Partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan dampaknya terhadap komunitas perdesaan: study kasus anggota Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini, Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandunga

(1)

(2)

(3)

Empowerment is road to participation and participation determine social and economical community development program’s impacts. Generally, this research aims to identifiy the correlation between participation level of society and stakeholders in holding Corporate Social Responsibility program of Geothermal Corporation through Micro Finance Board and its impact to the society’s social and economical condition. This research was concerned to see the implementation of Community Based Micro Finance Program in Kabandungan District by holding LKMS Kartini. The subjects of this research were the society of Cihamerang Village, including its local government and local community, also corporate staffs. Methodes which are implied in this reseach consist of quantitative and qualitative study. Sample taken as many as fourty-five respondents who represent Cihamerang Village community, with the informant as many as nine persons. Results of this research shows that every stakeholders have different type and degree of participation. The higher micro finance board member’s participation level in every steps of program implementation, the higher social and economical impacts will be got.

Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Community Development, Society and Stakeholder Participation Level, Social and Economical Impacts


(4)

ISMA ROSYIDA, Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan.Studi Kasus Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini Perusahaan Geothermal di Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Di bawah bimbingan FREDIAN TONNY)

Penyelenggaraan LKMS Kartini ini merupakan wujud dari pelaksanaan program community development Perusahaan Geothermal sebagai bagian dari corporate social responsibility (CSR) implementation. Bagaimana membentuk dan membina hubungan sinergis diantarastakeholder-stakeholder tersebut, hal ini merupakan salah satu tolak ukur dalam menilai keberhasilan dalam penyelenggaraan program CSR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan stakeholder terkait, dalam penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal melalui pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini untuk mendukung keberadaan dan perkembangan usaha kecil menengah di tingkat masyarakat lokal, serta hubungannya terhadap dampak sosial ekonomi yang akan diperoleh masyarakat. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat partisipasi stakeholder (masyarakat, pemerintah, swasta), (2) menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan terhadap dampak sosial penyelenggaraan program, (3) menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam terhadap dampak ekonomi penyelenggaraan program.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif dengan metode survai dan triangulasi, sedangkan strategi kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Pemilihan studi kasus didasarkan atas pertimbangan bahwasannya studi kasus merupakan strategi penelitian yang memiliki sifat multi metode (wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen) (Sitorus, 1998). Proses triangulasi terdiri dari pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan penelusuran dokumen. Penelitian dilakukan di Desa Cihamerang. Penjajagan lokasi penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus tahun 2010, sedangkan penelitian dimulai pada bulan Oktober hingga akhir November 2010.

Subjek tineliti terdiri dari informan dan responden. Pemilihan informan dilakukan secarapurposivedengan teknik snowball(teknik bola salju). Informan kunci yang dipilih adalah pihak Perusahaan Geothermal yang menangani bidang CSR, Departemen PGPA (Policy, Government, and Public Affair), dalam hal ini Community Engagement. Selain itu, tokoh masyarakat beserta masyarakat Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi yang mendapat


(5)

menjadi informan kunci dalam penelitian ini. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 45 orang yang terdiri dari anggota kelompok simpan pinjam sebanyak tiga orang dan non-anggota kelompok simpan pinjam sebanyak 15 orang, sedangkan jumlah informan sebanyak 12. Responden dipilih menggunakan teknik purposif dari populasi 75 orang masyarakat Desa Cihamerang yang tergolong anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dan 54 orang anggota kelompok simpan pinjam sebagaisampling frameyang diambil dari dua dusun, yakni Pameungpeuk dan Pasir Haur.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari subjek tineliti yang terdiri dari informan dan responden melalui wawancara mendalam dan pengamatan. Data sekunder didapatkan dari dokumen-dokumen perusahaan terkait profil perusahaan, Annual Report Community Engagement Perusahaan Geothermal, dokumen LKMS Kartini. Sedangkan wawancara responden dilakukan dengan instrumen kuesioner kemudian dilakukan pengolahan data. Pengolahan data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 15 for Windows untuk mengukur hubungan variabel dengan alfa 10 persen. Setelah itu, dilakukan analisis lebih detail dengan tabel frekuensi. Pengolahan data kualitatif dengan teknik dan analisis data yang dilakukan yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Secara umum, keterlibatan stakeholder dalam penyelenggaraan LKMS Kartini berbeda satu sama lain, yang dipengaruhi salah satunya oleh derajat kepentingan. Pada pelaksanaannya, penyelenggaraan program ini didominasi oleh peran dan fungsi Perusahaan Geothermal sebagai pennyelenggara utama program pemberdayaan ekonomi lokal, sekaligus sebagai donatur dalam penyelenggaraan program. Dominasi peran swasta dalam mengambil keputusan dan memegang kendali penyelenggaraan program, berpengaruh terhadap bagaimana implementasi program di lapangan yang selanjutnya berhubungan dengan sejauhmana keterlibatan masing-masing stakeholder, khususnya anggota kelompok simpan pinjam berhubungan terhadap dampak sosial ekonomi penyelenggaraan program.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan program pemberdayaan ekonomi lokal dan stakeholder berhubungan dengan dampak sosial dan ekonomi masyarakat sehingga jika partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dalam penyelenggaraan program tinggi, maka dampak sosial dan ekonomi juga akan tinggi. Sejauhmana dampak sosial ekonomi diperoleh anggota kelompok simpan pinjam juga ditentukan oleh partisipasi dari stakeholder lain yang terkait. Jika dilihat dari klasifikasi kategori sosial yang ada, masyarakat dengan kategori sosial farm/buruh memiliki tingkat partisipasi yang paling rendah diantara kategori


(6)

bahwasanya tidak ada nilai peningkatan taraf hidup setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam. Meskipun demikian, tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam dengan kategori sosial farm/buruh memiliki hubungan positif terhadap tingkat pendapatan, tingkat tabungan, dan kekuatan modal sosial. Untuk kategori non-farm/pengusaha, danfarm/pengusaha tingkat partisipasi kategori masyarakat tersebut tergolong sedang, namun data menunjukkan bahwa keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam pada kategori sosial tersebut tidak diikuti oleh peningkatan pada tingkat pendapatan, tingkat tabungan serta kekuatan modal sosial, kecuali untuk variabel taraf hidup, karena data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan taraf hidup pada masyarakat kategori non-farm/pengusaha. Tingkat pendapatan dan tabungan berkorelasi dengan tingkat pengeluaran. Sejauhmana sebuah rumah tangga dapat menyeimbangkan anatara pendapatan yang diperoleh dengan pengeluaran yang harus keluar, serta menyisihkan sebagian pendapatan untuk tabungan, memiliki implikasi terhadap taraf hidup rumah tangga tersebut.

Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran, yaitu: (1) Sebaiknya Perusahaan Geothermal melakukan pendekatan partisipatif terhadap masyarakat dan pemerintah, begitu pun pemerintah dan masyarakat terhadap Perusahaan Geothermal sehingga tercipta hubungan yang lebih harmonis, saling mempercayai satu sama lain dan dapat membangun kerjasama yang baik, (2) LKMS Kartini sebaiknya mulai diarahkan untuk mengubah orientasi kegiatan yang hanya berfokus pada tingkat pengembalian dalam pembiayaan LKMS, melainkan orientasi perlu diarahkan pada sejauhmana pencapaian perguliran dana masing rumah tangga dalam pemanfaatan modal usaha, (3) Kebijakan pemerintah lokal dapat disinergikan dengan keberadaan perusahaan, sehingga penyelenggaraan program yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat tidak tumpang tindih dan secara penuh melibatkanstakeholderterkait.


(7)

(Kasus: Anggota Lembaga Cihamerang, Kecamatan K

Sebagai P Sarjana Sains Ko

Fakultas Eko

DEPARTEMEN SAINS KO FAK

IN

PERDESAAN

aga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini, De n Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Ba

Oleh

Isma Rosyida

I34070075

Skripsi

i Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

OMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKA AKULTAS EKOLOGI MANUSIA

NSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

i, Desa Barat)


(8)

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Judul Studi :Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Perdesaan (Kasus: Anggota Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini, Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)

Nama Mahasiswa : Isma Rosyida Nomor Siswa : I34070075

Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS NIP. 19580214 198503 1004

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003


(9)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PARTISIPASI MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER

DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP

KOMUNITAS PERDESAAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK

MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Febuari 2011

Isma Rosyida I34070075


(10)

