hutan RPH Karangpucung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Lumbir, Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa RPH Karangpucung merupakan penghasil getah pinus terbesar di BKPH Lumbir yang menyerap tenaga kerja cukup banyak.

3.2 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah penyadap yang melakukan kegiatan penyadapan getah pinus secara aktif di RPH Karangpucung, BKPH Lumbir, KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber data yang meliputi data mengenai identitas responden, data mengenai kegiatan penyadapan getah pinus, data besarnya pendapatan rumah tangga, dan data pengeluaran rumah tangga setiap responden. Adapun data sekunder terdiri atas data kondisi umum lokasi penelitian baik lingkungan fisik maupun sosial ekonomi masyarakat sekitar KPH Banyumas Barat, data potensi getah pinus dan jumlah penyadap tahun 2012, dan peraturan mengenai kegiatan penyadapan getah pinus.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terhadap penyadap getah pinus dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Adapun data sekunder dihimpun dari instansi dan lembaga yang terkait dengan penelitian.