sebanyak 3 orang. Masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata merupakan masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, nelayan dan guru.
Tabel 25 Jumlah pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata
No Pengeluaran Bulan
Setelah kegiatan wisata Tahun 2011
Jumlah Presentase
1 Rp.1.000.000 – Rp1.500.000
10 33,3
2 Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000
15 50
3 Rp.2.000.001 – Rp.2.500.000
5 16,7
Jumlah 30
100
Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda. Untuk pengeluaran yang
berkisar antar Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 sebanyak 10 orang, Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000 sebanyak 15 orang dan pengeluaran Rp.2.000.001 – Rp.2.500.000
sebanyak 5 orang.
5.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Pulau Pramuka
Keberadaan kawasan wisata Pulau Pramuka mengundang perhatian bagi banyak wisatawan nusantara dan mancanegara untuk menikmati atraksi wisata
yang ada didalamnya. Keberadaan pengunjung tentunya membawa efek atau pengaruh terhadap kondisi masyarakat, terutama dari segi ekonomi. Hal ini
terlihat dari peran dan keterlibatan masyarakat yang turut memanfaatkan kegiatan wisata bahari di kawasan ini sebagai sumber penghasilan pada segi ekonomi.
Apabila dibandingkan dengan kondisi ekonomi sebelum adanya kegiatan wisata bahari, masyarakat Pulau Pramuka hanya bergantung dari hasil alamlaut.
Menurut wawancara yang dilakukan sebelum adanya kegiatan wisata bahari pada umumnya masyarakat berprofesi sebagai nelayan, bekerja pada instansi swasta
dan negeri serta bekerja diluar tempat tinggal mereka. Namun setelah adanya kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka,
masyarakat bukan hanya berprofesi sebagai nelayan, tetapi sudah berprofesi yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang dapat mendukung kegiatan berwisata
di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan seribu.
Dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat diketahui dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung dan kemudian memperkirakan dampak
pengeluaran tersebut terhadap jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan masyarakat lokal Vanhove 2005.
Dampak ekonomi ini terbagi Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang
diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Ketika pengunjung mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan permintaan terhadap produk dan
jasa di tingkat lokal dan pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal yang bekerja di lokasi itu.
5.4.1 Peningkatan pendapatan masyarakat terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka
Jenis lapangan pekerjaan yang tersedia dan terbuka bagi masyarakat Pulau Pramuka akibat dari adanya kegiatan wisata bahari diantaranya adalah berdagang,
karyawan wismapenginapan, pemandu wisata, jasa penyewaan alat diving dan snorkeling
, serta jasa ojek kapal antar pulau. Sedangkan kegiatan berdagang antara lain penjual souvenir, makanan dan minuman, penjual hasil tangkapan dan
budidaya laut. Menurut Sidarta 2002, kesempatan kerja, pendapatan perseorangan,
pendapatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan distribusi pendapatan merupakan faktor-faktor dalam mengetahui dampak dari
kondisi ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, berbagai jenis pekerjaan yang terdapat di kawasan Pulau Pramuka sehingga memberikan peluang kerja bagi
masyarakat dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Jasa transportasi
Jasa transportasi yang terdapat di Pulau Pramuka adalah ojek kapal motor. Kapal motor ini mengangkut wisatawan maupun masyarakat setempat yang ingin
menyebrang ke pulau lainnya. Untuk jasa transportasi antar pulau jarak dekat dikenakan biaya sekitar Rp.3.000, sedangkan untuk pergi ke Muara Angke
dikenakan biaya sebesar Rp. 30.000.
Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata pendapatan bersih perbulan yang diterima oleh pemilik jasa transportasi laut ini sebelum adanya kegiatan wisata
sebesar Rp.4.683.333. Berbeda dengan kondisi setelah adanya kegiatan wisata, rata-rata pendapatan bersih per bulan yang diterima yakni sebesar Rp.36.950.000
Jadi peningkatan pendapatan yang terjadi akibat adanya kegiatan wisata bahari adalah sebesar Rp.32.266.667.