Penulis bernama Isma Rosyida yang dilahirkan di Temanggung pada tanggal 7 November 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, berasal dari pasangan Ismail dan Sri Ambarwati. Penulis memiliki dua adik laki-laki yang bernama Irfan Afifi dan Muhammad Irfan Alfian. Dalam perjalanan hidupnya penulis telah beberapa kali berpindah tempat hingga saat ini menetap di Cepu, Jawa Tengah. Penulis menamatkan pendidikannya di TK Putra IV Magelang tahun 1995, SD Negeri Magelang 6 tahun 2001, SLTP Negeri 1 Magelang tahun 2004, dan SMA Negeri 2 Semarang tahun 2007. Setelah itu pada Juli 2007 diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam organisasi, kepanitiaan, seminar, kursus bahasa asing dan berbagai perlombaan baik di tingkat sekolah dan perguruan tinggi. Adapun kursus bahasa asing yang penulis pernah ikuti yakni kursus bahasa inggris di English First dan BBC. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kursus bahasa Jerman di Unit Bahasa IPB. Semasa sekolah penulis aktif menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) selama dua tahun periode kepengurusan. Dalam ranah kegiatan perlombaan di tingkat sekolah, penulis beberapa kali memperoleh kejuaraan dalam berbagai perlomaan Speech Contest dan English Debate, yakni juara kedua “Loyola Debate Championship” tingkat Jawa Tengah, juara tiga “English Speech Contest Dies Natalis Politekes Negeri Semarang”, juara dua “English Debate Championship Universitas Diponegoro Semarang”, juara dua “English Speech Contest Universitas 17 Agustus Semarang”, juara satu “English Speech ContestUniversitas Sultan Agung Semarang”, Finalis “National Scientific Paper Competition Universitas Brawijaya Malang “dan beberapa kejuaraan lain. Selama masa kuliah, beberapa kegiatan yang pernah diikuti oleh penulis yakni IAAS (International Association of Student in Agriculture and Related Sciences) LC-IPB sebagai bendahara kemudian pada dua periode kepengurusan berikutnya bergabung bersama Divisi Eksternal dan Divisi Pengembangan Ilmu dan


(11)

sebagai manajer divisi Public Relation kemudian pada kepengurusan berikutnya berada pada divisi Research and Development (RND). Penulis juga memperoleh kepercayaan untuk menjadi Asisten Dosen mata kuliah Komunikasi Bisnis, Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Perubahan Sosial.

Dalam perjalanan studinya, penulis pernah dua kali memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan makalah di kancah Internasional, yakni pertama pada International Indonesian Students ConferenceTOWARDS BETTER INDONESIAN FUTUREInternational Islamic University Malaysia, dengan judul makalah “Global Warming and Staple Food Security in Indonesia’s Economic, Politic, and Social” pada tahun 2008, kedua pada acara International Symposium Go Organic di Bangkok, Thailand, pada tahun 2009 dengan judul makalah “Peasant Empowerment through Social Capital Reinforcement Road to Sustainable Agriculture Development”. Masih dalam cakupan kegiatan pada level Internasional, penulis juga pernah menjadi Master of Ceremony dalam kegiatan IPB International Student Conference pada tahun 2008, dan IPB International Schoolarship Expo pada tahun 2009, serta International Jatropha Conference pada tahun 2008 sebagai pemandu acara. Dalam kegiatan kepanitian kegiatan, penulis juga aktif bergabung sebagai panitia, baik dalam cakupan kegiatan di tingkat Departemen, Fakultas, Universitas, maupun di luar Universitas.


(12)

Segala Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kasih sayang, karunia, ridho, dan kenikmatan kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan” (Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat) di bawah Bimbingan Ir. Fredian Tonny, MS.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat kelulusan mata kuliah KPM 499. Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Intitut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini, penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program Corporate Social Responsibility (CSR) melalui pembentukan LKMS Kartini dan dampaknya terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing, serta pihak-pihak yang membantu Penulis, baik langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan penulisan skripsi. Demikian skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat.

Bogor, Febuari 2011


(13)

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Partisipasi Masyarakat danStakeholderdalam Penyelenggaraan ProgramCorporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan (Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat)” ini berhasil diselesaikan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah memperoleh bantuan, dorongan, semangat, dan dukungan dari beberapa pihak, baik secara langsung atau secara tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, karena tanpa bantuan dan dukungan dari mereka, penulisan studi pustaka ini tidak akan terselesaikan.

1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, atas kesabarannya membimbing, berdiskusi, dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. 2. Dra. Winati Wigna, MDS dan Martua Sihaloho, S.P. M.Si. sebagai dosen

penguji dalam ujian skripsi yang telah memberikan masukan dan kritikan kepada penulis agar skripsi ini dapat disusun sebagaimana mestinya dan mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku.

3. Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku dosen penguji petik yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan pengkoreksian tata penulisan dan sistematika skripsi yang disusun oleh penulis.

4. Keluarga tersayang, Ayah, Mama, dan dua adik laki-laki tercinta Irfan Afifi dan Irfan Alfian yang tiada henti memberikan kasih sayang, doa, dukungan, serta semangat kepada penulis.

5. Sriyo Ado Arta Tampubolon, yang telah memberi warna berbeda dalam hidup penulis, mengajarkan penulis arti hidup sebenarnya, dan juga memberi dukungan serta dorongan yang tak henti-hentinya kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Ratri Virianita, selaku pembimbing akademik selama penulis menjadi mahasiswa Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, serta secara berkelanjutan memantau perjalanan studi penulis.


(14)

kepada penulis untuk menjadi asisten dosen selama 1,5 tahun.

8. Bapak Sofyan Sjaf, Koordinator Asisten Dosen Perubahan Sosial dan Ibu Yatri Indah Kusumastuti, Koordinator Dosen Mata Kuliah Komunikasi Bisnis yang telah senantiasa memberikan semangat dan inspirasi untuk lebih realistis dalam menghadapi kehidupan.

9. Bapak Rizal Razak yang telah mendorong penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan menerima keluh kesan penulis terkait dengan penulisan skripsi serta menjadi teman diskusi ketika penulis menemui permasalahan mengenai penelitian

10. Sahabat-sahabatku tercinta, untuk Hardiayanti Dharma Pertiwi, Geidy Tiara Ariendi, dan Merry Purnamasarie yang selalu memberikan semangat serta dukungan dalam setiap kesulitan yang penulis rasakan dalam studi. Terima kasih atas kebersamaan yang begitu indah.

11. Rekan seperjuangan bimbingan, Nyimas Nadya Izana, atas semangat yang tak henti diberikan kepada penulis, peluh, tangis, dan tawa tercurahkan bersama dalam proses penelitian hingga penulisan skripsi.

12. Teman-teman Kelompok PEPP dan KMLB yang senantiasa memberikan dukungan dan izin ketika penulis harus meninggalkan tugas karena turun lapang, serta selalu menghibur penulis ketika penulis sedih dan putus asa. 13. Teman-teman seperjuangan program akselerasi, Umi, Yunita, Bio, Friska,

Aci, Lele, Nendy, Dewi, Geidy, Maya, Amanda, Marika, Nyimas, Thresa, Dina, Syifa, dan Navalinesia. Terima kasih atas semangat kebersamaanya. 14. Teman-teman HIMASIERA angakatan 2007-2008, 2008-2009, dan

2009-2010, terima kasih atas kebersamaan yang indah

15. Teman-teman asisten beserta teman-teman dan adik-adik praktikan mata kuliah Komunikasi Bisnis, Pengantar Ilmu Kependudukan, dan Perubahan Sosial dan seluruh keluarga KPM 44 atas perhatian, kasih sayang dan kebersamaannya sampai saat ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak dan membanggakan


(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...

xiv

DAFTAR TABEL...

xvi

DAFTAR GAMBAR...

xvii

DAFTAR LAMPIRAN...

xix

BAB I PENDAHULUAN...

1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 1.4. Kegunaan Penelitian... 5

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL...

6

2.1. Tinjauan Pustaka... 6

2.1.1.Corporate Social Responsibility... 6

2.1.2.Corporate Social ResponsibilitydanCommunity Development... 14

2.1.3. Konsep Partisipasi... 17

2.1.4. Konsep Modal Sosial... 22

2.1.5. Konsep Dampak Program CSR... 24

2.2. Kerangka Pemikiran... 28

2.3. Hipotesis Penelitian... 30

2.4. Definisi Konseptual... 30

2.5. Definisi Operasional... 32

BAB III METODE PENELITIAN...

38

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38

3.2. Pendekatan Penelitian... 39

3.3. Teknik Pemilihan Informan dan Responden... 39

3.4. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data... 41

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI...

45

4.1. Profil Kecamatan Kabandungan... 45

4.2. Profil Desa Cihamerang... 45

4.2.1. Keadaan Wilayah... 45

4.2.2. Kondisi Geografi... 46

47 49 4.2.3. Kondisi Demografi... 4.2.4. Potensi Wilayah... 4.3. Perusahaan Geothermal Indonesia... 51

4.4. Perusahaan Geothermal di Wilayah Salak... 53

4.4.1. Kebijakan Perusahaan Geothermal mengenai Corporate Social Responsibility(CSR)... 54


(16)

4.4.2. DepartemenPolicy, Government, and Public Affair.... 55

4.5. Lembaga Keuangan Mikro Syariah Mandiri (LKMS) Kartini... 56

4.5.1. Visi dan Misi LKMS Kartini... 56

57 4.5.2. Struktur Kepengurusan LKMS Kartini... 4.6. Ikhtisar... 58

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK

SOSIAL EKONOMI...

60

5.1. Penggolongan Anggota Kelompok Simpan Pinjam dan Non-Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini... 60

5.2. Tingkat Partisipasi... 62

5.2.1. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep Uphoff... 62

5.2.2. Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep Arnstein... 66

5.2.3. Tingkat PartisipasiStakeholder 69 5.3. Dampak Ekonomi Penyelenggaraan Program... 73

5.4. Dampak Sosial Penyelenggaraan Program... 79

5.5. Ikhtisar... 80

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT

PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN...

