Kondisi Ekonomi Masyarakat Sebelum Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari

42 45 13 500.000-1.500.000 1.500.001-2.500.000 2.500.001-3.500.000 Keseluruhan wisatawan sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 54,55, mahasiswa sebanyak 34,34, pelajar 7,07, PNS dan BUMN masing-masing sebanyak 2,02. Hal tersebut dapat terjadi karena jenis pekerjaan wisatawan akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang sebagian besar merupakan tamatan SMA dan Perguruan Tinggi.

5.1.5 Tingkat Pendapatan Wisatawan

Pendapatan dalam hal ini adalah pendapatan per bulan keluarga yang diperoleh dari suami dan istri ataupun salah satu dari mereka yang bekerja. Sedangkan wisatawan yang berprofesi sebagai pelajarmahasiswa, pendapatannya dalam hal ini adalah uang saku. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan wisatawan dibagi menjadi tiga kelompok. Adapun sebaran pendapatan wisatawan Pulau Pramuka dapat dilihat dalam Gambar 10. Gambar 9 Persentase tingkat pendapatan wisatawan. Dari diagram diatas, sebanyak 42 wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp.500.000 – Rp.1.500.000. Sebanyak 45 wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp 1.500.001 – Rp.2.500.000 Sebanyak 13 wisatawan mempunyai pendapatan sebesar Rp 2.500.001 – Rp.3.500.000

5.2 Kondisi Ekonomi Masyarakat Sebelum Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari

Di Pulau Pramuka Kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu pertama kali dimulai dengan adanya pembangunan di Pulau Putri yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti akomodasi cottage,bungalow, restoran, fasilitas menyelam dan berenang. Menurut Rachmawati 2003, perkembangan kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu dimulai sejak tahun 1970an, sejak saat itu Kepulauan Seribu belum 820 840 860 880 900 920 940 960 980 1998 1999 2000 2001 Jumlah masyarakat Tahun terbentuk sebagai Taman Nasional. Dari 106 pulau yang ada di Kepulauan Seribu, sebanyak 73 pulau telah dikelola oleh pihak swasta dan 30 pulau dikelola oleh pemerintah. Pihak swasta lebih banyak mempergunakan pulau tersebut untuk kegiatan wisata baik pribadi maupun publik. Sedangkan pulau yang dikelola pemerintah digunakan sebagai pemukiman, perambu lalu lintas, peninggalan sejarah dan cagar alam BAPPEDA DKI dan ITB,2000 dalam Rachmawati 2003. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1986 Tahun 2000 tentang wilayah Kepulauan Seribu dinyatakan bahwa jumlah pulau di Kecamatan Kepulauan Seribu adalah 110 pulau yang secara Administratif dibagai menjadi 6 wilayah kelurahan yaitu kelurahan Pulau Panggang, Pulau Tidung, Pulau Kelapa, Pulau Untung Jawa, Pulau Harapan dan Pulau Pari. Dari keenam kelurahan tersebut Kelurahan Pulau Kelapa memiliki pulau yang paling banyak 36 pulau dan yang paling sedikit pulaunya adalah Kelurahan Pulau Tidung 6 pulau. Berikut merupakan pertumbuhan penduduk Pulau Pramuka. Gambar 10 Tingkat pertumbuhan masyarakat di Pulau Pramuka. Sumber: Laporan tahunan dan bulanan per kelurahan 2002. Jumlah masyarakat Pulau Pramuka sebelum berkembangnya kegiatan wisata bahari pada tahun 1998 sebesar 876 jiwa, pada tahun 1999 sebesar 906 jiwa, 2000 sebesar 950 jiwa dan pada tahun 2001 sebesar 963 jiwa.

