Keefektifan LKMS Kartini dalam Meningkatkan Taraf Hidup Warga

61 0,08 karena dari dua kategori sosial tersebut, merupakan ketua kelompok yang bertanggung jawab atas kelompoknya dan hanya menanyakan hubungan mereka dengan perusahaan menjadi lebih baik atau tidak setelah mengikuti LKMS Kartini. Tabel 8. Jumlah Rata-Rata Tingkat Pasrtisipasi Masyarakat Pada Pelaksanaan LKMS Karini Menurut Kategori Sosial Tingkat Partisipasi Setiap Tahap Impelemtasi CSR Farm Pengusaha Non Farm Pengusaha Farm Buruh Non Farm Buruh Tahap Perencanaan 0 0 0 Tahap Implementasi 3,31 4 2,5 3,15 Tahap Evaluasi 3,17 3,29 2,25 3,38 Tahap Pelaporan 0,57 0 0,08 TOTAL 6,48 7,86 4,75 6,61 Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2010 Gambar 9. Jumlah Rata-Rata Tingkat Partisipasi Menurut Kategori Sosial

6.2 Keefektifan LKMS Kartini dalam Meningkatkan Taraf Hidup Warga

Komunitas Pedesaan Meningkatkan taraf hidup komunitas pedesaan adalah suatu perubahan yang terjadi bagi masyarakat sesudah mengikuti program LKMS Kartini dan sebelum mengikuti LKMS Kartini. Adapun indikator untuk mengukur meningkatnya taraf hidup yang digunakan diantaranya pendapatan, pengeluaran, dan kondisi fisik dan bangunan. 1 2 3 4 5 pengusaha pertanian pengusaha non pertanian buruh tani buruh non tani Ju mlah Ra ta -r at a Tin gk at Pa tisip asi Kategori Sosial tahap perencanaan tahap implementasi tahap evaluasi tahap pelaporan 62 Dari Tabel 9 dapat dikatakan bahwa hubungan antara tingkat partisipasi terhadap keberlangsungan LKMS Kartini dengan meningkatkan taraf hidup dalam indikator pendapatan sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini terlihat bahwa perubahan pendapatan paling tinggi berada pada kategori sosial pengusaha non pertanian dimana selisihnya adalah Rp 1.336.428,-. Karena kategori sosial pengusaha non pertanian adalah anggota kelompok LKMS Kartini yang memiliki usaha produktif sehingga modal yang diberikan oleh LKMS Kartini memberikan hubungan terhadap usahanya sehingga pendapatan yang dimiliki menjadi meningkat. Pada kategori sosial pengusaha pertanian hubungan partisipasi dengan perubahan pendapatan tidak terdapat hubungan setelah mengikuti LKMS Kartini karena bernilai negatif. Tabel 9. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Jumlah Rata-rata Pendapatan Sesudah dan Sebelum Mengikuti LKMS Kartini Menurut Kategori Sosial No Tingkat partisipasi Pendapatan Selisih Sesudah Sebelum 1 Pengusaha non pertanian 2.211.428 875.000 1.336.428 2 Buruh non tani 1.601.538 908.000 693.538 3 Buruh tani 950.000 379.167 570.833 4 Pengusaha pertanian 2.601.667 4.750.000 -2.148.333 Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2010 Pada indikator kedua yaitu pengeluran sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini dapat dilihat pada Tabel 10. Dari segi pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa perubahan pengeluaran sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini yang paling tinggi berada pada kategori sosial buruh non tani yaitu sebesar Rp. 580.538,- dibandingkan kategori sosial lainnya, namun pada kategori sosial farm pengusaha tidak terdapat perubahan pengeluaran karena bernilai negatif. Pengeluaran yang terjadi pada buruh non tani besar karena dengan pekerjaan sebagai PNS, sekertaris desa, tukang cuci, supir, serabutan, dan ojek, sehingga pendapatan yang sudah didapatkan kemudian di tambah dengan modal yang diberikan oleh LKMS Kartini menjadi bertambah. Dengan pertambahan pendapatan maka mempangaruhi pengeluran untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggannya. 63 Tabel 10. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Jumlah Rata-rata Pengeluaran Sesudah dan Sebelum Mengkuti LKMS Kartini Menurut Kategori Sosial No Tingkat partisipasi Pengeluaran Selisih Sesudah Sebelum 1 Pengusaha non pertanian 750,000 525,000 225,000 2 Buruh non tani 1,066,538 486,000 580,538 3 Buruh tani 418,750 229,167 189,583 4 Pengusaha pertanian 482,500 1,937,500 -1,455,000 Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2010 Pada tabel 11 dapat dikatakan bahwa hubungan antara tingkat partisipasi dengan keadaan fisik dan fasilitas bangunan sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini dengan menggunkan indeks komposit terlihat bahwa perubahan keadaan fisik dan fasilitas bangunan terjadi pada kategori sosial buruh non tani dan buruh tani, sedangkan pada kategori farm non pertanian dan farm pertanian tidak terjadi perubahan sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini karena selisihnya bernilai negatif. Tabel 11. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Indeks Komposit Keadaan Fisik dan Fasilitas Bangunan Sesudah dan Sebelum Mengikuti LKMS Kartini menurut Kategori Sosial No Tingkat partisipasi Sesudah Sebelum Selisih 1 Pengusaha non pertanian 224 257 -33 2 Buruh non tani 250 226 24 3 Buruh tani 53 25 28 4 Pengusaha pertanian 271 293 -22 Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2010 Untuk melihat hubungan antara partisipasi dengan perubahan kondisi fisik dan fasilitas bangunan sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini, dihitung menggunakan uji korelasi rankspearman dan menggunakan alat bantu SPSS v.15.0 dengan hipotesis uji yaitu semakin tinggi partisipasi anggota LKMS Kartini terhadap keberlangsungan lembaga tersebut maka adanya hubungan antara tingkat partisipasi dengan keadaan fisik dan fasilitas bangunan. Berdasarkan hipotesis tersebut, maka 64 terdapat dua variabel yang diuji dalam penelitian ini, yaitu variabel partisipasi dengan variabel kondisi fisik dan fasilitas bangunan. Diperoleh hasil yang di sajikan pada Tabel 12. Signifikansi Korelasi antara Tingkat Partisipasi dan Kondisi fisik dan Fasilitas Sebelum dan Sesudah Mengikuti LKMS Kartini 1 Tingkat partisipasi Keadaan fisik dan fasilitas bangunan Spearmans rho Tingkat Partisipasi Correlation Coefficient 1.000 .074 Sig. 2-tailed . .698 N 30 30 Keadaan fisik dan fasilitas bangunan Correlation Coefficient .074 1.000 Sig. 2-tailed .698 . N 30 30 Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis yang tertera pada tabel 12, didapatkan korelasi antara variabel tingkat partisipasi dengan variabel kondisi fisik dan fasilitas bangunan sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini adalah sebesar 0,074. Artinya hubungan anatar variabel tingkat partisipasi dan variabel kondisi fisik dan fasilitas bangunan adalah lemah. Karena hasil menunjukan signifikasi hitung 0,698 0,05 artinya bahwa hipotesis semakin tinggi tingkat partisipasi maka ada hubungan dengan kondisi fisik dan fasilitas banguan sesudah dan sebelum mengikuti LKMS Kartini di tolak dan tidak ada hubungan, sedangkan correlation hitung 0,075 0,5 artinya hubungan antara variabel adalah lemah. 65 Gambar 8. Keadaan Rumah Anggota LKMS Kartini

6.3 Ikhtisar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

3 62 170

Implementasi Program Corporate Social Responsibiliti (CSR) Oleh PT. Sorikmas Mining Di Desa Banua Rakyat

1 65 217

Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Program Nikah Massal Terhadap Citra PT. PGN SBU III Medan di Kalangan Warga Masyarakat Kota Medan)

1 29 95

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Arun NGL Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

3 65 100

Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Antara Indonesia Dengan Cina Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance Di Indonesia

3 83 204

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusahaan(Studi Kasus Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum Terhadap Peningkatan Citra Positif Perusahaan PT Djarum pada Mahasiswa US

4 66 121

Partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan dampaknya terhadap komunitas perdesaan: study kasus anggota Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini, Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandunga

0 20 353

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP SIKAP KOMUNITAS PADA PROGRAM PERUSAHAAN

0 0 25