84

6.1. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Dampak Sosial.. 84

6.1.1. Analisis Uji Hipotesis Penelitian... 84

86 6.1.2. Analisis Hubungan antara Tingkat Partisipasi Masyarakat dan Dampak Sosial... 6.2. Hubungan antara Tingkat Partisipasi dengan Dampak Ekonomi... 89

6.2.1. Analisis Uji Hipotesis Penelitian... 89

91 6.2.2. Analisis Hubungan antara Tingkat Partisipasi dan Dampak Ekonomi... 6.3. Ikhtisar... 96

BAB VII ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI

STAKEHOLDER

DALAM

PENYELENGGARAAN

CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY

(CSR) DAN DAMPAKNYA

TERHADAP KOMUNITAS PERDESAAN...

98

BAB VIII PENUTUP...

111

8.1. Kesimpulan... 111

8.2. Saran... 112

DAFTAR PUSTAKA...

113


(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi

Arstein... 19 Tabel 2 Kategori Sosial Masyarakat Pemanfaat Program... 32 Tabel 3 Jarak dan Waktu Tempuh Desa Cihamerang ke Pusat

Pemerintahan Tahun 2010... 46 Tabel 4 Luas Wilayah Desa Cihamerang Menurut Penggunaannya Tahun

2010... 46 Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Cihamerang Menurut Tingkat

Pendidikan pada Tahun 2010... 48 Tabel 6 Mata Pencaharian Pokok Penduduk Desa Cihamerang Tahun

2010... 49 Tabel 7 Jumlah Kepemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan Rumah

Tangga di Desa Cihamerang Tahun 2010... 50 Tabel 8 Jumlah Luas Lahan Kehutanan Menurut Status Kepemilikan

Lahan di Desa Cihamerang Tahun 2010... 50 Tabel 9 Tingkat Partisipasi dan Kekuatan Modal Sosial Anggota

Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep

Uphoff... 64 Tabel 10 Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Anggota Kelompok Simpan

Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep

Uphoff... 64 Tabel 11 Tingkat Partisipasi dan Kekuatan Modal Sosial Anggota

Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep

Arnstein... 67 Tabel 12 Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Anggota Kelompok Simpan

Pinjam LKMS Kartini Menurut Konsep

Arnstein... 67 Tabel 13 KeterlibatanStakeholder-stakeholderdalam Penyelenggaraan

Program... 70 Tabel 14 Skor Rata-rata Taraf Hidup Menurut Kategori Sosial... 74 Tabel 15 Skor Rata-rata Pendapatan (Rp/Bulan) Menurut Kategori Sosial.. 74 Tabel 16 Skor Rata-rata Tingkat Pengeluaran Menurut Kategori Sosial... 75 Tabel 17 Skor Rata-rata Tingkat Tabungan Menurut Kategori Sosial... 77 Tabel 18 Skor Rata-rata Kekuatan Modal Sosial Menurut Kategori Sosial.. 80


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Berbagai Pemangku Kepentingan dalam Perusahaan... 13 Gambar 2 Bagan Alir Kerangka Pemikiran Partisipasi Masyarakat dan

Stakeholderdalam Penyelenggaraan Program CSR dan

Dampaknya terhadap Komunitas Perdesaan... 29 Gambar 3 Struktur Organisasi LKMS Kartini... 58 Gambar 4 Jumlah Persentase Responden Anggota Kelompok Simpan

Pinjam Menurut Kategori Sosial... 61 Gambar 5 Jumlah Persentase Responden Non-Anggota Kelompok

Simpan Pinjam LKMS Kartini Menurut Kategori Sosial... 62 Gambar 6 Persentase Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan

Pinjam LKMS Kartini Menurut Kategori Sosial... 63 Gambar 7 Persentase Klasifikasi Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok

Simpan Pinjam LKMS Kartini... 65 Gambar 8 Persentase Tipe Partisipasi Anggota Kelompok Simpan

Pinjam Menurut Tangga Partisipasi Arnstein... 68 Gambar 9 Rumah sederhana milik salah seorang anggota kelompok

simpan pinjam yang mendayagunakan modal pinjaman untuk membuka warung... 78 Gambar 10 Rumah salah seorang anggota kelompok simpan pinjam yang

pada dasarnya tergolong sebagai masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang cukup baik... 78 Gambar 11 Transaksi antara petugasoutreachLKMS Kartini dan seorang

ibu anggota LKMS Kartini... 96 Gambar 12 RoadmapProgramCommunity Based Micro FinanceLKMS

Kartini... 100 Gambar 13 Papan nama yang terpasang di depan kantor LKMS Kartini di

Kecamatan Kabandungan... 101 Gambar 14 Skema Alur Hubungan antaraStakeholderdalam

Penyelenggaraan LKMS Kartini... 102 Gambar 15 Matriks Keterlibatan Stakeholder dalam Penyelenggaraan

LKMS Kartini... 103 Gambar 16 Pertemuan pihak perusahaan, pemerintah desa dan

kecamatan, manajer LKMS Kartini, perwakilan BAPEDA Kabupaten Sukabumi dalam sebuaheventlokakarya

pelatihan... ... 104 Gambar 17 Ibu Eka, salah seorang anggota kelompok simpan pinjam di

Desa Cihamerang yang sedang melayani konsumen di warung es buah miliknya, hasil jerih payah dari pinjaman LKMS Kartini... 107 Gambar 18 Salah satu bentuk sosialisasi perusahaan dengan masyarakat

adalah dengan menyelenggarakan pelatihan yang melibatkan ibu-ibu anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini.... 109 Gambar 19 Kegiatan kumpul mingguan ibu-ibu anggota kelompok

simpan pinjam di Kampung Pasir Haur, Desa Cihamerang...


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Panduan Pertanyaan Wawancara Mendalam... 115

Lampiran 2 Matriks Alokasi Waktu Penelitian... 122

Lampiran 3 Sketsa Desa Cihamerang... 123

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Pada Variabel-variabel Penelitian... 124

Lampiran 5 Daftar Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini di Desa Cihamerang... 127

Lampiran 6 Daftar Responden Penelitian... 129

Lampiran 7 Data Kependudukan Desa Cihamerang Tahun 2010... 130

Lampiran 8 Matriks Pengumpulan Data, Pengolahan Data, dan Analisis Data... 131 Lampiran 9 Kuesioner Penelitian... 138 Lampiran 10 Tabel Tingkat Partisipasi dan Dampak Sosial Ekonomi


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta budaya. Perusahaan memiliki potensi mengembangkan wilayah karena beroperasinya perusahaan di suatu wilayah masyarakat dapat mengundang aktivitas-aktivitas masyarakat lokal. Seperti halnya, penyerapan tenaga kerja lokal oleh perusahaan, termasuk fenomena menjamurnya masyarakat lokal yang membuka usaha baru untuk pemenuhan kebutuhan karyawan dan juga seluruh pihak yang berkaitan dengan adanya aktivitas perusahaan. Dalam perjalanannya, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satunya adalah dengan membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) denganstakeholder-stakeholderlain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat. Hubungan baik ini dapat dibentuk dari adanya interaksi antar stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program CSR (Corporate Social Responsibility).

CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan konsep moral dan etos berciri umum sehingga pada tataran praktisnya harus diwujudkan ke dalam program-program konkrit. Menurut DraftInternational Standar ISO 26000dalam Jalal (2010), tanggung jawab sosial meliputi Tata Kelola Organisasi, HAM (Hak Azasi Manusia), Praktik Ketenagakerjaan, Lingkungan, Praktik Operasi yang Adil, Isu Konsumen, Pelibatan, dan Pengembangan Masyarakat. Eleanor Chambers dan kawan-kawan pada tahun 2003 melakukan penelitian atas praktik tanggung jawab sosial korporat di tujuh negara Asia, mengklasifikasikan CSR ke dalam tiga aspek yaitu, keterlibatan dalam komunitas, pembuatan produk yang bisa dipertanggungjawabkan secara sosial, dan employee relations (Wibisono, 2007). Menurut Chambers dalam Wibisono (2007), yang termasuk dalam


(21)

keterlibatan komunitas itu diantaranya adalah pengembangan masyarakat (Community Development), dimana salah satu prinsip dalam konsep community developmentadalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan keterlibatan aktif semua stakeholder, baik pemerintah, masyarakat, maupun perusahaan. Partisipasi seluruh stakeholder diwujudkan melalui keterlibatan baik berupa materi, maupun non-materi dalam penyelenggaraan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari proses perencanaan, implementasi, hingga monitoring evaluasi, dan pelaporan. Mengacu pada sejauhmana keberadaan perusahaan membawa pengaruh bagi kehidupan masyarakat sekitar, berjalannya roda kehidupan masyarakat dengan segala bentuk perubahan sosial dan lingkungan yang dapat diterima dan diatur oleh pranata sosial yang ada menjadi indikator penting. Meskipun demikian, pengaruh keberadaan perusahaan belum tentu membawa angin positif bagi masyarakat. Oleh karena itu, bagaimana penyelenggaraan program CSR mengintegrasikan partisipasi seluruh stakeholder dan berpengaruh terhadap kondisi sosial dan ekonomi komunitas yang salah satunyamencakup modal sosial dan taraf hidup.