5.2.1 Jenis mata pencaharian masyarakat

Sebelum berkembangnya kegiatan wisata bahari di Pulau pramuka, sebagian besar masyarakat memanfaatkan keberadaan sumber daya laut sebagai mata pencaharian utama, yakni sebagai masyarakat nelayan. Definisi nelayan 40 35 3 4 10 6 2 Nelayan Budidaya perikanan Peadagangburuh TNIPOLRI Pegawai Negeri Swasta Lain-lain menurut Undang-Undang Perikanan No. 31 tahun 2004 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha penangkapan ikan. Nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang melakukan aktivitas produksinya dengan cara berburu ikan di laut atau melaut. Berikut merupakan presentase mata pencaharian masyarakat Pulau Pramuka sebelum berkembangnya kegiatan wisata. Gambar 11 Komposisi mata pencaharian masyarakat di Pulau Pramuka. Sumber: Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu 2002. Sektor perikanan khususnya nelayan merupakan mata pencaharian terbesar yaitu 40 diikuti oleh budidaya perikanan 35, pedagangburuh sebesar 3, pegawai negeri 10, pegawai swasata 6, TNIPOLRI 4 dan lain-lainnya sebesar 2. Nelayan di Pulau Pramuka secara umum adalah nelayan tradisional dengan berbagai tipe, yaitu sebagai nelayan harian, mingguan, nelayan bulanan. Penghasilan yang diperoleh tidak menentu tergantung musim. Masyarakat Pulau Pramuka juga memiliki usaha kegiatan di bidang budidaya perikanan. Pemanfaatan sumberdaya laut untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi di Pulau Pramuka sangat beragam. Kegiatan ekonomi yang berkembang meliputi usaha perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya. Budidaya tersebut bermacam-macam sesuai dengan keberadaan sumberdaya laut yang ada. Aktifitas budidaya laut yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Pulau Pramuka merupakan mata pencaharian alternatif selain kegiatan menangkap ikan di laut sebagai nelayan. Kegiatan usaha budidaya laut yang dikembangkan di Pulau Pramuka antara lain budidaya rumput laut, teripang dan ikan kerapu. Usaha budidaya rumput laut banyak dikembangkan oleh masyarakat karena biaya yang dibutuhkan sebagai modal tidak terlalu besar namum mempunyai hasil yang cukup baik.

5.2.2 Tingkat pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha

Pemilik unit usaha yang terdapat di Pulau Pramuka pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata berupa pemilik jasa transportasi dan warung makan. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan yang mereka peroleh berbeda-beda. Unit usaha jasa transportasi laut yang terdapat di Pulau Pramuka ± 6 unit kapal. Untuk pemilik unit usaha jasa transportasi yang diwawancarai sebanyak 6 pemilik kapal. Berikut merupakan perbandingan pendapatan dan pengeluaran sebelum adanya kegiatan wisata untuk pemilik jasa transportasi kapal tabel 8. Tabel 8 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari No Nama kapal Pendapatan Bulan Pengeluaran Bulan Selisih Bulan 1 Bintang Alam I Rp.20.250.000 Rp.17.500.000 Rp.2.750.000 2 Radja Rp.18.000.000 Rp.16.850.000 Rp.1.150.000 3 Bintang Alam II Rp.22.500.000 Rp.17.100.000 Rp.5.400.000 4 KM. Elang Jaya Rp.27.500.000 Rp.18.650.000 Rp.8.350.000 5 Bahtera Rp.24.750.000 Rp.17.400.000 Rp.7.350.000 6 Sinar Laut Rp.21.600.000 Rp.19.000.000 Rp.2.600.000 Pendapatan yang diperoleh oleh pemilik unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya kegiatan wisata bahari merupakan uang yang diperoleh dari hasil mengangkut dan mengantarkan masyarakat maupun wisatawan yang hendak bepergian dari Muara Angke ke Pulau Pramuka begitu juga sebaliknya. Dari ke 6 pemilik unit usaha jasa transportasi yang diwawancarai. Pemilik KM Elang Jaya memiliki pendapatan tertinggi dibandingkan dengan pemilik jasa transportasi lainnya. Rata-rata pendapatan pemilik unit usaha jasa transportasi laut Rp.22.433.333 dengan rata-rata pengeluaran Rp.17.750.000. Wisatawan yang datang merupakan para akademisi atau peneliti yang ingin mengetahui keadaan Pulau Pramuka. Sedangkan untuk pengeluaran dari pemilik usaha ini adalah berupa pengeluran untuk bahan bakar, biaya perawatan, tenaga kerja, biaya keluarga dan lain-lain. Selain pemilik unit usaha jasa transportasi laut, terdapat unit usaha warung makan. Pendapatan dan pengeluaran pemilik warung makan Tabel 9. Tabel 9 Perbandingan pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari No Nama Warung Makan Pendapatan Bulan Pengeluaran Bulan Selisih Bulan 1 Murdia Rp.3.500.000 Rp.2.750.000 Rp.750.000 2 Lucia Rp.2.500.000 Rp.1.500.000 Rp.1.000.000 3 2 Flower Rp.3.000.000 Rp.1.800.000 Rp.1.200.000 4 Paryo Rp .2.750.000 Rp.1.500.000 Rp.1.250.000 5 Ramsung Rp.3.500.000 Rp.2.300.000 Rp.1.200.000 6 Hamida Rp.2.500.000 Rp.1.250.000 Rp.1.250.000 Rumah makanwarung yang terdapat di Pulau Pramuka sebelum adanya kegiatan wisata berjumlah ± 6. Warung makan tersebut merupakan kegiatan unit usaha berskala kecil yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk sekitar, wisatawan dan juga para pegawai. Rata-rata pendapatan yang diperoleh dari semua warung makan yang terdapat di Pulau Pramuka adalah sebesar Rp. 2.958.333 dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp.1.850.000.

