Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Pulau Pramuka

sebanyak 3 orang. Masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata merupakan masyarakat yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, nelayan dan guru. Tabel 25 Jumlah pengeluaran masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata No Pengeluaran Bulan Setelah kegiatan wisata Tahun 2011 Jumlah Presentase 1 Rp.1.000.000 – Rp1.500.000 10 33,3 2 Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000 15 50 3 Rp.2.000.001 – Rp.2.500.000 5 16,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel diatas, masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata bahari memilki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda. Untuk pengeluaran yang berkisar antar Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000 sebanyak 10 orang, Rp.1.500.001 – Rp.2.000.000 sebanyak 15 orang dan pengeluaran Rp.2.000.001 – Rp.2.500.000 sebanyak 5 orang.

5.4 Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Bahari Terhadap Masyarakat Pulau Pramuka

Keberadaan kawasan wisata Pulau Pramuka mengundang perhatian bagi banyak wisatawan nusantara dan mancanegara untuk menikmati atraksi wisata yang ada didalamnya. Keberadaan pengunjung tentunya membawa efek atau pengaruh terhadap kondisi masyarakat, terutama dari segi ekonomi. Hal ini terlihat dari peran dan keterlibatan masyarakat yang turut memanfaatkan kegiatan wisata bahari di kawasan ini sebagai sumber penghasilan pada segi ekonomi. Apabila dibandingkan dengan kondisi ekonomi sebelum adanya kegiatan wisata bahari, masyarakat Pulau Pramuka hanya bergantung dari hasil alamlaut. Menurut wawancara yang dilakukan sebelum adanya kegiatan wisata bahari pada umumnya masyarakat berprofesi sebagai nelayan, bekerja pada instansi swasta dan negeri serta bekerja diluar tempat tinggal mereka. Namun setelah adanya kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka, masyarakat bukan hanya berprofesi sebagai nelayan, tetapi sudah berprofesi yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang dapat mendukung kegiatan berwisata di Pulau Pramuka Taman Nasional Kepulauan seribu. Dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat diketahui dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung dan kemudian memperkirakan dampak pengeluaran tersebut terhadap jumlah penjualan, pendapatan, pekerjaan dan penerimaan masyarakat lokal Vanhove 2005. Dampak ekonomi ini terbagi Dampak ekonomi langsung merupakan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat berupa pendapatan yang diterima oleh penerima awal pengeluaran wisatawan. Ketika pengunjung mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan permintaan terhadap produk dan jasa di tingkat lokal dan pada akhirnya akan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal yang bekerja di lokasi itu. 5.4.1 Peningkatan pendapatan masyarakat terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka Jenis lapangan pekerjaan yang tersedia dan terbuka bagi masyarakat Pulau Pramuka akibat dari adanya kegiatan wisata bahari diantaranya adalah berdagang, karyawan wismapenginapan, pemandu wisata, jasa penyewaan alat diving dan snorkeling , serta jasa ojek kapal antar pulau. Sedangkan kegiatan berdagang antara lain penjual souvenir, makanan dan minuman, penjual hasil tangkapan dan budidaya laut. Menurut Sidarta 2002, kesempatan kerja, pendapatan perseorangan, pendapatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan distribusi pendapatan merupakan faktor-faktor dalam mengetahui dampak dari kondisi ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, berbagai jenis pekerjaan yang terdapat di kawasan Pulau Pramuka sehingga memberikan peluang kerja bagi masyarakat dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Jasa transportasi Jasa transportasi yang terdapat di Pulau Pramuka adalah ojek kapal motor. Kapal motor ini mengangkut wisatawan maupun masyarakat setempat yang ingin menyebrang ke pulau lainnya. Untuk jasa transportasi antar pulau jarak dekat dikenakan biaya sekitar Rp.3.000, sedangkan untuk pergi ke Muara Angke dikenakan biaya sebesar Rp. 30.000. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata pendapatan bersih perbulan yang diterima oleh pemilik jasa transportasi laut ini sebelum adanya kegiatan wisata sebesar Rp.4.683.333. Berbeda dengan kondisi setelah adanya kegiatan wisata, rata-rata pendapatan bersih per bulan yang diterima yakni sebesar Rp.36.950.000 Jadi peningkatan pendapatan yang terjadi akibat adanya kegiatan wisata bahari adalah sebesar Rp.32.266.667. Gambar 22 unit jasa transportasi antar pulau. b. Jasa penginapan Jasa penginapan yang dimaksud disini adalah berupa pondokan atau homestay. Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia 2009, Homestay adalah sistem akomodasi yang sering dipakai dalam ekowisata. Homestay bisa mencakup berbagai jenis akomodasi dari penginapan sederhana yang dikelola secara langsung oleh keluarga sampai dengan menginap di rumah keluarga setempat. Homestay bukan hanya sebuah pilihan akomodasi yang tidak memerlukan modal yang tinggi, dengan sistem homestay pemilik rumah dapat merasakan secara langsung manfaat ekonomi dari kunjungan turis, dan distribusi manfaat di masyarakat lebih terjamin. Homestay yang terdapat di Pulau Pramuka berjumlah kurang lebih 30 unit. Tipe-tipe homestay berbeda-beda, ada homestay yang merupakan rumah warga namun digunakan untuk tempat penginapan dan homestay yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Harga yang ditawarkan bervariasi yakni berkisar antara Rp.250.000 – Rp.400.000. Berikut merupakan rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha penginapan. Tabel 26 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah adanya pengembangan wisata bahari No Tipe Homestay Rata-rata pendapatan Bulan Rata-rata pengeluaran Bulan 1 Kelas atas 35.466.667 29.100.000 2 Kelas menengah 39.900.000 34.400.000 3 Kelas bawah 9.900.000 4.625.000 Pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas atas dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.6.366.667. Pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas menengah dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.5.500.000. sedangkan pendapatan bersih yang diperoleh oleh pemilik homestay tipe kelas bawah dalam satu bulan setelah adanya kegiatan wisata sebesar Rp.5.275.000. Gambar 23 unit usaha jasa penginapan. c. Penjual souvenir Barang-barang yang dijual di kawasan wisata Pulau Pramuka berupa kerajinan tangan seperti kerajinan tas, celana, baju, sandal, gantungan, kunci, asbak dan lain-lain. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh pemilik yakni sebesar Rp.3.750.000 sedangkan pengeluaran sebesar Rp.2.625.000. Sehingga pendapatan bersih yang diperolah oleh pemilik unit usaha souvenir sebesar Rp.1.125.000 per bulan. Gambar 24 unit usaha penjual souvenir. d. Jasa penyewaan alat Alat-alat yang disewakan oleh pemilik unit usaha ini adalah berupa alat diving dan snorkel. Alat snorkel biasanya disewakan dengan harga Rp.25.000 sedangkan alat menyelam disewakan dengan harga Rp.400.000. Pendapatan yang diperoleh oleh unit usaha ini yakni sebesar Rp.21,250,000 per bulan dengan pengeluaran sebesar Rp.11,250,000 Sehingga pendapatan bersih yang diperolah oleh pemilik unit usaha jasa penyewaan alat sebesar Rp.10.000.000 per bulan. Gambar 25 unit usaha jasa penyewaan alat. e. Penjual makanan Penjual makanan yang terdapat di Pulau Pramuka adalah dalam bentuk warung nasi, warung kelontong dan rumah makan. Rumah makan biasanya sering dikunjungi pada saat jam makan siang atau sore hari. Berikut merupakan jumlah pendapatan dan pengeluaran unit usaha warung makan. Tabel 27 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran pemilik unit usaha jasa penginapan setelah adanya pengembangan wisata bahari No Tipe warung makan Sebelum adanya wisata rata-rata pendapatan bersih Bulan Setelah adanya wisata rata-rata pendapatan bersih Bulan 1 Rumah makan 875.000 2.750.000 2 Warung nasi 1.225.000 4.750.000 3 Warung kelontong 1.225.000 3.750.000 Peningkatan pendapatan yang diterima oleh pemilik rumah makan akibat adanya kegiatan wisata bahari yakni sebesar Rp.1.875.000. Sedangkan untuk pendapatan pemilik warung nasi setelah adanya kegiatan wisata yakni sebesar Rp.3.525.000 dan pemilik warung kelontong yakni sebesar Rp.2.525.000. Berikut adalah gambar unit usaha penjual makanan Gambar 26. Gambar 26 unit usaha penjual makan. Pemilik jasa penginapan homestay, penyewaan alat dan transportasi kapal melakukan investasi terbesar karena untuk membangun unit usaha tersebut diperlukan biaya yang cukup tinggi terkait dengan biaya bahan baku dan biaya transportasi, namun bila jumlah kunjungan tinggi maka pendapatan yang diterima pemilik homestay dan transportasi kapal juga jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari unit usaha yang lain. Dengan semakin berkembangnya kawasan wisata di Pulau Pramuka mendorong tumbuhnya lapangan kerja baru bagi masyarakat yang memungkinkan berubahnya jenis pekerjaan pokok dari pekerjaan tertentu ke jenis pekerjaan lain Sidarta 2002. Alasan yang menjadi pertimbangan tersebut adalah untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi perubahan jenis pekerjaan sehingga akan mengubah pula hasil dari pendapatan tersebut. Untuk lebih jelasnya akan disajikan oleh tabel 28 berikut. Tabel 28 Pendapatan rata-rata masyarakat tidak terlibat kegiatan wisata No Pendapatan Bulan Sebelum kegiatan wisata Setelah kegiatan wisata Tahun 2002 2011 Jumlah Presentase Jumlah Presentase 1 Rp.600.000 - Rp.1.880.000 30 100 14 47 2 Rp.1.880.001 - Rp. 3.160.000 - - - - 3 Rp 3.160.001 - Rp. 4.440.000 - - - - 4 Rp.4.440.001 - Rp. 5.720.000 - - 13 43 5 Rp.5.720.001 - Rp.7.000.000 - - 3 10 Jumlah 30 100 30 100 Tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat yang tidak terlibat kegiatan wisata pada kondisi sebelum adanya kegiatan wisata di Pulau Pramuka presentase masyarakat yang pendapatannya antara Rp.600.000 – Rp.1.880.000 sebanyak 30 orang dengan presentase 100. Setelah adanya kegiatan wisata, terjadi peningkatan terhadap pendapatan masyarakat yang tidak terlibat. Setelah adanya kegiatan wisata, masyarakat yang pendapatannya antara Rp.600.000 – Rp.1.880.000 berjumlah 14 orang, pendapatan antara Rp.4.440.001 – Rp.5.720.000 sebanyak 13 orang dan pendapatan diatas Rp.5.720.001 – RP.7.000.000 sebanyak 3 orang.

