30
fasilitas pendukungnya terjadi dan terpilihnya dengan aman, 3 Operasional, seluruh kegiatan perusahaan berjalan aman dan lancer, sedangkan ukuran skunder yaiu 1
tingkat penyaluran dan kolektibilitas umumnya untuk PKBL BUMN dan 2 tingkat compliance
pada aturan yang berlaku. Indikator eksetranal terdiri dari indakator ekonomi yang terdiri dari tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum,
tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonmis dan tingkat pengingkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan, sedangkan
indikator sosial terdiri dari frekuensi terjadinya gejolakkonflik sosial, tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat, dan tingkat kepuasan
masyarakat dilakukan dengan survey kepuasan Nurdiana 2008 dalam Rahmawati 2010 mengekukaan bahwa implementasi CSR merupakan pelaksanaan program-
program aktivitas CSR yang telah dibuat dan direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan dan masyarakat.
2.1.7 Partisipasi
Nasdian 2003 mengungkapkan selama ini, peranserta masyaraat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga
kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini, partisipasi masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program. Masyarakat tidak
dikembangkan dayanya, menjadi kreatif dari dalam dirinya dan harus menerima keputusa yang sudah diambil “pihak luar”. Cohen dan Uphoff 1980 dalam Nasdian
2003 melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmat hasil dan evaluasi.
Arstein 1969
3
menggambarkan delapan tingkatan yang setiap tingkatannya menggambarkan peningkatan pengaruh masyarakat dalam menentukan produk akhir
pembangunan, yaitu dari tingkat terendah hingga tertinggi adalah manipulation manipulasi, therapy terapi, information informasi, consultation konsultasi,
placation penentraman, partnership kemitraan, delegated power pelimpahan
3
http:www.scn.orgmpfcmodulespar-bein.htm hari 21 november 2010 pukul 9.13.
31
kekuasaan dan citizen kontrol kontrol masyarakat. Partisispasi mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta
berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka memiliki kesadaran kritis dan partisispasi juga membantu masyarakat miskin untuk
melihat realitas sosial ekonomi yang mengelilingi mereka Lihat Gambar 1.
Sumber : Mengawal PP tentang CSR, Berharap “ Bubur yang Enak dan Sehat” oleh CSR Indonesia
4
Gambar 1. Anak Tangga Partisipasi Arnstein 1969 Dalam Septiani, dkk
5
Tingkatan terendah adalah manipulation dan therapy yang dideskripsikan sebaga non-participation atau tiadanya partisipasi. Pada
tingkatan ini tidak ada partisipasi dari masyarakat dalam merencanakan maupun melaksanakan program. Pemegang kekuasaan mendikte masyarakat dimana tidak ada
dialog diantara mereka. Tingkatan tiga, empat dan lima merupakan peningkatan pada
4
http:www.google.co.idurl?sa=tsource=webcd=6ved=0CDsQFjAFurl=http\\3A2F2F www.csrindonesia.com2Fdata2Farticles2F20080208131154-
a.pdfrct=jq=tangga20partisipasi20arsteinei=DnPoTPCoBoWivgOnv_zCCAusg=AF QjCNGmsG_OiqzDDsW_cj7p_gOhBb5hFwcad=rja di akses pada tanggal 21 Novmber 2010
pukul 9.00
5
http:digilib.its.ac.idpublicITS-Undergraduate-10255-Paper.pdf di akses pada tanggal 4 Desember 2010 pukul 12.56
32
level tokenism atau partisipasi semu yang memungkinkan masyarakat yang semula tidak didengarkan menjadi didengarkan dan memiliki suara. Ada tindakan dari
masyarakat untuk mulai terlibat dalam partisipasi. Namun pada tingkatan ini, tidak ada jaminan bahwa suara mereka akan didengarkan oleh pemegang kekuasaan. Pada
tingkatan citizen power atau terdapat partisipasi aktif, masyarakat dapat bermitra dengan pemegang kekuasaan yang memungkinkan mereka bernegoisasi. Dan jika
tingkat partisipasi diperdalam hingga level tertinggi yaitu citizen control, masyarakat memiliki kekuasaan penuh untuk membuat keputusan. Tingkatan partisipasi
masyarakat dapat diidentifikasikan dengan mengkaji darimana asal partisipasi apakah dari pemerintah, masyarkaat ataukah bersama-sama antara pemerintah dan
masyarakat. Menurut Nasdian 2003 ada beberapa cara untuk mengembagkan pertisispasi
di tingkat komunitas. Pada dasarnya orang-orang akan berpartisipasi dalam kegitan komunikasi apabila kondisi-kondisinya kondusif melakukan kegiatan tersebut.
Kondisi-kondisi tersebut adlah seperti berikut : 1.
Warga komunitas akan berpartisipasi kalau merea memandang penting issue-issue atau aktifitas tertentu. Untuk menentukan issue atau tindakan mana yang penting,
warga komunitaslah yang menentukan dan bukan orang lain. Biasanya isu-isu yang menyentuh kebutuhan merupakan prioritas komunitas.
2. Warga komunitas berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa tindakannya akan
membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok dan komunitas.
3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Jenis partisipasi
yang harus dihargai tidak hanya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan formal kepanitiaan, pertemuan dan lain-lain, tetapi juga kegitan-kegiatan yang lainnya
menyiapkan konsumsi, membuat notulen, kegiatan kesenian dan lain-lain. 4.
Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya. Ini berarti bahwa isu-isu seperti ketersediaan transportasi,
keamanan, waktu dan lokasi aktifitas serta lingkungan tempat aktifitas terjadi
33
merupakan sesuatu hal yang penting dan perlu dipertimbangkan proses yang didasarkan pada komunitas.
5. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan. Sebagai
contoh prosedur pertemuan dan teknik-teknik pengambilan keputusan seringkali menyingkirkan orang-orang tertentu, terutama orang-rang yang cenderung
pendiam, tidak ingin menginterupsi orang lain, kurang percaya diri dan tidak mempunyai kemampuan verbal.
2.2 Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini melihat suatu keefektifan implementasi program Corporate Social Responsibility
CSR Perusahaan Geothermal dalam meningkatkan taraf hidup warga komunitas pedesaan. Keefektifan program LKMS Kartini dilihat dari indikator
parisipasi anggota LKMS Kartini dan dapat meningkatkan taraf hidup warga masyarakat. Pada indikator partispasi anggota LKMS Kartini, variable yang dihitung
adalah tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi dan tahap pelaporan. Pada indikator meningkatkan taraf hidup, variable-variabel yang dihitung adalah
pendapatan, pengeluran dan keadaan fisik dan fasilitas banguan sebelum dan sesudah mengikuti LKMS Kartini.
Pembentuk suatu program Corporate Social responsibility CSR dipengaruhi oleh kehadiran stakeholder yaitu masyarakat, pemerintah dan perusahan itu sendiri.
Dimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program CSR yaitu LKMS Kartini dilihat dari tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi dan tahap
pelaporan yang nantiya dapat mengetahui sejauhmana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program yang telah dibuat, sedangkan pada pemerintah, perusahaan dan
mitra sejauhmana pengaruh mereka didalam program CSR tersebut. Dari ketiga pengaruh stakeholder tersebut di dalam program CSR yang telah dibuat, akan
mempengaruhi keefektifan program CSR yaitu LKMS Kartini karena pengaruh partisipasi digunakan untuk melihat peningkatkan tarah hidup.