Perusahaan Geothermal di Gunung Salak merupakan perusahaan yang mendayagunakan energi panas bumi terbesar di dunia. Panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan digunakan sebagai pembangkit listrik melalui pemanfaatan daya alami uap bumi. Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan, Perusahaan Geothermal menyelenggarakan program CSR (Corporate Social Responsibility) yang mencakup tiga area kritis, yakni kebutuhan dasar, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan usaha kecil mikro. CSR yang diselenggarakan oleh Perusahaan Geothermal merupakan bagian dari strategic plan perusahaan, yang mana fokus pelaksanaannya berorientasi pada penciptaan pertumbuhan ekonomi melaluicapacity buildingdan investasi masyarakat. Perusahaan Geothermal bermitra dengan komunitas setempat melalui berbagai macam cara untuk memberikan kontribusi bermakna bagi pengembangan sosial, ekonomi, dan upaya investasi dalam bentuk program-program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi di komunitas lapangan operasionalnya. Desa Cihamerang merupakan salah satu desa yang bersinggungan langsung dengan wilayah operasi perusahaan karena


(22)

lokasinya yang terletak di dalam lingkup Kecamatan Kabandungan. Radyati (2008) dalam Sepriani (2010) menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi masyarakat lokal sebagai bagian dari kegiatan CSR merupakan bagian dari proses pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan tujuan kahir berkelanjutan (sustainability). Masyarakat dalam konteks penelitian ini mengacu pada komunitas lokal yang tinggal di wilayah Desa Cihamerang. 1Komunitas perdesaan dipahami sebagai kesatuan institusi dalam suatu wilayah, terikat oleh kesatuan ekologis, berinetraksi satu dengan yang lainnya.

Penting untuk melihat sejauhmana implementasi dari program pengembangan masyarakat (Community Development) dalam kaitannya dengan partisipasi seluruh stakeholder yang pada akhirnya membawa dampak bagi komunitas perdesaan. Pada dasarnya keberhasilan suatu program CSR, salah satunya berkaitan dengan bagaimana program CSR tersebut dapat berpengaruh secara signifikan dan pada akhirnya membawa dampak positif terhadap kehidupan komunitas disekitar wilayah perusahaan. Oleh karena itu, hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan diatas yakni Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak sosial ekonomi komunitas perdesaan ?

1.2. Perumusan Masalah

Perusahaan dalam kegiatan operasinya bersinggungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Berbagai hal melatarbelakangi perspektif dan paradigma yang dianut, termasuk bagaimana masing-masing perusahaan memiliki pola pelaksanaan tanggung jawab sosialnya. Keseluruhannya dilaksanakan berdasarkan kebijakan perusahaan yang terkait. Mengacu pada konsep Triple Bottom Line yakni Sosial (People), Lingkungan (Planet), dan Ekonomi (Profit) yang diperkenalkan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”, keterkaitan antara tujuan perusahaan dengan keberadaan masyarakat dan lingkungan penting untuk diperhatikan. Konsep

1

Komunitas menurut Wilbur J. PeakdalamRahman (2009) bukan sekedar sekumpulan orang/unit


(23)

tersebut juga menyangkut peran dan fungsi dari stakeholder sebagai bagian dari elemen people dalam konsep triple bottom line. Stakeholder dalam peran dan fungsinya mendukung penyelenggaraan program CSR, dapat dilihat dari sejauhmana keterlibatannya dalam setiap tahapan penyelenggaraan program. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bahwa: Bagaimana tingkat partisipasi

stakeholder (pemerintah, masyarakat, swasta) dalam penyelenggaraan program CSR ?

Terdapat berbagai stakeholder yang terlibat dalam implementasi program CSR (Corporate Social Responsibility) dengan derajat keterlibatan yang masing-masing berbeda satu sama lain, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Menyiasati kehadiran perusahaan dalam kerjasama kemitraan yang sejajar untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, bukanlah sesuatu yang mustahil. Kemitraan yang saling menguntungkan merupakan sebuah strategi yang lebih baik untuk membentuk hubungan yang harmonis. Selanjutnya adalah terkait dengan penerapan setiap tahapan penyelenggaraan program yang mengintegrasikan partisipasi seluruh stakeholder, yakni berhubungan dengan sejauhmana pencapaian penyelenggaraan program CSR. Untuk mengetahui sejauhmana komitmen perusahaan yang diwujudkan melalui implementasi program CSR, salah satunya dapat dilihat melalui penyelenggaraan program Community Development (Pengembangan Masyarakat). Penting halnya melihat pengaruh implementasi program tersebut terhadap komunitas lokal, khususnya bagi anggota kelompok simpan pinjam sebagai salah satu subjek pelaksana program, hingga sejauh mana implementasi tersebut dapat membawa dampak baik positif, maupun negatif bagi komunitas pedesaan. Kedua aspek tersebut mengkonstruksi pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu Bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak sosial komunitas perdesaan dan bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak ekonomi komunitas perdesaan?


(24)

Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menganalisis tingkat partisipasi

stakeholder dalam penyelenggaraan program CSR dan hubungannya

dengan dampak sosial ekonomi. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian, yakni :

1. Menganalisis tingkat partisipasi stakeholder (pemerintah, masyarakat, , swasta) dalam penyelenggaraan program CSR.

2. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak sosial komunitas perdesaan.

3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam LKMS Kartini dalam penyelenggaraan program CSR dengan dampak ekonomi komunitas perdesaan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada: 1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam kaitannya

dengan analisis dampak implementasi program CSR, termasuk bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan dan pengembangan dengan penelitian terkait yang sudah ada sebelumnya.

2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam melakukan kajian mengenai CSR.

3. Kalangan non akademisi, pemerintah, maupun swasta dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pertimbangan dalam penerapan CSR yang berbasiskan pengembangan masyarakat.


(25)

BAB II

PENDEKATAN KONSEPTUAL

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1.Corporate Social Responsibility

2.1.1.1. Definisi dan KonsepCorporate Social Responsibility

Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Definisi CSR berasal dari konsep dan pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”, dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit/keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagipeople(masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). ISO 26000 mengenaiGuidance on Social Responsibilityjuga memberikan definisi CSR. Menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Dahlsrud (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “How Corporate Social Responsibilty is Defined: an Analysis of 37 Definitions”, menggunakan lima dimensi CSR sebagai acuan, yakni dimensi lingkungan (the environmental dimension), dimensi sosial (the social dimension), dimensi ekonomi (the economic dimension), dimensi pemangku kepentingan (the stakeholder dimension), dan dimensi kesukarelaan (the voluntariness dimension). Menurut Samuel dan SaarfdalamRahman (2009), ada tiga perspektif terkait dengan CSR:

1. Kapital reputasi

Memandang penting reputasi untuk memperoleh dan mempertahankan pasar. CSR dipandang sebagai strategi bisnis yang bertujuan untuk


(26)

meminimalkan risiko dan memaksimalkan keuntungan dengan menjaga kepercayaanstakeholder.

2. Ekososial

Memandang stabilitas dan keberlanjutan sosial dan lingkungan sebagai strategi untuk menjaga keberlanjutan bisnis korporat.

3. Hak-hak pihak lain

Memandang konsumen, pekerja, komunitas yang terpengaruh bisnisnya dan pemegang saham, memiliki hak untuk mengetahui tentang korporat dan bisnisnya.

2.1.1.2. Penyelenggaraan Program CSR

Tanggung jawab perusahaan merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan bertanggung jawab terhadap kegiatan dan kebiasaan yang berkelanjutan dalam segala sesuatunya yang berhubungan dengan perusahaan, baik aspek finansial, lingkungan, dan sosial (Lakin & Scheubel, 2010). Menurut Wibisono (2007) cara perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan menerapkan CSR dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yakni:

1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, artinya CSR hanya dipraktikkan lebih karena faktor eksternal (external driven).

2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), dimana CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksakannya.

3. Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias compliance plus, yakni CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Implementasi CSR itu merupakan langkah-langkah pilihan sendiri sebagai kebijakan perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan tekanan dari masyarakat.

Menurut Rahman (2009), terdapat dua alasan yang mendasari korporat melakukan kegiatan CSR, yakni alasan moral (moral argument) dan alasan ekonomi (economic argument). Alasan ekonomi lebih menekankan pada bagaimana korporat mampu memperkuat citra dan kredibilitas brand/produknya


(27)

melalui aktivitas CSR, sedangkan alasan moral lebih didasarkan bahwa CSR memang benar bermula dari inisiatif korporat untuk dapat menjalin relasi yang saling menguntungkan dengan stakeholders. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, terdapat empat pengkategorian tanggung jawab sosial perusahaan menurut Archie CarroldalamRahman (2009), yakni:

1. Tanggung jawab Ekonomi (Economic Respoinsibilities)

Terminologi tanggung jawab ekonomi dan tanggung jawab sosial terasa dekat jika dikaitkan dengan mekanisme pricing korporat. Pricing sebagai aktivitas ekonomi, akan bersinergi dengan tanggung jawab sosial jika didasari pada itikad untuk memberikan harga yang memihak kepada konsumen. Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh guna mensinkronkan fungsi ekonomi dengan aktivitas tanggung jawab sosial.

2. Tanggung jawab Hukum (Legal Responsibilities)

Tanggung jawab hukum oleh korporat merupakan modifikasi sejumlah nilai dan etika yang dicanangkan korporat terhadap seluruh pembuat dan pemilik hukum yang terkait. Sudah seharusnya korporat menjalankan kepatuhan terhadap hukum dan norma yang berlaku.