5.4.2 Jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata di Pulau Pramuka

Untuk jumlah masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata mengalami peningkatan akibat adanya kegiatan wisata. Berikut merupakan perbandingan masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat wisata tabel 29. Tabel 29 Perbandingan jumlah kepala keluarga terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata bahari No Kepala Keluarga Sebelum kegiatan wisata Setelah kegiatan wisata Tahun 2002 2010 Jumlah Presentase Jumlah Presentase 1 Terlibat wisata 15 6,2 62 17,7 2 Tidak terlibat wisata 226 93,8 288 82,3 Jumlah 241 100 350 100 Sumber: Kelurahan Pulau Panggang 2010 data BTNKpS. Berdasarkan tabel diatas, sebelum kegiatan wisata berkembang kepala keluarga terlibat kegiatan wisata memiliki presentase 6,2 dan setelah adanya kegiatan wisata meningkat menjadi 17,. Terjadi peningkatan sebesar 11,5. Sedangkan untuk kepala keluarga tidak terlibat kegiatan wisata sebesar 93,8 dan setelah kegiatan wisata berkembang presentase kepala keluarga terlibat wisata naik menjadi 82,3 . Terjadi penurunan jumlah kepala keluarga sebesar 11,5. Unit usaha di lokasi wisata Pulau Pramuka membuka kesempatan kerja bagi penduduk lokal. Unit usaha yang ada di Pulau Pramuka dikelola secara langsung oleh pemiliknya. Pada waktu hari libur dan akhir pekan, pemilik unit usaha sangat membutuhkan sejumlah tenaga kerja tambahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada jumlah wisatawan yang mengunjungi lokasi wisata dan kondisi musim. Beberapa unit usaha yang memerlukan tenaga kerja adalah rumah makan, homestay, penyewaan alat diving dan snorkeling, penjual souvenir serta transportasi kapal. Kesempatan kerja yang tercipta bersifat musiman hanya hari libur dan akhir pekan, namun dampaknya pada penyerapan tenaga kerja lokal sangat besar. Terutama pada musim-musim kunjungan wisata. Peningkatan jumlah wisatawan membuka kesempatan kerja baru. Tingginya jumlah kunjungan berdampak positif terhadap terbukanya kesempatan kerja bagi tenaga kerja di unit usaha rumah makan, ojek kapal, penyewaan alat dan homestay. Perbedaan jumlah tenaga kerja pada dua kondisi yang berbeda telah memberikan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja yang terjadi merupakan akibat dari berkembangnya kegiatan wisata bahari sehingga berpeluang bagi masyarakat untuk membuka suatu unit usaha baru dan membutuhkan tenaga kerja.