5.2.3 Jumlah fasilitas di Pulau Pramuka

Sebelum berkembangnya kegiatan wisata, Pulau Pramuka sebelum tahun 2002 sudah terdapat fasilitas yang mampu menunjang kegiatan sehari-hari masyarakat. Fasilitas tersebut merupakan sarana prasarana yang dimanfaatkan oleh masyarakat terhadap perkembangan ekonomi yang ada. Fasilitas merupakan sumber buatan manusia yang diperlukan oleh masyarakat maupun wisatawan dalam kegiatan wisata maupun kegiatan sehari- hari di kawasan tersebut. Untuk menarik perhatian objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, fasilitas tersebut perlu dibangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi objek wisata. Pembangunan fasilitas yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata sehingga dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Namun sebelumnya berkembangnya kegiatan wisata, jumlah fasilitas di Pulau Pramuka sangat sedikit. Dibawah ini merupakan presentase fasilitas yang terdapat di Pulau Pramuka. 67 12 1 2 18 Warung Rumah makan Koperasi Pos Giro Jasa transportasi laut Gambar 12 Presentase jumlah fasilitas di Pulau Pramuka. Sumber: Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu 2002. Fasilitas di Pulau Pramuka terdiri dari warung dengan presentase sebesar 67, rumah makan 12, koperasi 1, pos giro 2 dan jasa transportasi laut 18. Warung memiliki presentase terbesar, hal ini dikarenakan masyarakat menyadari bahwa keberadaan warung sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Jarak untuk pergi ke Jakarta dirasakan cukup jauh bagi masyarakat sehingga masyarakat lokal memilih untuk membeli kebutuhan sehari-hari di dalam kawasan. Rumah makan yang dimaksudkan disini adalah warung makan yang selalu digunakan oleh para wisatawan yang datang mengunjungi pulau tersebut. Koperasi merupakan unit usaha ekonomi masyarakat yang beranggotakan masyarakat sebagai pengurus koperasi, selain itu koperasi bermanfaat bagi pemenuhan modal bagi masyarakat. Untuk jasa transportasi laut adalah unit kegiatan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk melakukan aktifitas sehari-hari, misalnya untuk menyeberang dari satu pulau ke pulau lain dengan tujuan bekerja, berdagang dan mencari ilmu. Keberadaan fasilitas yang terdapat di pulau Pramuka sangat penting. Masyarakat sekitar sering memanfaatkan fasilitas tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, fasilitas yang sering digunakan dan sangat vital bagi masyarakat setempat adalah berupa fasilitas jasa transportasi laut. 40 27 19 14 perikanan Jasa transportasi laut Rumah makan Kuli angkut

