terlapuk dengan kuat, tidak menunjukkan perbedaan horizon yang nyata, bahan induk  mencapai  kedalaman  yang  beragam  antara  2  dan  4  meter,  mempunyai
tekstur  sedang  sampai  berat,  stabilitas  agregat  yang  tinggi,  bobot  isi  sedang, nisbah  debu  terhadap  liat  rendah,  permeabel  dan  gembur.  Kapasitas  tukar
kation 10-25 me100 gr tanah, kejenuhan basa 15–50 dan mempunyai pH 4,5 – 6,0.
Wilayah  Kabupaten  Banjarnegara  terletak  pada  jalur  pegunungan  di bagian  tengah  Jawa  Tengah  sebelah  barat  yang  membujur  dari  arah  barat  ke
timur. Jika ditinjau dari ketinggiannya, Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada  pada  ketinggian  100-500  meter  di  atas  permukaan  laut  mdpl  sebesar
37,04,  kemudian  antara  500-1000  mdpl  sebesar  28,74,  lebih  besar  dari 1000  mdpl  sebesar  24,4  dan  sebagian  kecil  terletak  kurang  dari  100  mdpl
sebesar  9,82.  Jalan  yang  menjadi  lokasi  studi  berada  di  Kota  Banjarnegara memiliki ketinggian 289 mdpl.
Berdasarkan  bentuk  tata  alam  dan  penyebaran  geografisnya,  Kabupaten Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga bagian:
a. bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan dengan relief bergelombang
dan curam. b.
bagian tengah, terdiri dari wilayah dengan bentuk relief yang datar. c.
bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam. Dilihat  dari  lokasi  keberadaan  Kota  Banjarnegara  yang  terletak  di  tengah
Kabupaten Banjarnegara, maka berdasarkan data bentuk tata alam di atas dapat diketahui  bahwa  jalan  Kota  Banjarnegara  yang  menjadi  lokasi  studi  memiliki
bentuk relief permukaan yang datar. Berdasarkan informasi dari budayawan Banjarnegara menyatakan bahwa
lanskap  Kota  Banjarnegara  pada  jaman  dahulu  adalah  kawasan  perbukitan yang  memiliki  kontur  sangat  beragam.  Kemudian  banyak  dilakukan  grading
atau  perataan  untuk  dijadikan  sebuah  pemukiman,  khususnya  yang  saat  ini menjadi  Kota  Banjarnegara,  sehingga  pada  bagian  Kota  Banjarnegara  saat  ini
konturnya  cenderung  datar.  Hal  ini  menjadikan  Kota  Banjarnegara  dikelilingi oleh bukit-bukit yang masih dipertahankan eksistingnya hingga saat ini.
a b
Gambar 7  Pemandangan wilayah perbukitan di Kabupaten Banjarnegara a di sebelah utara Jl. Letjen. Soeprapto b di sebelah selatan Jl. Letjen.
Soeprapto.
4.1.4  Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di lokasi studi dibedakan menjadi kawasan terbangun dan  kawasan  tidak  terbangun.  Penggunaan  lahan  untuk  kawasan  terbangun
antara  lain  bangunan  perkantoran,  pemukiman,  pendidikan,  industri,  fasilitas umum, perdagangan, dan jasa. Berdasarkan pengamatan, aktivitas perdagangan
dan  jasa  merupakan  aktivitas  yang  paling  dominan  di  keempat  segmen  jalan. Penggunaan  lahan  pada  kawasan  tidak  terbangun  antara  lain  sebagai
pengembangan  pertanianperkebunan  dan  ruang  terbuka  hijau.  Bentuk  dari ruang  terbuka  hijau  bermacam-macam,  seperti  taman,  alun-alun,  makam  atau
lapangan. Gambar 8 dan 9 menunjukan kondisi eksisting penggunaan lahan di lokasi  dan  tata  guna  lahan  sesuai  RTRDK,  sedangkan  Gambar  10  merupakan
dokumentasi hasil inventarisasi lapang. Pada  Jalan  Tentara  Pelajar  terdapat  area  industri,  pemukiman,
pendidikan, perdagangan dan jasa serta ruang terbuka hijau berupa taman kota, lapangan maupun kebun campuran. Industri pada Jalan Tentara Pelajar berupa
pengolahan  kayu  dan  keberadaannya  turut  menyumbang  polusi  pada lingkungan.  Jalan  ini  didominasi  oleh  area  pemukiman.  Pada  jalan  S.  Parman
terdiri  dari  area  pemukiman,  perdagangan  dan  jasa,  perkantoran  serta  ruang terbuka  hijau  berupa  taman  kota,  kebun  campuran  dan  makam.  Penggunaan
lahan sekitar pada Jalan S. Parman didominasi oleh area perdagangan dan jasa karena disekitar jalan ini terdapat pasar induk, pasar tradisional, swalayan dan
pertokoan.
Pada  Jalan  Pemuda,  kawasan  ini  didominasi  oleh  area  perkantoran, pendidikan, perdagangan dan jasa. Ruang terbuka hijau yang terdapat di Jalan
Pemuda  berupa  alun-alun  kota.  Penggunaan  lahan  pada  Jalan  pemuda didominasi  oleh  area  perkantoran  terutama  kantor  pemerintahan  dan  dinas
karena  Jalan  Pemuda  merupakan  jalan  yang  berada  di  pusat  kota.  Pada  Jalan Letjen.  Soeprapto  yang  merupakan  jalan  kota  yang  berada  di  bagian  paling
barat  kota,  kawasan  ini  terdiri  dari  area  pemukiman,  pendidikan,  perkantoran, ruang terbuka hijau, perdagangan dan jasa. Pada jalan ini jumlah ruang terbuka
hijau masih cukup banyak yaitu berupa lahan pertanian.
a b
c Gambar 10  Penggunaan lahan di sekitar tapak a pemukiman, b perdagangan,
c pertanian.
4.1.5  Ciri Khas Banjarnegara
Setiap  daerah  memiliki  sesuatu  yang  menjadi  ciri  khas  bagi  daerahnya. Berdasarkan  hasil  studi  di  lapang  dapat  diketahui  adanya  beberapa  hal  yang
menjadi ciri khas bagi Banjarnegara baik dari segi sosial dan budaya atau segi vegetasi  dan  satwa.  Segi  vegetasi  dan  satwa,  Banjarnegara  memiliki  ciri  khas
yaitu  salak  pondoh  sebagai  tanaman  produksi  dengan  kualitas  dan  kuantitas yang  baik,  pohon  cempakakantil  Michelia  champaca  Linn  dan  burung
kepodang Oriolus chinensis. Selain  pohon  cempaka,  di  Banjarnegara  juga  ditanami  dengan  pohon
tanjung  Mimusoph  elengi.  Kedua  tanaman  ini  pada  awalnya  dipilih  karena merupakan  tanaman  peneduh  yang  memiliki  aroma  wangi  yang  ditanam  di
sepanjang  Jalan  Dipayuda  yang  merupakan  jalan  menuju  Kademangan Banjarnegara  pada  masa  lalu  dan  saat  ini  menjadi  pendopo  sekaligus  rumah