3. Tanggung jawab Etis (Ethical Responsibilities)

Tanggung jawab etis berimplikasi pada kewajiban korporat untuk menyesuaikan segala aktivitasnya sesuai dengan norma sosial dan etika yang berlaku meskipun tidak diselenggarakan secara formal. Tanggung jawab etis ini bertujuan untuk memenuhi standar, norma, dan pengharapan daristakeholdersterhadap korporat.

4. Tanggung jawab Filantropis (Phylantropic Responsibilities)

Tanggung jawab filantropis ini seyogyanya dimaknai secara bijak oleh korporat, tidak hanya memberikan sejumlah fasilitas dan sokongan dana, korporat juga disarankan untuk dapat memupuk kemandirian komunitasnya. Tanggung jawab ini didasari itikad korporat untuk berkontribusi pada perbaikan komunitas secara mikro maupun makro sosial.


(28)

Archie Carroldalam Rahman (2009) berpandangan bahwasanya apabila keempat unsur tanggung jawab di atas teraplikasikan secara menyeluruh maka akan terselenggara sebuah Total CSR. GagasanPrince of Wales International Business Forum dalam Wibisono (2007) mengenai lingkup penerapan CSR mengusung lima pilar yakni:

1. Building human capital

Berkaitan dengan internal perusahaan untuk menciptakan SDM yang handal, di sisi lain perusahaan juga dituntut melakukan pemberdayaan masyarakat.

2. Strengtening economies

Perusahaan harus memberdayakan ekonomi masyarakat sekitarnya, agar terjadi pemerataan kesejahteraan.

3. Assesing social chesion

Upaya menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitar, agar tidak menimbulkan konflik.

4. Encourging good governance

Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mengacu pada Good Corporate Governance(GCG).

Telaah lebih lanjut atas berbagai literatur menunjukkan bahwa ada empat skema yang biasa dipergunakan untuk menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu (1) kontribusi pada program pengembangan masyarakat, (2) pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal, (3) partisipasi masyarakat dalam bisnis, dan (4) tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan2. Wibisono (2007) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat

2

Jalal.2010.Masukan bagi Program PROPER Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta: Laboratorium Sosiologi Universitas Indonesia


(29)

dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.

3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.

4. Tahap Pelaporan

Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

2.1.1.3. Peran dan FungsiStakeholderdalam CSR

Kebermulaan pengakuan terhadap keberadaan dan pengaruh pemangku kepentingan dapat dilacak sejak 1960-an (Sukada, 2007). Dalam bukunya tersebut, Sonny Sukada (2007) memaparkan bahwa Stamford Research Institute


(30)

pertama kali menggunakan terminologi perspektif pemangku kepentingan (stakeholder perspective) yang dibangun berdasarkan teori-teori Charles Darwin dan Adam Smith, serta perubahan lingkungan di era itu dimana terdapat orang-orang dan organisasi di samping pemegang saham yang terkena pengaruh operasi perusahaan. Konsepnya kemudian dipopulerkan oleh Freeman (1984) dalam Sukada (2007), yang membicarakan masalah pemangku kepentingan secara lebih komprehensif. Menurut Freeman (1984) dalam Sukada (2007), pemangku kepentingan diartikan sebagai mereka yang memiliki kepentingan dan keputusan tersendiri, baik sebagai individu maupun wakil kelompok. Pengertian ini mencakup mereka yang mempengaruhi atau yang terkena pengaruh dari satu organisasi.

Stakeholders, yang jamak diterjemahkan dengan pemangku kepentingan adalah pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh perusahaan (Saidi, 2004). Menurut Wibisono (2007), apapun definisinya, yang jelas antara stakeholders dengan perusahaan terjadi hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga perubahan pada salah satu pihak akan memicu dan mendorong terjadinya perubahan pada pihak yang lainnya. Salah satu aspek penting yang mendukung keberhasilan implementasi program CSR adalah sinergitas yang positif antara seluruh stakeholders terkait, yakni dalam hal ini Soemanto (2007) mengkategorikannya ke dalam empat kelompok, diantaranya adalah pemerintah (government), sektor privat (private sector), lembaga swadaya masyarakat (LSM)/ Non-Governmental Organizations(NGOs), dan masyarakat (Community). Renald Kasali (2005)dalamWibisono (2007) membagistakeholdersmenjadi berikut:

1. Stakeholder internaldanstakeholder eksternal

Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di dalam lingkungan organisasi, misalnya karyawan, manajer, dan pemegang saham (shareholder). Stakeholder eksternal adalah stakeholder yang berada di luar lingkungan konsumen organisasi seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers,


(31)

kelompok sosial masyarakat, responsible investor, licensing partner dan lain-lain.

2. Stakeholderprimer,stakeholdersekunder danstakeholdermarjinal Tidak semua elemen dalamstakeholderperlu diperhatikan. Perusahaan perlu menyusun skala prioritas. Stakeholder yang paling penting disebut stakeholder primer, stakeholder yang kurang penting disebut stakeholder sekunder, dan yang bisa diabaikan disebut stakeholder marjinal.

3. Stakeholdertradisional danstakeholdermasa depan

Karyawan dan konsumen dapat disebutstakeholdertradisional, karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkanstakeholder masa depan adalah stakeholder pada masa depan yang akan datang diperkirakan dapat memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.

4. Proponents, opponents, danuncommitted

Diantara stakeholder, ada kelompok yang memihak organisasi (proponents), menentang organisasi (opponents), dan ada yang tak peduli atau abai (uncommitted).

5. Silent majoritydanvocal majority

Dilihat dari aktivitas stakeholder dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan penentangan atau dukungannya secara vokal (aktif) namun adapula yang menyatakan secarasilent(pasif).

Menurut Soemanto (2007) dalam bukunya yang berjudul “Sustainable Corporation:Implikasi Hubungan Harmonis Perusahaan dan Masyarakat”, dalam implementasi CSR pemerintah dapat melakukan peran dalam empat ranah, yakni menyediakan data dan informasi, memberi dukungan infrastruktur publik, melakukan sosialisasi program, dan menginisiasi kebijakan insentif fiskal. Stakeholderkedua adalah sektor privat atau dalam hal ini adalah perusahaan yang dapat memposisikan diri sebagai pihak yang harus merencanakan CSR secara matang, mengeluarkan anggaran untuk investasi sosial, mensosialisasikan, dan membuka ruang sehingga tercipta integrasi CSR dengan kebijakan pemerintah


(32)

FIRM

Investor/ Creditor

Political Groups

The Environment

Costumers

Communities Employees

Trade Association Goverments


(33)

dalam Sukada (2007) mengungkapkan bahwa derajat relevansi pemangku kepentingan terhadap aktivitas perusahaan ditimbang dengan tiga hal, yaitu kekuasaan, legitimasi, dan urgensi.

2.1.2.Corporate Social Responsibility dan Community Development

2.1.2.1. KonsepCommunity Development

Community Development dalam perspektif internasional merupakan salah satu kekuatan sosial yang signifikan dalam proses perubahan yang direncanakan, dipromosikan sebagai pengembangan dunia, dan sebagai bagian dalam proses pembangunan bangsa, serta sebagai standar dalam pembangunan masyarakat miskin (Budimanta dkk, 2008). Budimanta dkk (2008) menambahkan bahwa konsep dasar daricommunity development adalah kebutuhan manusia, komuniti, partisipasi, dan pengembangan. Sejalan dengan hal tersebut, Nasdian (2006) memaparkan bahwasannya pengembangan masyarakat (community development) adalah konsep dasar yang menggarisbawahi sejumlah istilah yang telah digunakan sejak lama, seperti community resource development, rural areas development, community economic development, rural revitalization, dan community based development.

Suatu metode atau pendekatan pembangunan yang menekankan adanya partisipasi dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan, dimana semua usaha swadaya masyarakat disinergikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat denganstakeholderslainnya untuk meningkatkan taraf hidup dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif penduduk sendiri, serta pelayanan teknis, sehingga proses pembangunan berjalan efektif (Nasdian, 2006). Sebagaimana asal katanya, pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”, secara singkat pengembangan dan pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia (Suharto, 2005). Blackburn (1989) dalam Nasdian (2006) juga menggambarkan hal serupa, dimana community development menggambarkan makna yang penting dari dua konsep: community, bermakna kualitas hubungan sosial, dan development, perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual.


(34)

Dengan keberadaan suatu perusahaan di suatu daerah, akan dapat mendorong bermunculannya kegiatan-kegiatan sosial ekonomi komuniti sekitarnya, seperti adanya perusahaan-perusahaan jasa penunjang kehidupan perusahaan yang besar. Kondisi tersebut membentuk adanya pola hubungan baru diantara komunitas pendatang dan komunitas lokal atau dalam hal ini masyarakat sekitar. Untuk meningkatkan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan perusahaan diperlukan suatu cara untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian masyarakat, salah satunya adalah melaluicommunity development.