5.4.3 Kesempatan kerja yang tercipta di Pulau Pramuka

Kesempatan kerja adalah peluang untuk mendapatkan pekerjaan dan berusaha terhadap adanya perkembangan wisata. Kesempatan untuk berusaha dan kerja di Pulau Pramuka timbul akibat adanya pembangunan tempat penginapan, rumah makan, jasa transportasi, jasa penyewaan alat dan penjual souvenir. Berikut merupakan unit usaha yang tercipta pada kondisi sebelum dan setelah adanya kegiatan wisata. Tabel 30 Sebaran unit usaha pada objek wisata Pulau Pramuka pada kondisi sebelum dan setelah adanya pengembangan wisata bahari Unit usaha Sebelum adanya wisata Setelah adanya wisata Warung makan 5 10 Pedagang souvenir - 4 Jasa transportasi laut 8 15 Jasa penginapan homestay - 40 Penyewaan alat - 5 Pemandu guide 4 12 Pengrajin oleh-oleh - 3 Budidaya - 20 Warnet - 1 Wartel - 1 Koperasi 3 7 Jumlah 20 118 Sumber: Profil Kelurahan Pulau Panggang 2010 dan Data Balai TNKps. Adanya kesempatan kerja memberikan dampak pula terhadap pendapatan masyarakat lokal. Kesempatan kerja maupun berusaha serta peningkatan pendapatan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata bahari sehingga menimbulkan pendapatan bagi masyarakat lokal merupakan rona lingkungan ekonomi dalam analisa dampak Menteri Lingkungan Hidup No.141994. Kesempatan kerja yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sebagai karyawan tempat penginapan atau homestay. Dalam bidang usaha yang memberikan kesempatan kerja adalah kios cenderamata, warung, dan rumah makan. Sedangkan dalam bidang jasa adalah penyewaan alat diving dan snorkeling serta transportasi antar pulau.

5.4.4 Peningkatan pendapatan tenaga kerja

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan tersebut maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan kegiatan berjualan makanan, minuman dan kebutuhan wisatawan lainnya. Apabila kegiatan wisata terus berlangsung maka taraf kehidupan masyarakat sekitar akan meningkat pula dengan terciptanya kesempatan kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran. Dampak kegiatan wisata bahari memberikan dampak terhadap jumlah tenaga kerja dari setiap unit kegiatan sehingga terjadi penambahan tenaga kerja sebesar 761, dimana sebanyak 494 merupakan tenaga kerja yang terlibat kegiatan wisata yang terdiri dari unit usaha warung kelontong, jasa dan akomodasi, perbengkelan, industri kerajinan, home industry dan koperasi serta sebanyak 267 merupakan tenaga kerja non wisata. Penduduk lokal yang tidak terlibat dengan adanya kegiatan wisata, menganggap bahwa keberadaan wisatawan yang datang ke kawasan wisata akan memberikan dampak bagi masyarakat lokal khususnya dalam meningkatkan pendapatan. Berikut merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh tenaga kerja Tabel 31. Tabel 31 Perbandingan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja sebelum dan setelah adanya pengembangan kegiatan wisata bahari No Tenaga kerja Sebelum adanya kegiatan wisata Bulan Setelah adanya kegiatan wisata Bulan 1 Transportasi kapal 200.000-300.000 450.000-600.000 2 Souvenir - 250.000-400.000 3 Penyewaan alat - 400.000-600.000 4 Homestay - 350.000-500.000 5 Rumah makan 200.000-250.000 350.000-450.000 Secara umum, tenaga kerja lokal yang bekerja di unit usaha sebelum adanya kegiatan wisat yang ada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut, 1 tidak mempunyai pekerjaan tetap, 2 penghasilan yang tidak menentu Rp 50.000 – Rp.100.000 per minggu atau pendapatan rata-rata per bulan antara Rp.200.000 – Rp.300.000, 3 tenaga kerja di Pulau Pramuka adalah pria dengan rata-rata usia 17-35 tahun, umumnya sudah berkeluarga dan berpendidikan hingga Sekolah Menengah Umum SMU. Sedangkan setelah adanya kegiatan wisata penghasilan rata-rata perbulan sebesar Rp.100.000 – Rp.150.00 per minggu atau pendapatan rata-rata per bulan antara Rp.400.000 – Rp.600.000. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat Pitana 2005. Dampak kegiatan wisata bahari di Kepulauan Seribu secara langsung dapat menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga akan menimbulkan beberapa dampak.