5.2.4 Jumlah tenaga kerja di Pulau Pramuka

Masyarakat Pulau Pramuka memiliki tenaga kerja yang bekerja pada setiap unit-unit kegiatan ekonomi. Penyerapan tenaga kerja yang terjadi di Pulau Pramuka memberikan dampak terhadap penerimaan berupa pendapatan tenaga kerja. Dibawah ini merupakan tenaga kerja yang terdapat di Pulau Pramuka. Gambar 13 Presentase jumlah tenaga kerja. Sumber: Data Monografi Kelurahan Kepulauan Seribu 2002 Berdasarkan diagram diatas, jumlah tenaga kerja di Pulau Pramuka terdiri dari tenaga kerja yang bekerja sebagai kuli angkut sebanyak 14, sebagai awak kapal di jasa transportasi laut 27, tenaga kerja di rumah makan 19 dan 40 sebagai tenaga kerja pada bidang perikanan. Tenaga kerja yang yang bekerja pada bidang perikanan adalah masyarakat yang bekerja dalam membudidayakan ikan- ikan yang telah ditangkap dari laut. Jumlah tenaga kerja dalam bidang perikanan di Pulau Pramuka cukup banyak. Hal ini dikarenakan masyarakat yang sebagaian besar berprofesi sebagai nelayan. Tenaga kerja pada unit usaha jasa transportasi laut merupakan masyarakat yang membantu dalam kegiatan penyeberangan dari satu pulau ke pulau lain dengan tugas sebagai penarik karcis kapal, membantu nahkoda kapal untuk melabuhkan kapal ke darmaga.