Gambar 22 unit jasa transportasi antar pulau. b. Jasa penginapan
Jasa penginapan yang dimaksud disini adalah berupa pondokan atau homestay. Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia
2009, Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai dalam ekowisata. Homestay
bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah
keluarga setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan modal yang tinggi, dengan sistem homestay pemilik rumah dapat
merasakan secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis, dan distribusi manfaat di masyarakat lebih terjamin.
Homestay yang terdapat di Pulau Pramuka berjumlah kurang lebih 30 unit.
Tipe-tipe homestay berbeda-beda, ada homestay yang merupakan rumah warga namun digunakan untuk tempat penginapan dan homestay yang sengaja dibuat
untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Harga yang ditawarkan bervariasi yakni berkisar antara Rp.250.000 – Rp.400.000. Berikut merupakan rata-rata
pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha penginapan.
Tabel 26 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah adanya pengembangan wisata bahari
No Tipe Homestay
Rata-rata pendapatan Bulan
Rata-rata pengeluaran Bulan
1 Kelas atas
35.466.667 29.100.000
2 Kelas menengah
39.900.000 34.400.000
3 Kelas bawah
9.900.000 4.625.000
Pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas atas dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.6.366.667.
Pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas menengah dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.5.500.000. sedangkan
pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas bawah dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.5.275.000.
Gambar 23 unit usaha jasa penginapan. c. Penjual souvenir
Barang-barang yang dijual di kawasan wisata Pulau Pramuka berupa kerajinan tangan seperti kerajinan tas, celana, baju, sandal, gantungan, kunci,
asbak dan lain-lain. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh pemilik yakni sebesar Rp.3.750.000 sedangkan pengeluaran sebesar Rp.2.625.000. Sehingga
pendapatan bersih yang diperolah oleh pemilik unit usaha souvenir sebesar Rp.1.125.000 per bulan.
Gambar 24 unit usaha penjual souvenir.
d. Jasa penyewaan alat Alat-alat yang disewakan oleh pemilik unit usaha ini adalah berupa alat
diving dan snorkel. Alat snorkel biasanya disewakan dengan harga Rp.25.000
sedangkan alat menyelam disewakan dengan harga Rp.400.000. Pendapatan yang diperoleh oleh unit usaha ini yakni sebesar Rp.21,250,000 per bulan dengan
pengeluaran sebesar Rp.11,250,000 Sehingga pendapatan bersih yang diperolah
oleh pemilik unit usaha jasa penyewaan alat sebesar Rp.10.000.000 per bulan.
Gambar 25 unit usaha jasa penyewaan alat. e. Penjual makanan
Penjual makanan yang terdapat di Pulau Pramuka adalah dalam bentuk warung nasi, warung kelontong dan rumah makan. Rumah makan biasanya sering
dikunjungi pada saat jam makan siang atau sore hari. Berikut merupakan jumlah pendapatan dan pengeluaran unit usaha warung makan.
Tabel 27 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah adanya pengembangan wisata bahari
No Tipe warung makan
Sebelum adanya wisata rata-rata pendapatan bersih
Bulan Setelah adanya wisata
rata-rata pendapatan bersih Bulan
1 Rumah makan
875.000 2.750.000
2 Warung nasi
1.225.000 4.750.000
3 Warung kelontong
1.225.000 3.750.000
Peningkatan pendapatan yang diterima oleh pemilik rumah makan akibat adanya kegiatan wisata bahari yakni sebesar Rp.1.875.000. Sedangkan untuk
pendapatan pemilik warung nasi setelah adanya kegiatan wisata yakni sebesar Rp.3.525.000 dan pemilik warung kelontong yakni sebesar Rp.2.525.000. Berikut
adalah gambar unit usaha penjual makanan Gambar 26.
Gambar 26 unit usaha penjual makan. Pemilik jasa penginapan homestay, penyewaan alat dan transportasi
kapal melakukan investasi terbesar karena untuk membangun unit usaha tersebut diperlukan biaya yang cukup tinggi terkait dengan biaya bahan baku dan biaya
transportasi, namun bila jumlah kunjungan tinggi maka pendapatan yang diterima pemilik homestay dan transportasi kapal juga jauh lebih tinggi dibandingkan
pendapatan dari unit usaha yang lain. Dengan semakin berkembangnya kawasan wisata di Pulau Pramuka
mendorong tumbuhnya lapangan kerja baru bagi masyarakat yang memungkinkan berubahnya jenis pekerjaan pokok dari pekerjaan tertentu ke jenis pekerjaan lain
Sidarta 2002. Alasan yang menjadi pertimbangan tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi
perubahan jenis pekerjaan sehingga akan mengubah pula hasil dari pendapatan tersebut. Untuk lebih jelasnya akan disajikan oleh tabel 28 berikut.
