Pohon Induk Jantan Pengujian Daya Berkecambah

dipanen berumur antara 4.5-5 bulan setelah penyerbukan dengan tingkat kematangan fraksi nol 85 dan tidak memberondol tipe tandan yang ditemui yaitu nigrescens memiliki ciri-ciri buah ketika matang berwarna oranye-hitam. Pemanenan dilakukan dengna cara dipanjat, tandan dipotong lalu dijatuhkan. Tingkat kematangan pada tandan sama halnya seperti bunga, tidak merata secara keseluruhan sehingga perlu pengamatan secara berkala. Tandan yang abnormal dan fruitset tetap dibawa dan dilaporkan dalam berita acara. Masa antesis bunga betina terjadi pada umumnya 14 hari setelah pembungkusan. Kendala dalam melakukan penyerbukan yaitu masa antesis bunga tidak seragam keseluruhan sehingga terdapat persilangan ulangan ke dua bahkan ditunda penyerbukannya. Jenis kegagalan panen tandan benih terdiri dari : a Busuk tandan KODE: BSB b Bocor KODE : BCR c Hilang KODE : HLG d Telat Serbuk KODE : TLS e Abnormal KODE : ABN f Talkum KODE : TLK g Telat Panen KODE : TLP

II. Pohon Induk Jantan

Kegiatan kerja di pohon induk jantan tidak jauh berbeda dengan kegiatan di pohon induk betina. Pohon induk jantan juga memiliki analisa dan seleksi sehingga tidak semua tanaman dapat dijadikan pohon induk jantan dalam satu blok. Pohon induk jantan terpilih diberi tanda cat berwarna merah, sedangkan pohon rencana seleksi tetap diberi warna hijau. Kegiatan kerja di pohon induk jantan meliputi: a Pengamatan b Sanitasi c Pembungkusan d Panen e Pengangkutan Lokasi pohon induk jantan terdapat 4 lokasi di afdeling 7 dan 8 yaitu pada blok 87, 83, 100, dan 2000 dengan luas yang bervariasi. Seluruh kebun induk jantan dikendalikan oleh satu mandor saja, berbeda dengan pohon induk dimana setiap pos dikoordinasikan oleh satu mandor. Pohon induk jantan memiliki karakteristik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pohon induk, dengan tinggi antara 15-25 meter per pohon. Karakteristik bunga jantan yaitu memiliki bobot antara 10-15 kg, berbentuk lancip dan panjang berukuran sedang tiap spikelet memiliki bunga ratusan hingga ribuan berukuran kecil. a Inspeksi Pohon Induk Jantan Kegiatan inspeksi atau pengamatan dilakukan secara berkala setiap hari, dengan melihat kondisi bunga yang akan dibungkus, sudah antesis, siap panen, dan pembersihan. Bunga betina tidak digunakan sehingga dipotong emanskulasi. Umumnya kemunculan bunga betina jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bunga jantan, sehingga kegiatan emanskulasi menjadi cukup bobot. Pada pohon induk jantan yang diamati adalah tandan bunga muda, tandan bunga yang akan dibungkus, tandan bunga yang akan dipanen, dan tandan bunga yang sudah dipanen. b Pembungkusan Kegiatan pembungkusan sama seperti pada pembungkusan pohon induk, sebelum dibungkus, pemberian kapas pada pangkal tandan, perbedaanya pembungkusan hanya menggunakan satu lapisan saja dengan ujung yang diberi ring dan disekatkan label. Pemberian ring ini bertujuan agar memudahkan pengambilan tepung sari. Pembungkusan bunga jantan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis. Tandan jantan dapat menghasilkan 20 gram tepung sari setelah diayak, untuk tandan yang berasal dari pohon muda, dapat menghasilkan hingga 25 gram tepung sari. Tandan yang diterima minimal menghasilkan 1,25 gram tepung sari, apabila di bawah standar tersebut maka disebut kosong. c Pemanenan Kegiatan panen dilakukan apabila bunga yang telah dibungkus telah antesis 40-60 , hal ini ditandai dengan bau wangi yang lebih kuat dibandingkan dengan bunga betina dan adanya serangga penyerbuk yang mengerumuni bungkusan tandan. Standar lain panen yaitu berumur 10-20 hari setelah pembungkusan, bunga dapat dipanen. Pemanenan tandan dilakukan secara hati-hati, dipanggul dan dibawa turun secara perlahan, tidak dijatuhkan. Pengamatan terhadap bunga yang akan dipanen dilakukan setiap hari terutama menjelang antesis. Apabila terdapat kerusakan pembungkusan maka bunga tersebut diafkir. Pemanenan umumnya dilakukan pada pukul 09.00-11.00 siang. Jenis kegagalan panen dalam tandan jantan terdiri dari : a Bocor. b Bunga banci. c Abnormal. d Busuk. e Telat Bungkus. f Telat Panen. g TikusBocor. Pohon induk jantan tetap dieksploitasi hingga tumbang, tidak dieksploitasi berdasarkan lamanya usia tanaman.

III. Tepung Sari a Penerimaan Tandan

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jaeq) dengan Kualitas Tandan

0 52 93

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

8 70 75

Penentuan Kadar Kalium Dalam Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jack ) Dengan Metode Flame Photometry

38 192 52

Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara

2 18 86

Produksi dan Pemasaran Bahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat Sumatera Utara

1 10 6

Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara

1 14 163