BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Menurut Wahab 2003, pariwisata dapat dipandang sebagai suatu yang abstrak, misalnya sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di
dalam negaranya sendiri pariwisata domestik atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara pariwisata internasional. Proses bepergian ini
mengakibatkan terjadinya interaksi dan hubungan-hubungan, saling pengertian insani, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, motivasi, tekanan-tekanan,
kepuasan, kenikmatan dan lain-lain diantara sesama pribadi atau antar kelompok. Pariwisata mengandung tiga unsur, yakni: manusia sebagai pelaku
kegiatan pariwisata, tempat unsur fisik yang tercakup oleh kegiatan itu sendiri, dan waktu unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan itu sendiri dan selama
berdiam di tempat tujuan. Menurut Institute of Tourism in Britain 1979 dalam Pendit 2006,
pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan pekerjaan sehari-harinya serta
kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut, mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau
darmawisata. Menurut WTO 1999:5 dalam Ismayanti 2010, pariwisata dapat
diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung
dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan senang-senang, bisnis dan lainnya.
2.2 Ekowisata
Menurut TIES 2000 dalam Damanik Weber 2006, ekowisata merupakan perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara
mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Selanjutnya, dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni :
pertama, ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; ketiga; ekowisata sebagai pendekatan pengembangan.
Dari definisi di atas dapat diidentifikasi beberapa prinsip ekowisata TIES 2000 dalam Damanik Weber 2006, yakni sebagai berikut :
a Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.
b Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan serta budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku
wisata lainnya. c Menawarkan pengalaman-pengalaman langsung positif bagi wisatawan
maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW.
d Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi malalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.
e Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.
f Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.
g Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi
wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.
Menurut UU No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, wisata merupakan perjalanan orang ke suatu tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi dan mempelajari keunikan daya tarik travel. Eco-tourism atau wisata ekologi menurut Hektor Ceballos-Lascurain
1992 dalam Pendit 2006 wisata ke atau mengunjungi kawasan alamiah yang
relatif tidak terganggu, dengan niat betul-betul objektif untuk melihat, mempelajari, mengagumi wajah keindahan alam, flora, fauna, termasuk aspek-
aspek budaya baik di masa lampau maupun sekarang yang mungkin terdapat di kawasan tersebut.
Istilah ekowisata Depbudpar 2009 dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari
mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para
pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan
budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi.
Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah: 1 jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-
budaya masyarakat vs mass tourism; 2 pola wisata ramah lingkungan nilai konservasi; 3 pola wisata ramah budaya dan adat setempat nilai edukasi dan
wisata; 4 membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal nilai ekonomi; 5 modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar nilai
partisipasi masyarakat dan ekonomi. Australian Department of Tourism, Black 1999 dalam Fandeli dan
Mukhlison 2000 yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan
alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area
alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata Eplerwood 1999 dalam Fandeli dan Mukhlison 2000.
Sedangkan pengertian ekowisata bahari menurut Marine Ecotourism for the Atlantic Area
META 2001 adalah segala bentuk aktifitas ekowisata yang mengambil tempat pada daerah-daerah zona pantai dan lingkungan laut. Selain
itu, ekowisata bahari memfokuskan pada kenikmatan dan penghargaan terhadap alam yang melibatkan; 1 partisipasi lokal dalam perencanaan dan manajemen;
2 manajemen berkelanjutan dengan perlindungan lingkungan sebagai kunci
prioritas; 3 penafsiran yang sesuai dan pendidikan lingkungan secara alami; 4 kebijakan dan manajemen; 5 kerjasama antara pemangku kepentingan; 6
pertanggung-jawaban pemasaran; dan 7 penyesuaian monitoring dan evaluasi.
2.3 Taman Nasional