2.1.2.2. Hubungan antara CSR danCommunity Development

CSR merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line) seperti halnya konsep yang disampaikan oleh John Elkington yang terdiri dari Profit (Keuntungan), People (Masyarakat Pemangku Kepentingan), Planet (Lingkungan). Hal ini terkait dengan keberlanjutan usaha, dimana penting halnya bagi perusahaan untuk melihat bagaimana pengaruh dimensi sosial dan lingkungan pada setiap akitivitas bisnis. Pada dasarnya, dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan merupakan tiga aspek yang saling berkaitan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sinerji diantara seluruh stakeholder yang terkait melalui kemitraan antara perusahaan, pemerintah, komunitas (Kemitraan Tripartit). Implementasi CSR merupakan salah satu upaya membangun konsep pembangunan berkelanjutan yang mensyaratkan hubungan sinergis serta harmonis antar stakeholder, dalam hal ini adalah pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (Ambadar, 2008).

Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan melalui pengembangan potensi kedermawanan perusahaan. Kedermawanan perusahaan sesungguhnya adalah kedermawanan sosial dalam kerangka kesadaran dan komitmen perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosialnya (Saidi, 2003). Menurut Steiner (1994) dalam Nursahid (2006), terdapat sejumlah alasan mengapa perusahaan memiliki program-program filantropik atau kedermawanan sosial, yaitu pertama, untuk mempraktikkan konsep “good corporate citizenship”; kedua, untuk meningkatkan


(35)

kualitas lingkungan hidup; dan ketiga, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terdidik. Nursahid (2006) memaparkan bahwasanya kedermawanan sosial biasanya didasari dua motif sekaligus, yakni: motivasi untuk menyenangkan atau membahagiakan orang lain (altruisme) pada satu sisi, dan pada saat yang bersamaan terjadi pula bias kepentingan perusahaan di sisi lain. Dewasa ini, praktik filantropi sangat berkembang dan modern dengan cirinya yang berkelanjutan (sustain) dan mampu mengekalkan diri. Selain pengembangan kerangka hukum, transformasi juga menjadi upaya penting lain dalam melihat praktik kedermawanan sosial perusahaan. Hal ini didasari bahwa sebagian besar donasi perusahaan-menurut hasil survei PIRAC, merupakan donasi berbentuk hibah sosial, sementara masih sedikit yang berupa hibah pembangunan. Nursahid (2006) menyatakan bahwa transformasi terhadap orientasi sumbangan ini perlu dilakukan karena hibah sosial umumnya adalah hibah yang diperuntukkan guna pemenuhan keperluan sesaat dan sifatnya konsumtif. Oleh karena itu, perlu didorong kegiatan kedermawanan dari aktivitas yang bersifat sedekah menuju pada pengembangan dan akhirnya pemberdayaan dengan ruang lingkup yang sesuai.

Menurut Budimanta (2008), ruang lingkup program-program pengembangan masyarakat (community development) dapat dibagi berdasarkan tiga kategori yang secara keseluruhan akan bergerak secara bersama-sama yang terdiri dari:

1. Community Relation; yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan (charity) perusahaan. Dari hubungan ini, dapat dirancang pengembangan hubungan yang lebih mendalam dan terkait dengan bagaimana mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang ada di komunitas lokal sehingga perusahaan dapat menerapkan program selanjutnya.

2. Community Services; merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan komunitas ataupun kepentingan umum. Dalam kategori ini, program-program dilakukan dengan adanya pembangunan secara fisik,


(36)

seperti sektor kesehatan, keagamaan, pendidikan, transportasi dan sebagainya yang berupa puskesmas, sekolah, rumah ibadah, jalan raya, dan sumber air minum. Inti dari kategori ini adalah kebutuhan yang ada di komunitas dan pemecahan tentang masalah yang ada di komunitas, dilakukan oleh komunitas sendiri dan perusahaan hanya sebagai fasilitator dari pemecahan masalah yang ada di komunitas. Kebutuhan-kebutuhan yang ada di komunitas dianalisis oleh paracommunity development officer. 3. Community Empowering; merupakan program-program yang berkaitan

dengan pemberian akses yang lebih luas kepada komunitas untuk menunjang kemandiriannya, misalnya pembentukan koperasi. Pada dasarnya, kategori ini melalui tahapan-tahapan lain seperti melakukan community relation pada awalnya, yang kemudian berkembang pada community servicedengan segala metodologi panggilan data dan kemudian diperdalam melalui ketersediaaan pranata sosial yang sudah lahir dan muncul di komunitas melalui program kategori ini.

Community Development (Pengembangan Masyarakat) sebagai salah satu dari tujuh isu CSR merupakan sarana aktualisasi CSR yang paling baik jika dibandingkan dengan implementasi yang hanya berupacharity, philantrophy, atau dimensi-dimensi CSR yang lain, karena dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan perasaan solidaritas.

2.1.3. Konsep Partisipasi

Menurut Nasdian (2006), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi. Sebelum mencapai tahap tersebut, tentu saja dibutuhkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi (Nasdian, 2006_). Nasdian (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan,


(37)

bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwasanya partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat.

Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,

sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Keseluruhan tingkatan partisipasi di atas merupakan kesatuan integratif dari kegiatan pengembangan perdesaan, meskipun sebuah siklus konsisten dari kegiatan partisipatoris mungkin dinilai belum biasa.

Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Gradasi peserta dapat digambarkan dalam Tabel 1


(38)

sebagai sebuah tangga dengan delapan tingkatan yang menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut (Arnstein 1986dalamWicaksono 2010):

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein

No. Tangga/Tingkatan

Partisipasi Hakekat Kesertaan

Tingkatan Pembagian Kekuasaan 1. Manipulasi (Manipulation) Permainan oleh

pemerintah Tidak ada partisipasi

2. Terapi (Therapy)

Sekedar agar masyarakat tidak marah/sosialisasi 3. Pemberitahuan (Informing) Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi Tokenism/sekedar justifikasi agar mengiyakan 4. Konsultasi (Consultation) Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya

5. Penentraman (Placation)

Saran Masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan 6. Kemitraan

(Partnership)

Timbal balik dinegosiasikan

Tingkat kekuasaan ada di masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power) Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh program) 8. Kontrol Masyarakat

(Citizen Control)

Sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat

Sumber: Arnstein (1969:217)dalamWicaksono (2010)

Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power). Partisipasi masyarakat bertingkat sesuai dengan gradasi kekuasaan yang dapat dilihat dalam proses pengambilan keputusan. Arnstein menggunakan metafora tangga partisipasi di mana tiap anak tangga mewakili strategi partisipasi yang berbeda yang didasarkan pada pola distribusi kekuasaan dan peran dominanstakeholder. 1. Manipulatif, yakni partisipasi yang tidak perlu menuntut respon partisipan

untuk terlibat banyak. Pengelola program akan meminta anggota komunitas yaitu orang yang berpengaruh untuk mengumpulkan tanda tangan warga sebagai wujud kesediaan dan dukungan warga terhadap program. Pada tangga partisipasi ini relatif tidak ada komunikasi apalagi dialog.


(39)

2. Terapi (therapy), yakni partisipasi yang melibatkan anggota komunitas lokal untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan tetapi jawaban anggota komunitas tidak memberikan pengaruh terhadap kebijakan, merupakan kegiatan dengar pendapat tetapi tetap sama sekali tidak dapat mempengaruhi program yang sedang berjalan. Pada level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang dari penyelenggara program dan hanya satu arah.

Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan sebagai derajat tokenisme dimana peran serta masyarakat diberikan kesempatan untuk berpendapat dan didengar pendapatnya, tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Peran serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat.

3. Pemberitahuan (informing) adalah kegiatan yang dilakukan oleh instansi penyelenggara program sekedar melakukan pemberitahuan searah atau sosialisasi ke komunitas sasaran program. Pada jenjang ini komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tanggapan balik (feed back).

4. Konsultasi (consultation), anggota komunitas diberikan pendampingan dan konsultasi dari semua pihak (stakeholder terkait program) sehingga pandangan-pandangan diberitahukan dan tetap dilibatkan dalam penentuan keputusan. Model ini memberikan kesempatan dan hak kepada wakil dari penduduk lokal untuk menyampaikan pendangannya terhadap wilayahnya (sistem perwakilan). Komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.

5. Penenangan (placation), komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dan penyelenggara program. Masyarakat


(40)

dipersilahkan untuk memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan. Namun penyelenggara program tetap menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan keberadaan usulan tersebut. Pada tahap ini pula diperkenalkan adanya suatu bentuk partisipasi dengan materi, artinya masyarakat diberi insentif untuk kepentingan perusahaan atau pemerintah, ataupun instansi terkait. Seringkali hanya beberapa tokoh di komunitas yang mendapat insentif, sehingga tidak mewakilkan komunitas secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar warga yang telah mendapat insentif segan untuk menentang program. Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya dari partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan.

6. Kerjasama (partnership) atau partisipasi fungsional di mana semua pihak baik (masyarakat maupun stakeholder lainya), mewujudkan keputusan bersama. Suatu bentuk partisipasi yang melibatkan tokoh komunitas dan atau ditambah lagi oleh warga komunitas , “duduk berdampingan” dengan penyelenggara dan stakeholder program bersama-sama merancang sebuah program yang akan diterapkan pada komunitas.