5.2.5 Tingkat pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja di Pulau Pramuka

Tenaga kerja yang terdapat di kawasan wisata Pulau Pramuka merupakan pekerja yang bekerja pada unit-unit usaha tertentu. Para pekerja tersebut memilki sejumlah pendapatan dan pengeluaran dalam kehidupan sehari-harinya. Dibawah ini merupakan rata-rata pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di pulau Pramuka. Tabel 10 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa transportasi laut sebelum adanya pengembangan wisata bahari No Nama kapal Jumlah Awak Kapal Rata-rata Pendapatan Bulan Rata-rata Pengeluaran Bulan 1 Bintang Alam I 3 Rp 250.000-300.000 Rp 150.000-200.000 2 Radja 3 Rp 200.000-300.000 Rp.150.000-250.000 3 Bintang Alam II 3 Rp 250.000-300.000 Rp 150.000-200.000 4 KM. Elang Jaya 2 Rp 200.000-350.000 Rp 200.000-250.000 5 Bahtera 3 Rp250.000-300.000 Rp 100.000-150.000 6 Sinar Laut 2 Rp 200.000-300.000 Rp 150.000-200.000 Pemilik unit usaha jasa transportasi laut memiliki sejumlah tenaga kerja yang membantu dalam setiap perjalanannya. Jumlah tenaga kerjaawak kapal yang bekerja di kapal rata-rata berjumlah 2 – 3 orang dalam satu kapal. Awak kapal tersebut bertugas sebagai penarik karcis dan membantu kapal yang akan berlabuh di suatu pulau. Awak kapal jasa transportasi laut memiliki rata-rata jumlah pendapatan Rp.200.000 – Rp. 350.000 perbulan dengan rata-rata pengeluaran Rp.100.000 – Rp. 200.000 per bulan. Awak kapal tersebut merupakan masyarakat dengan usia 17 – 25 tahun. Jumlah pendapatan masyarakat yang rendah tentunya tidak membuat masyarakat putus asa, masyarakat juga mempunyai pekerjaan sampingan selain menjadi awak kapal. Pekerjaan sampingan yang dimaksud adalah sebagai sebagai nelayan harian apabila kondisi kapal sepi dari penumpang. Pengeluaran yang disebutkan diatas merupakan pengeluaran pribadi awak kapal. Berdasarkan hasil wawancara, pengeluaran tersebut terkadang habis dalam waktu kurang dari seminggu. Selain tenaga kerja pada jasa trasnportasi laut, unit usaha warung makan juga memiliki sejumlah tenaga kerja. Tenaga kerja ini merupakan pekerja yang membantu dalam kesehariannya melayani para pembeli yang datang untung makan. Dibawah ini merupakan rata-rata pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di pulau Pramuka. Tabel 11 Pendapatan, pengeluaran dan jumlah tenaga kerja pada unit usaha jasa warung makan sebelum adanya pengembangan wisata bahari No Nama Warung Makan Jumlah Tenaga Kerja Rata-rata Pendapatan Bulan Rata-rata Pengeluaran Bulan 1 Murdia 2 Rp200.000-250.000 Rp 150.000-200.000 2 Lucia 1 Rp 150.000-250.000 Rp.100.000-200.000 3 2 Flower 1 Rp 200.000-250.000 Rp 150.000-200.000 4 Paryo 2 Rp 150.000-200.000 Rp 100.000-150.000 5 Ramsung 1 Rp100.000-250.000 Rp 100.000-150.000 6 Hamida 2 Rp 200.000-250.000 Rp 150.000-200.000 Warung makan yang terdapat di Pulau Pramuka terdapat sejumlah tenaga kerja untuk membantu dalam kegiatan kesehariannya. Warung makan ini memiliki jumlah tenaga kerja 2 orang dengan rata-rata pendapatan Rp.200.000 – Rp. 250.000 per bulan. Sedangkan rata-rata pengeluarannya berkisar antara Rp.100.000 – Rp.200.000. Tenaga kerja yang bekerja di warung makan merupakan anggota keluarga atau saudara dekat yang ingin membantu kegiatan berdagang juga untuk menambah penghasilan keluarga. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja dengan usia rata-rata 15- 23 tahun dengan tidak memiliki pekerjaan tetap. 5.2.6 Tingkat pendapatan dan pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka Masyarakat di Pulau Pramuka tidak semuanya bekerja di pada bidang swasta dengan membuka suatu unit usaha tetapi ada juga yang bekerja di sektor pemerintahan. Masyarakat yang tidak terlibat dalam bidang wisata adalah masyarakat yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNIPOLRI dan nelayan. Kegiatan sehari-hari masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata adalah mencari ikan di laut, bekerja di luar Pulau pramuka di Instansi pemerintahan dan swasta. Berikut merupakan pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat yang tidak terlibat pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata Tabel 12. Tabel 12 Pendapatan masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata No Pendapatan Bulan Sebelum kegiatan wisata Tahun 2002 Jumlah Presentase 1 Rp.600.000 – Rp. 900.000 10 33,3 2 Rp. 900.001 – Rp 1.200.000 5 16,7 3 Rp. 1.200.001 – Rp. 1.500.000 15 50 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pendapatan yang variatif. Untuk pendapatan yang berkisar antar Rp.600.000 – Rp.900.000 sebanyak 10 orang yang umumnya adalah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, Rp.900.001 – Rp.1.200.000 sebanyak 5 orang yang sebagian masyarakatnya bekerja di instansi swasta dan pendapatan Rp.1.200.001 – Rp.1.500.000 sebanyak 15 orang dengan profesi masyarakat sebagai pegawai pemerintahan seperti guru dan pegawai pemerintah daerah. Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka pada kondisi sebelum berkembangnya kegiatan wisata merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Berikut merupakan pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata tabel 13 Tabel 13 Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata No Pengeluaran Bulan Sebelum kegiatan wisata Tahun 2002 Jumlah Presentase 1 Rp.250.000 – Rp.500.000 10 33,3 2 Rp.500.001 – Rp.750.000 15 50 3 Rp.750.001 – Rp.1.000.000 5 16,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda. Untuk pengeluaran yang berkisar antar Rp.250.000 – Rp.500.000 sebanyak 10 orang, Rp.500.001 - Rp.750.000 sebanyak 15 orang dan pengeluaran Rp.750.001 – Rp.1.000.000 sebanyak 5 orang. Pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata di Pulau Pramuka adalah berupa pengeluaran sehari-hari yakni pengeluaran untuk keluarga, biaya perawatan kapal bagi nelayan juga biaya membeli peralatan untuk keperluan mencari ikan serta biaya keperluan sehari-hari lainnya.

5.3 Kondisi Masyarakat Setelah Adanya Pengembangan Kegiatan Wisata Bahari Di Pulau Pramuka