5.4.5 Uji Statistik

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke kawasan tersebut maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan kegiatan berjualan makanan, minuman dan kebutuhan wisatawan lainnya. Apabila kegiatan wisata terus berlangsung maka taraf kehidupan masyarakat sekitar akan meningkat pula dengan terciptanya kesempatan kerja baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi pengangguran. Berikut merupakan hasil analisis uji statistik terhadap keberadaan kegiatan wisata bahari. Tabel 32 Uji statistik t-student Uji t-student t-tabel t-hitung Masyarakat terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata -2.405 -4.752 Berdasarkan hasil uji t-student, perhitungan nilai t-hitung sebesar -4.752 yang dibandingkan dengan t-tabel sebesar -2.405. dengan hipotesis : H0 : tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok yang dibandingkan H1 : terdapat perbedaan antara kedua kelompok yang dibandingkan. Nilai –t hitung -4.752 -t tabel t 0.052;n-1 = –t hitung -4.752 -t tabel t 0.025;29 sehingga keputusannya adalah tolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara masyarakat yang terlibat dan tidak terlibat kegiatan wisata serta terdapat perbedaan antara kondisi ekonomi runah tangga sebelum dan sesudah pengembangan kegiatan wisata.

5.4.6 Nilai Multiplier

Dampak ekonomi dari pengeluaran wisatawan yang terjadi di Pulau Pramuka dapat diukur dengan menggunakan nilai efek pengganda atau Multiplier dari aliran uang yang terjadi. Terdapat dua nilai pengganda berdasarkan META 2001 dalam mengukur dampak ekonomi kegiatan pariwisata di tingkat lokal, yaitu: 1 Keynesian Local Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran wisatawan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan 2 Ratio Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak pada keseluruhan ekonomi lokal. Nilai pengganda mengukur dampak langsung, tidak langsung dan induced. Hasil penelitian menunjukkan dari keseluruhan nilai Keynesian Local Multiplier di Pulau Pramuka sebesar 1,44 artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,44 rupiah atau setara dengan Rp.4.896.525. Nilai Keynesian diperoleh dari penjumlahan antara pendapatan unit usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran tenaga kerja, kemudian dibagi dengan pengeluaran wisatawan. Berikut merupakan nilai multiplier di pulau Pramuka table 33 Tabel 33 Nilai multiplier dari aliran uang kegiatan wisata bahari di Pulau Pramuka tahun 2011 Kriteria Nilai Multiplier Keynesian Local Income Multiplier 1,44 Ratio Income multiplier Tipe I 1,45 Ratio Income Multiplier Tipe II 1,8 Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I di Pulau Pramuka sebesar 1,45 artinya peningkatan 1 rupiah pendapatan unit usaha dari pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,45 rupiah atau setara dengan Rp. 2.141.049 pada total pendapatan masyarakat yang meliputi dampak langsung dan tidak langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal. Nilai tersebut dihasilkan dari penjumlahan antara pendapatan pemilik unit usaha dan pendapatan tenaga kerja kemudian dibagi dengan pendapatan pemilik unit usaha. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,8 artinya peningkatan 1 rupiah pengeluaran wisatawan akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1,8 rupiah atau setara dengan Rp.2.723.247 rupiah pada total pendapatan masyarakat yang dihasilkan antara penjumlahan antara pendapatan unit usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran tenaga kerja, kemudian dibagi dengan pendapatan pemilik unit usaha. Nilai keynesian ini merupakan metode pengganda terbaik yang menggambarkan dampak keseluruhan dari peningkatan pengeluaran wisatawan pada perekonomian lokal META 2001.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN