II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Lanskap
Simonds 1983 menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk
memperbaiki keadaan masa mendatang. Ketidakberhasilan suatu rencana adalah dikarenakan kurang mendalamnya penghayatan terhadap tapak atau feel of the
land dan kurang diperhatikannya aspek sosial, khususnya pengguna.
Lebih lanjut Nurisjah dan Pramukanto 1995 mengemukakan bahwa perencanaan lanskap adalah salah satu tahapan yang penting guna mendapatkan
suatu rancangan lanskap yang fungsional, estetik, dan lestari. Pekerjaan perencanaan umumnya berorientasi jangka panjang dan bertujuan untuk
kesejahteraan manusia. Sustainability merupakan tujuan ideal yang ingin dicapai oleh setiap perencana yang berorientasi pada perencanaan penggunaan atau
pemanfaatan sumberdaya alam. Menurut Simonds 1983, proses perencanaan dan perancangan dalam
arsitektur lanskap
terdiri atas
beberapa tahap,
yaitu commission,
research,analysis, synthesis, construction, dan operation. Commission adalah
tahap paling awal dimana klien menyatakan keinginan atau kebutuhannya serta mendefinisikan pelayanan dalam suatau kontrak kerja sehingga diperoleh suatu
kesepakatan. Research adalah tahap survei untuk mengumpulkan semua data yang dibutuhkan melalui wawancara, pengamatan langsung maupun fotografi. Tahap
analysis merupakan tahap menganalisis tapak, mengkaji tentang peraturan
pemerintah, ketentuan standar, potensi dan kendala serta membuat program pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisa perbandingan,
pengkajian dampak,
akomodasi, konsolidasi
dan metode-metode
pengimplementasian yang akan digunakan. Construction adalah tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja supervise dan
pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap akhir penyelesaian proyek yang terdiri dari kunjungan periodik, penyesuaian dan pengembangan, observasi
penampilan serta pembelajaran.
Perencanaan lanskap terdiri atas tahapan-tahapan proses yang saling menyambung, dimulai dari survei sumber-sumber yang telah ada seperti keadaan
lanskap, manusia, dan aktivitas pekerjaan masyarakat. Perencanaan yang baik tidak dimulai dari suatu pemikiran yang abstrak dan rencana yang dipaksakan,
tetapi harus dimulai dengan pengetahuan akan kondisi awal tapak dengan segala kemungkinannya Munford dalam Simonds, 1983.
Proses perencanaan yang baik haruslah merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait serta saling menunjang. Proses ini merupakan suatu alat
yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadaan awal suatu lahan, keadaan yang diinginkan, serta cara dan model terbaik untuk mencapai keadaan
yang diinginkan tersebut Nurisjah dan Pramukanto, 1995.
2.2 Lanskap Jalan