7. Pendelegasian wewenang (delegated power), suatu bentuk partisipasi yang aktif di mana anggota komunitas melakukan perencanaan, implementasi, dan monitoring. Anggota komunitas diberikan kekuasaan untuk melaksanakan sebuah program dengan cara ikut memberikan proposal bagi pelaksanaan program bahkan pengutamaan pembuatan proposal oleh komunitas yang bersangkutan dengan program itu sendiri.

8. Pengawasan oleh komunitas (citizen control), dalam bentuk ini sudah terbentuk independensi dari monitoring oleh komunitas lokal. Dalam tangga partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan pihak penyelenggaran program.


(41)

2.1.4. Konsep Modal Sosial

Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama (Djohan, 2007). Lyda Judson Hanifan dalam Djohan (2007) menguraikan peranan modal sosial secara lebih rinci dengan melibatkan kelompok dan hubungan timbal balik antar anggota masyarakat. Nilai-nilai yang mendasarinya adalah kebajikan bersama (social virtue), simpati dan empati (altruism), serta kerekatan hubungan antar-individu dalam suatu kelompok (social cohesivity).

Modal sosial yaitu perekat internal yang membuat aktivitas di dalam suatu komunitas tetap berlangsung secara fungsional. Modal sosial berada dalam struktur hubungan antar pihak yang berinteraksi walaupun dapat diteliti pada individu maupun kolektif (Serageldin, 2000). Menurut Colleta dan Cullen (2000) dalam Nasdian (2006), modal sosial didefinisikan sebagai “suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world- view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Modal sosial adalah seperangkat nilai-nilai, norma-norma, dan kepercayaan yang memungkinkan sekelompok warga dapat bekerjasama secara efektif dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan-tujuannnya (Putman,1993dalam Suwartika, 2003). Sedangkan modal sosial menurut Coleman (1988) dalam Suwartika (2003) adalah keseluruhan yang terdiri dari sejumlah aspek struktur sosial dan semua itu berfungsi memperlancar tindakan-tindakan individual tertentu di dalam suatu struktur pencerminan dari struktur kepercayaan sosial dimana tersedia jaminan-jaminan dan harapan-harapan atas suatu tindakan sosial. Coleman (2000) dalam Suwartika (2003) manganggap kelangsungan setiap transaksi sosial ditentukan oleh adanya dan terjaganya amanah dari pihak-pihak yang terlibat, sehingga hubungan transaksi antar manusia, baik yang bersifat


(42)

ekonomis maupun non-ekonomis, hanya mungkin bisa berkelanjutan apabila ada kepercayaan antara pihak-pihak yang melakukan interaksi.

Uphoff (2000)dalamSuwartika (2003) membagi komponen modal sosial ke dalam dua kategori, yaitu pertama, kategori struktural yang dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi sosial dan kedua, kategori kognitif dihubungkan dengan proses–proses mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan budaya. Komponen-komponen modal sosial (Uphoff, 2000 dalam Suwartika, 2003) tersebut diantaranya:

1. Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama yang melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan. Komponen ini termasuk pada kategori struktural.

2. Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama.

3. Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma tentang hubungan timbal balik, nilai-nilai untuk menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada bentuk ini juga dikembangkan keyakinan bahwa anggota lain akan memiliki keinginan untuk bertindak sama. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif.

4. Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersama-sama, menutupi biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya. Komponen ini termasuk dalam kategori struktural

5. Kerjasama; terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikap-sikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama akan menguntungkan. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif.

Menurut Djohan (2007), modal sosial yang ideal adalah modal sosial yang tumbuh di masyarakat. Modal sosial yang dimiliki seyogianya memiliki muatan


(43)

nilai-nilai yang merupakan kombinasi antara nilai-nilai universal yang berbasis humanisme dan nilai-nilai pencapaian (achievement values) dengan nilai-nilai lokal. Modal sosial yang berbasis pada ideologi pancasila merupakan bentuk modal sosial yang perlu dikembangkan bersama-sama guna membangun masyarakat Indonesia yang partisipatif, kokoh, terus bergerak, kreatif, kompak, dan yang menghormati manusia lain.

Modal sosial memiliki unsur-unsur penopang, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Social participation. Social participation berarti partisipasi sosial anggota masyarakat. Pada masyarakat tradisional, hal ini melekat dalam perayaan kelahiran, perkawinan, kematian, (2) Reciprocity atau timbal balik, yaitu saling membantu dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan orang lain dan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian hubungan yang terjadi menyangkut hak dan tanggung jawab, (3)Trustatau kepercayaan, (4)Acceptance and diversity atau penerimaan atas keberagaman, yaitu adanya toleransi yang memperhatikan sikap dan tindak-tanduk serta perilaku yang saling hormat-menghormati, saling pengertian, dan apresiasi di antara lingkungan, (5) Norma dan nilai, Norma dan nilai merupakan value system yang akan berkembang menjadi suatu budaya, (6) Sense of efficacy atau perasaan berharga, yaitu timbulnya rasa percaya diri dengan memberikan penghargaan kepada setiap orang, dan (7) Cooperation and proactivity atau kerjasama dan proaktif. Dalam kaitannya dengan modal sosial, kerjasama harus terus bergerak serta dituntut kreatif dan aktif (Djohan, 2007).

2.1.5. Konsep Dampak Program CSR

Jalal (2010) mengemukakan bahwasanya praktik-praktik bisnis yang dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia dalam berhubungan dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya belum dapat dibilang memadai, tampaknya kesimpulan itu tidak akan ditolak. Pertanyaan penting berkaitan dengan kondisi itu adalah bagaimana cara untuk mengetahui bahwa sebuah program pengembangan masyarakat oleh perusahaan telah dapat dianggap memadai. Jawaban tersebut sebenarnnya ada pada fungsi indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan akan menjadi sangat penting manakala perusahaan hendak


(44)

mengetahui kinerja program pengembangan masyarakatnya, atau hendak menyusun rencana strategik yang menginginkan tingkat kinerja tertentu. Menurut Jalal (2010), kepentingan utama perusahaan tentu saja adalah untuk mempertanggungjawabkan investasi sosial yang telah dikeluarkannya. Pengeluaran untuk program pengembangan masyarakat hendak dinyatakan sebagai investasi, maka perusahaan harus diyakinkan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkannya sesungguhnya memang menguntungkan perusahaan. Meskipun demikian, seiring berjalannya waktu, paradigma perusahaan terus berubah dan cara pandang perusahaan terhadap orientasi pelaksanaancommunity development itu sendiri pun terus berkembang.

Min-Dong Paul Lee (2008) melakukan studi khusus terkait bagaimana jejak dan perkembangan mengenai teori tanggung jawab sosial perusahaan diulas secara detail dalam jurnalnya yang berjudul “A Review of the Theories of Corporate Social Responsibility: Its Evolutionary Path and the Road Ahead”. Studi ini ditujukan untuk menunjukkan jejak evolusioner konseptual dari teori-teori tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan untuk melihat refleksi implikasinya terhadap pembangunan. Restropeksi menunjukkan bahwa perkembangan tren telah menjadi sebuah rasionalisasi progresif dari konsep dengan sebuah fokus tertentu dalam ikatan lebih kuat terhadap tujuan finansial perusahaan. Rasionalisasi mencakup dua termin besar konseptualisasi CSR. Pertama adalah pada level analisis, dimana peneliti-peniliti harus berpindah dari diskusi pada tataran pengaruh makro sosial menjadi analisis level organisasional dari pengaruh CSR terhadap keuntungan (profit). Kedua, pada tataran orientasi teoritis, para peneliti telah berpindah dari argumen normatif eksplisit dan argumen yang berorientasi etika menjadi normative implicit dan studi manajerial berorientasi performa/kiprah. Dalam melihat sejauhmana konseptualisasi tersebut terus berkembang sejalan dengan pengimplementasian program-program CSR oleh perusahaan/korporasi, aspek dampak (impact) penting untuk dikaji sebagai bagian dari evaluasi implementasi program.

Telah banyak upaya dilakukan oleh berbagai pihak di dunia untuk menstimulasi pelibatan aktif masyarakat, bagaimana membangun kemitraan baik untuk mengatur hubungan dengan masyarakat dan lingkungan. Jurnal Reporting


(45)

on Community Impacts: A survey conducted by the Global Reporting Initiative, menambahkan bahwa peningkatan terjadi ketika upaya tersebut disusun secara strategis dan dikaitkan dengan kerangka internasional seperti halnya Millenium Development Goals (MDGs) (Dragicevic, 2008). Pada waktu yang sama, pertumbuhan atau peningkatan yang terjadi memperkuat pemahaman mengenai dampak dari kegiatan bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan. Ada peningkatan kepentingan dari stakeholders kepada perusahaan untuk mengklarifikasi dan mendemonstrasikan dampaknya. Bagaimanapun juga, berdasarkan sebuah penelitian terkait dampak dari CSR pada perusahaan besar agar mampu melihat dampak secara umum, kasus bisnis, sikap bisnis, kesadaran dan praktik seharusnya juga mengetahui secara baik kebiasaanstakeholder, tetapi upaya untuk mengklarifikasi dampak pada hubungan terhadap manusia. Oleh karena itu, saat ini makin maraknya tren terhadap kepentingan yang lebih dari sebuah perusahaan dan stakeholder nya untuk mengukur hasil dan memahami bagaimana CSR dapat memberikan nilai baik bagi perusahaan maupun bagi komunitas.

GRI (Global Reporting Initiative) sebagai sebuah jaringan multistakeholder yang mendukung pembangunan kesepakatan untuk membentuk dan secara berkelanjutan meningkatkan keberlanjutan kerangka kerja pelaporan. Dimana, GRI berinisiatif untuk melakukan penelitian berkaitan dengan pencapaian pemahaman yang lebih baik mengenai praktik tertentu dalam pelaporan, jenis informasi, pola (mencakup sektor dan lokasi geografis) sejalan dengan panduan dari GRI. University of Hongkong bersama GRI dan CSR Asia mengadakan penelitian untuk memahami pelaporan mengenai dampak perusahaan. Dragicevic (2008) memaparkan bahwa dalam survei yang dilakukan oleh Global Reporting Initiative terdapat lima pertanyaan fundamental terkait pengukuran terhadap aspek dampak, yakni apakah terdapat aspek-aspek tertentu dari CSR seperti dampak secara mudah dapat diukur. Ini adalah asumsi yang dibuat secara luas dan sejalan penelitian Blowfield yang berpandangan bahwa “CSR Reports overall are better at covering environmental issues than social ones, and are only beginning to pay attention to companies” (Dragicevic, 2008). Pengukuran dampak dari perusahaan kepada komunitas bukan merupakan tugas


(1)

Tingkat Partisipasi dan Dampak Ekonomi Menurut Konsep Uphoff

NO Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam

Taraf Hidup Anggota Kelompok Simpan Pinjam

Skor Tingkat Partisipasi Kategori Tingkat Partisipasi Skor Taraf Hidup

Tingkat Pendapatan (Rp/Bulan)

Tingkat Pengeluaran (Rp/Bulan)

Tingkat Tabungan (Rp/Bulan)

1 3 Tinggi 4,6 9000000 1500000 600000

2 2 Sedang 4,2 2800000 2750000 50000

3 2 Sedang 4,1 10000000 2000000 5000000

4 2 Sedang 4,8 1700000 1600000 40000

5 2 Sedang 4,3 820000 600000 200000

6 2 Sedang 4,7 900000 800000 40000

7 2 Sedang 4,1 2500000 2000000 50000

8 2 Sedang 4,1 1950000 900000 20000

9 2 Sedang 3,8 1150000 1000000 0

10 2 Sedang 4,3 2700000 1000000 0

11 2 Sedang 4,2 100000 100000 0

12 2 Sedang 3,6 530000 300000 0

13 2 Sedang 4,5 1000000 450000 15000

14 2 Sedang 3,5 870000 800000 0

15 2 Sedang 3,7 750000 750000 0

16 2 Sedang 4,1 2300000 900000 0

17 2 Sedang 3,9 700000 600000 80000

18 2 Sedang 4,1 2000000 1000000 40000

19 2 Sedang 4,1 800000 600000 60000

20 1 Rendah 4,0 1000000 700000 300000


(2)

22 1 Rendah 3,8 5300000 2500000 100000

23 1 Rendah 4,5 150000 100000 0

24 1 Rendah 3,3 4500000 4500000 0

25 1 Rendah 4,2 1350000 750000 0

26 1 Rendah 3,9 500000 450000 20000

27 1 Rendah 4,0 610000 450000 0

28 1 Rendah 4,4 800000 450000 0

29 1 Rendah 3,9 1200000 750000 0


(3)

Tingkat Partisipasi dan Dampak Sosial Menurut Konsep Arnstein

NO Kategori Sosial Anggota Kelompok

Tingkat Partisipasi Anggota

Kelompok Simpan Pinjam Skor Rata-rata Modal Sosial Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Skor

Tingkat Partisipasi

Kategori Partisipasi Skor Rata-rata TingkatKepercayaan

Skor Rata-rata Kekuatan Jejaring

Skor Rata-rata Kekuatan

Kerjasama Total Skor Rata-rata

1 Farm/Pengusaha 5 Tipe Penentraman 4,1 3,1 3,9 3,7

2 Non-Farm/Pengusaha 4 Tipe Penentraman 4,7 3,1 2,9 3,6

3 Non-Farm/Buruh 5 Tipe Penentraman 4,6 4,1 4,4 4,4

4 Non-Farm/Buruh 4 Tipe Penentraman 4,3 2,7 3,4 3,5

5 Farm/Pengusaha 2 Tipe Konsultasi 3,9 2,9 2,6 3,2

6 Farm/Pengusaha 2 Tipe Konsultasi 4,1 4,0 3,7 3,9

7 Farm/Pengusaha 3 Tipe Konsultasi 4,1 4,3 2,9 3,8

8 Non-Farm/Pengusaha 3 Tipe Konsultasi 4,2 3,6 3,1 3,6

9 Non-Farm/Pengusaha 3 Tipe Konsultasi 4,2 3,6 3,4 3,7

10 Farm/Buruh 3 Tipe Konsultasi 3,7 3,2 3,3 3,4

11 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 3,8 3,9 3,1 3,6

12 Non-Farm/Buruh 3 Tipe Konsultasi 4,3 3,5 3,6 3,8

13 Non-Farm/Buruh 3 Tipe Konsultasi 4,2 3,6 3,2 3,7

14 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 4,5 3,8 3,7 4,0

15 Non-Farm/Buruh 3 Tipe Konsultasi 3,5 3,6 3,1 3,4

16 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 4,1 3,1 3,3 3,5

17 Farm/Pengusaha 3 Tipe Pemberitahuan 4,5 4,1 3,6 4,1

18 Farm/Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 4,0 3,5 3,6 3,7

19 Farm/Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 4,1 3,2 3,0 3,4


(4)

21 Farm/Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 3,9 3,3 3,4 3,5

22 Non-Farm Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 3,9 3,1 3,4 3,5

23 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,1 3,2 3,8 3,7

24 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 3,3 3,1 3,1 3,2

25 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 3,8 3,3 3,4 3,5

26 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,0 3,6 3,6 3,7

27 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,4 3,1 3,4 3,6

28 Non-Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,3 2,5 2,9 3,2

29 Non-Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,8 3,6 3,9 4,1


(5)

NO

Kategori Sosial Anggota Kelompok Simpan

Pinjam

Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam

Taraf Hidup Anggota Kelompok Simpan Pinjam LKMS Kartini Skor Tingkat

Partisipasi Kategori Partisipasi Skor Rata-rata Taraf Hidup

Rata-rata Tingkat Pendapatan (Rp/Bulan) Rata-ratan Tingkat Pengeluaran (Rp/Bulan) Rata-rata Tingkat Tabungan (Rp/Bulan)

1 Farm/Pengusaha 3 Tipe Penentraman 4,1 10000000 2000000 5000000

2 Non-Farm/Pengusaha 3 Tipe Penentraman 4,7 900000 800000 40000

3 Non-Farm/Buruh 3 Tipe Penentraman 4,6 9000000 1500000 600000

4 Non-Farm/Buruh 3 Tipe Penentraman 4,3 820000 600000 200000

5 Farm/Pengusaha 2 Tipe Konsultasi 3,9 500000 450000 20000

6 Farm/Pengusaha 2 Tipe Konsultasi 4,1 2300000 900000 0

7 Farm/Pengusaha 2 Tipe Konsultasi 4,1 2000000 1000000 40000

8 Non-Farm/Pengusaha 2 Tipe Konsultasi 4,2 2800000 2750000 50000

9 Non-Farm/Pengusaha 2 Tipe Konsultasi 4,2 1350000 750000 0

10 Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 3,7 750000 750000 0

11 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 3,8 5300000 2500000 100000

12 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 4,3 2700000 1000000 0

13 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 4,2 100000 100000 0

14 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 4,5 1000000 450000 15000

15 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 3,5 870000 800000 0

16 Non-Farm/Buruh 2 Tipe Konsultasi 4,1 800000 600000 60000

17 Farm/Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 4,0 1000000 700000 300000

18 Farm/Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 4,1 1950000 900000 20000

19 Farm/Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 3,6 530000 300000 0

20 Farm/Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 3,9 1200000 750000 0


(6)

22 Non-Farm Pengusaha 1 Tipe Pemberitahuan 4,1 900000 300000 40000

23 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 3,3 4500000 4500000 0

24 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 3,8 1150000 1000000 0

25 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,0 610000 450000 0

26 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,4 800000 450000 0

27 Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,3 1000000 750000 40000

28 Non-Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,8 1700000 1600000 40000

29 Non-Farm/Buruh 1 Tipe Pemberitahuan 4,5 150000 100000 0


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

4 84 143

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Padaperusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2008-2010)

1 67 129

Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) Binaan P.T. Telekomunikasi Indonesia-TBK. CDC Area Medan

4 53 101

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Arun NGL Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Muara Satu Kota Lhokseumawe

3 65 100

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusahaan(Studi Kasus Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum Terhadap Peningkatan Citra Positif Perusahaan PT Djarum pada Mahasiswa US

4 66 121

Keefektifan implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam meningkatkan taraf hidup warga komunitas pedesaan: studi kasus anggota kelompok LKMS Kartini di Dusun Pamengpeuk dan Dusun Pasirhaur, Desa Cihamerang, Kecamatan Kabandungan, Kabu

2 45 117

Respon Masyarakat Non Muslim Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Lkms) (Study Kasus Pada Masyarakat Non Muslim Di Depok)

1 6 103