Tabel 28 Pendapatan rata-rata masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata
No Pendapatan Bulan
Sebelum kegiatan wisata Setelah kegiatan
wisata Tahun 2002
2011 Jumlah Presentase Jumlah
Presentase
1 Rp.600.000 - Rp.1.880.000
30 100
14 47
2 Rp.1.880.001 - Rp. 3.160.000
- -
- -
3 Rp 3.160.001 - Rp. 4.440.000
- -
- -
4 Rp.4.440.001 - Rp. 5.720.000 -
- 13
43 5 Rp.5.720.001 - Rp.7.000.000
- -
3 10
Jumlah 30 100
30 100
Tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata di Pulau Pramuka presentase
masyarakat yang pendapatannya antara Rp.600.000 – Rp.1.880.000 sebanyak 30 orang dengan presentase 100.
Setelah adanya kegiatan wisata, terjadi peningkatan terhadap pendapatan masyarakat yang tidak terlibat. Setelah adanya kegiatan wisata, masyarakat yang
pendapatannya antara Rp.600.000 – Rp.1.880.000 berjumlah 14 orang, pendapatan antara Rp.4.440.001 – Rp.5.720.000 sebanyak 13 orang dan
pendapatan diatas Rp.5.720.001 – RP.7.000.000 sebanyak 3 orang.
5.4.2 Jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata di Pulau Pramuka
Untuk jumlah masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata mengalami peningkatan akibat adanya kegiatan wisata. Berikut merupakan
perbandingan masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat wisata tabel 29. Tabel 29 Perbandingan jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan
wisata bahari
No Kepala Keluarga
Sebelum kegiatan wisata Setelah kegiatan wisata
Tahun 2002 2010
Jumlah Presentase Jumlah Presentase
1 Terlibat wisata
15 6,2
62 17,7
2 Tidak terlibat wisata
226 93,8
288 82,3
Jumlah 241 100
350 100
Sumber: Kelurahan Pulau Panggang 2010 data BTNKpS.
Berdasarkan tabel diatas, sebelum kegiatan wisata berkembang kepala keluarga terlibat kegiatan wisata memiliki presentase 6,2 dan setelah adanya
kegiatan wisata meningkat menjadi 17,. Terjadi peningkatan sebesar 11,5. Sedangkan untuk kepala keluarga tidak terlibat kegiatan wisata sebesar 93,8 dan
setelah kegiatan wisata berkembang presentase kepala keluarga terlibat wisata naik menjadi 82,3 . Terjadi penurunan jumlah kepala keluarga sebesar 11,5.
Unit usaha di lokasi wisata Pulau Pramuka membuka kesempatan kerja bagi penduduk lokal. Unit usaha yang ada di Pulau Pramuka dikelola secara
langsung oleh pemiliknya. Pada waktu hari libur dan akhir pekan, pemilik unit usaha sangat membutuhkan sejumlah tenaga kerja tambahan. Tenaga kerja yang
dibutuhkan tergantung pada jumlah wisatawan yang mengunjungi lokasi wisata dan kondisi musim. Beberapa unit usaha yang memerlukan tenaga kerja adalah
rumah makan, homestay, penyewaan alat diving dan snorkeling, penjual souvenir serta transportasi kapal.
Kesempatan kerja yang tercipta bersifat musiman hanya hari libur dan akhir pekan, namun dampaknya pada penyerapan tenaga kerja lokal sangat besar.
Terutama pada musim-musim kunjungan wisata. Peningkatan jumlah wisatawan membuka kesempatan kerja baru. Tingginya jumlah kunjungan berdampak positif
terhadap terbukanya kesempatan kerja bagi tenaga kerja di unit usaha rumah makan, ojek kapal, penyewaan alat dan homestay.
Perbedaan jumlah tenaga kerja pada dua kondisi yang berbeda telah memberikan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja yang terjadi merupakan
akibat dari berkembangnya kegiatan wisata bahari sehingga berpeluang bagi masyarakat untuk membuka suatu unit usaha baru dan membutuhkan tenaga kerja.
5.4.3 Kesempatan kerja yang tercipta di Pulau Pramuka
Kesempatan kerja adalah peluang untuk mendapatkan pekerjaan dan berusaha terhadap adanya perkembangan wisata. Kesempatan untuk berusaha dan
kerja di Pulau Pramuka timbul akibat adanya pembangunan tempat penginapan, rumah makan, jasa transportasi, jasa penyewaan alat dan penjual souvenir. Berikut
merupakan unit usaha yang tercipta pada kondisi sebelum dan setelah adanya kegiatan wisata.
Tabel 30 Sebaran unit usaha pada objek wisata Pulau Pramuka pada kondisi sebelum dan setelah adanya pengembangan wisata bahari
Unit usaha Sebelum adanya wisata
Setelah adanya wisata
Warung makan 5
10 Pedagang souvenir
- 4
Jasa transportasi laut 8
15 Jasa penginapan homestay
- 40
Penyewaan alat -
5 Pemandu guide
4 12
Pengrajin oleh-oleh -
3 Budidaya - 20
Warnet - 1 Wartel - 1
Koperasi 3 7
Jumlah 20 118
Sumber: Profil Kelurahan Pulau Panggang 2010 dan Data Balai TNKps.
Adanya kesempatan kerja memberikan dampak pula terhadap pendapatan masyarakat lokal. Kesempatan kerja maupun berusaha serta peningkatan
pendapatan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata bahari sehingga menimbulkan pendapatan bagi masyarakat lokal merupakan rona lingkungan
ekonomi dalam analisa dampak Menteri Lingkungan Hidup No.141994. Kesempatan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah
sebagai karyawan tempat penginapan atau homestay. Dalam bidang usaha yang memberikan kesempatan kerja adalah kios cenderamata, warung, dan rumah
makan. Sedangkan dalam bidang jasa adalah penyewaan alat diving dan snorkeling
serta transportasi antar pulau.
5.4.4 Peningkatan pendapatan tenaga kerja
Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan tersebut maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan kegiatan
berjualan makanan, minuman dan kebutuhan wisatawan lainnya. Apabila kegiatan wisata terus berlangsung maka taraf kehidupan masyarakat sekitar akan
meningkat pula dengan terciptanya kesempatan kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dampak kegiatan wisata bahari memberikan dampak terhadap jumlah tenaga kerja dari setiap unit kegiatan sehingga terjadi penambahan tenaga kerja
sebesar 761, dimana sebanyak 494 merupakan tenaga kerja yang terlibat kegiatan wisata yang terdiri dari unit usaha warung kelontong, jasa dan akomodasi,
perbengkelan, industri kerajinan, home industry dan koperasi serta sebanyak 267 merupakan tenaga kerja non wisata.
Penduduk lokal yang tidak terlibat dengan adanya kegiatan wisata, menganggap bahwa keberadaan wisatawan yang datang ke kawasan wisata akan
memberikan dampak bagi masyarakat lokal khususnya dalam meningkatkan pendapatan. Berikut merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh tenaga kerja
Tabel 31.
Tabel 31 Perbandingan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja sebelum dan setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari
No Tenaga kerja
Sebelum adanya kegiatan wisata
Bulan Setelah adanya
kegiatan wisata Bulan
1 Transportasi kapal
200.000-300.000 450.000-600.000
2 Souvenir -
250.000-400.000 3 Penyewaan
alat -
400.000-600.000 4 Homestay
- 350.000-500.000
5 Rumah makan
200.000-250.000 350.000-450.000
Secara umum, tenaga kerja lokal yang bekerja di unit usaha sebelum adanya kegiatan wisat yang ada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut, 1
tidak mempunyai pekerjaan tetap, 2 penghasilan yang tidak menentu Rp 50.000 – Rp.100.000 per minggu atau pendapatan rata-rata per bulan antara Rp.200.000 –
Rp.300.000, 3 tenaga kerja di Pulau Pramuka adalah pria dengan rata-rata usia 17-35 tahun, umumnya sudah berkeluarga dan berpendidikan hingga Sekolah
Menengah Umum SMU. Sedangkan setelah adanya kegiatan wisata penghasilan rata-rata perbulan sebesar Rp.100.000 – Rp.150.00 per minggu atau pendapatan
rata-rata per bulan antara Rp.400.000 – Rp.600.000. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan
melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat Pitana 2005. Dampak kegiatan wisata bahari di Kepulauan
Seribu secara langsung dapat menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga akan menimbulkan beberapa dampak.
5.4.5 Uji Statistik
Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan tersebut maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan kegiatan
berjualan makanan, minuman dan kebutuhan wisatawan lainnya. Apabila kegiatan wisata terus berlangsung maka taraf kehidupan masyarakat sekitar akan
meningkat pula dengan terciptanya kesempatan kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran. Berikut merupakan hasil analisis uji
statistik terhadap keberadaan kegiatan wisata bahari. Tabel 32 Uji statistik t-student
Uji t-student t-tabel
t-hitung
Masyarakat terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata
-2.405 -4.752
Berdasarkan hasil uji t-student, perhitungan nilai t-hitung sebesar -4.752 yang dibandingkan dengan t-tabel sebesar -2.405. dengan hipotesis : H0 : tidak
terdapat perbedaan antara kedua kelompok yang dibandingkan H1 : terdapat perbedaan antara kedua kelompok yang dibandingkan. Nilai –t hitung -4.752
-t tabel t
0.052;n-1
= –t hitung -4.752 -t tabel t
0.025;29
sehingga keputusannya adalah tolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara
masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata serta terdapat perbedaan antara kondisi ekonomi runah tangga sebelum dan sesudah
pengembangan kegiatan wisata.
5.4.6 Nilai Multiplier
Dampak ekonomi dari pengeluaran wisatawan yang terjadi di Pulau Pramuka dapat diukur dengan menggunakan nilai efek pengganda atau Multiplier
dari aliran uang yang terjadi. Terdapat dua nilai pengganda berdasarkan META 2001 dalam mengukur dampak ekonomi kegiatan pariwisata di tingkat lokal,
yaitu: 1 Keynesian Local Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran wisatawan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat
lokal dan 2 Ratio Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar dampak
langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak pada keseluruhan ekonomi lokal.
Nilai pengganda mengukur dampak langsung, tidak langsung dan induced. Hasil penelitian menunjukkan dari keseluruhan nilai Keynesian Local Multiplier
di Pulau Pramuka sebesar 1,44 artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal
sebesar 1,44 rupiah atau setara dengan Rp.4.896.525. Nilai Keynesian diperoleh dari penjumlahan antara pendapatan unit usaha, pendapatan tenaga kerja dan
pengeluaran tenaga kerja, kemudian dibagi dengan pengeluaran wisatawan. Berikut merupakan nilai multiplier di pulau Pramuka table 33
Tabel 33 Nilai multiplier dari aliran uang kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka tahun 2011
Kriteria Nilai Multiplier
Keynesian Local Income Multiplier 1,44
Ratio Income multiplier Tipe I 1,45
Ratio Income Multiplier Tipe II 1,8
Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I di Pulau Pramuka sebesar 1,45 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan unit usaha dari pengeluaran wisatawan
akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,45 rupiah atau setara dengan Rp.
2.141.049
pada total pendapatan masyarakat yang meliputi dampak langsung dan tidak langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal.
Nilai tersebut dihasilkan dari penjumlahan antara pendapatan pemilik unit usaha dan pendapatan tenaga kerja kemudian dibagi dengan pendapatan pemilik unit
usaha. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,8 artinya peningkatan 1
rupiah pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,8 rupiah atau setara dengan Rp.2.723.247 rupiah pada total pendapatan masyarakat
yang dihasilkan antara penjumlahan antara pendapatan unit usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran tenaga kerja, kemudian dibagi dengan pendapatan
pemilik unit usaha. Nilai keynesian ini merupakan metode pengganda terbaik yang menggambarkan dampak keseluruhan dari peningkatan pengeluaran
wisatawan pada perekonomian lokal META 2001.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN