Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis Guiinensis Jacq) Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Ppks)Marihat, Sumatera Utara

(1)

PENGOLAHAN TANDAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis

guiinensis Jacq) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

BENNY JULYAN

A24070075

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(2)

Benny Julyan A24070075

Abstract

An internship and research activity was conducted in Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Marihat, North Sumatera started from February until July 2011. The main purpose of this internship and research is to improve knowledge, skills, experience about seed production and to research the seed viability based on seed place of palm oil fruit bunch. The primary data obtained by two things, there is participating in four SUSBHT (Satuan Usaha Strategis -Bahan Tanaman) Divisions such as Breeding, Parent Tree, Seed Production and Quality Control. The second is a research program about tetrazolium viability and germinated seed test based on seed place in a fruit bunch. The processing of palm oil seed bunch consist of chopping, fermentation, fruit striping, peeling, breaking dormancy, and germinating . The conclusion of the research is the best part to make a good seed in a middle part of fruit bunch.

Keywords: tetrazolium viability test, germinated oil palm seed, seed place, Pusat Penelitian Kelapa Sawit


(3)

RINGKASAN

BENNY JULYAN. Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis ) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara. (Dibimbing Oleh ABDUL QADIR dan SUPIJATNO)

Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama empat bulan empat belas hari dimulai tanggal 21 Februari 2011 sampai tanggal 5 Juli 2011. Tujuan magang ini adalah: (1) mempelajari aspek-aspek produksi benih, mulai dari penanganan tandan benih hingga menjadi kecambah, (2) melakukan analisis viabilitas tetrazolium benih kelapa sawit berdasarkan letak benih di dalam tandan, dan (3) melakukan analisis daya berkecambah benih kelapa sawit berdasarkan letak benih pada tandan. Selama melaksanakan magang, penulis mengikuti kegiatan di Divisi Pemuliaan, Divisi Pohon Induk, Divisi QC/QA, dan Divisi Produksi.

Pemilihan tandan yang digunakan untuk pengamatan yaitu tandan-tandan jenis nigrescens dengan kelas fruitset A. Peubah yang diamati yaitu bobot tandan, diameter tandan, jumlah benih tiap spikelet tiap bagian. Pengujian viabilitas tetrazolium dan daya berkecambah menggunakan rancangan Split plot dua faktor. Faktor pertama adalah letak posisi benih terdiri atas sembilan perlakuan yaitu: 1/3 bagian atas (L1), 1/5 bagian atas (L2), 1/10 bagian atas (L3), 1/3 bagian tengah (L4), 3/5 bagian tengah (L5), 4/5 bagian tengah (L6), 1/3 bagian bawah (L7), 1/5 bagian bawah (L8) dan 1/10 bagian bawah (L9). Sedangkan faktor kedua adalah varietas yang terdiri dari tiga varietas yaitu varietas Yangambi (09), Simalungun (SM-B) dan AVROS (05). Peubah yang diamati dalam pengujian ini yaitu kondisi umum benih, kondisi umum kecambah, kondisi inti benih dan embrio, persentase viabilitas tetrazolium, persentase daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan benih abnormal.

Proses pengolahan tandan yang terdapat di PPKS terletak di Divisi Produksi. Alur proses pengolahan tandan yaitu penerimaan tandan, pencincangan, fermentasi, pemipilan, pengupasan, pengikisan, pelabelan, pematahan dormansi dan perkecambahan.


(4)

L4 dan L5 serta bagian bawah yang diwakili oleh L6, L7 dan L8. Bagian atas tandan yaitu bagian yang meruncing sedangkan bagian bawah tandan merupakan bagian yang terdapat potongan stalk. Hasil pengujian viabilitas tetrazolium menunjukkan bahwa bagian tengah dengan letak L6 sebesar 67.78% merupakan bagian yang memiliki persentase viabilitas tertinggi dengan ditunjukkan banyaknya embrio berwarna merah tua, bagian yang memiliki persentase terendah berada pada bagian atas tandan dengan letak L3 sebesar 33.33%. Hasil pengujian daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum selama 35 hari memiliki pola yang tidak jauh berbeda dengan pengujian viabilitas tetrazolium, persentase daya berkecambah tertinggi pada tandan bagian tengah tandan dengan letak L4 sebesar 43.33% dan potensi tumbuh maksimum 48.89%, sedangkan bagian yang memiliki persentase daya kecambah terendah terletak pada bagian atas dengan letak L3 sebesar 25% dan potensi tumbuh maksimum sebesar 27.22%. Bagian terbaik dari tandan untuk dijadikan benih yaitu bagian tengah dari sisi viabilitas embrio, daya kecambah, jumlah buah terbentuk dan ukuran benih.


(5)

PENGOLAHAN TANDAN BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis

guiinensis Jacq) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT

(PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

BENNY JULYAN

A24070075

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(6)

SAWIT (PPKS) MARIHAT, SUMATERA UTARA

Nama

:

BENNY JULYAN

NIM

:

A24070075

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Abdul Qadir, MSi Ir. Supijatno, MSi

NIP. 19620927 198703 1 001 NIP. 19610621 198601 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, Msc. Agr. NIP 961101 198703 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 21 Juli 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dengan Bapak Tagor Sibarani dan Ibu Udur Fransisca Pasaribu. Pendidikan Formal yang ditempuh penulis di SD Budi Mulia Bogor (1995-2001), SLTPN 8 Bogor (2001-2004) dan SMUN 2 Bogor (2004-2007). Penulis melanjutkan pendidikan tingginya di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Insitut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2007.

Selain mengukuti kegiatan perkuliahan, penulis terlibat di berbagai kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis pernah mengikuti berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB seperti Kepanitian Temu Besar Keluarga Besar Agronomi tahun 2010. Penulis juga aktif di dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Komisi Pelayanan Siswa dan terlibat di beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh PMK. Penulis juga pernah melaksanakan magang produksi buah pada tahun 2009 di Pusat Kajian Buah Tropika Tajur.

Penulis mengakhiri masa studi di IPB dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul "Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis ) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara". Penulisan ini terlaksana atas bimbingan Ir. Abdul Qadir, MSi dan Ir. Supijatno, MSi.


(8)

berkat dan anugrah-Nya penulis dapat meneyelesaikan kuliah di Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta, IPB dan menyelesaikan magang penelitian, serta menyusun skripsi dengan judul "Pengolahan Tandan Benih Kelapa Sawit (Elaeis guiinensis ) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara".

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kegiatan perkuliahan, magang, penulisan, dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Abdul Qadir, MSi., selaku pembimbing skripsi I yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama menjalani masa kuliah saat magang hingga penulisan skripsi.

2. Ir. Supijatno, MSi., selaku pembimbing skripsi II yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama menjalani kuliah hingga penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, Msi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan perbaikan kepada penulis.

4. Dr. Ir. Maya Melati, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pedoman dan arahan kepada penulis selama menjalani masa kuliah.

5. Bapak dan Ibu tercinta, T.Sibarani dan U. Fransisca P, yang selalu memberi kasih sayang, kesabaran, nasihat, dukungan, dorongan, dan motivasi dalam menjalani dan menghargai perjuangan dalam hidup kepada penulis.

6. Rudolf Ruben, abang yang memberikan semangat dan contoh untuk tetap semangat dalam mengerjakan segala sesuatu.

7. Ir. Yurna Yenni, MSi., selaku Manager Produksi dan Pemuliaan PPKS Marihat yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan magang dan penelitian di bagian produksi dan pemuliaan.


(9)

8. Nanang Supena, SP dan Hernawan Yuli Rahmadi, SP. MSi., selaku Supervisor Analisis Tandan dan Vegetatif yang telah banyak memberikan masukan dan pertolongan kepada penulis serta menjadi teman sharingselama melaksanakan magang dan penelitian.

9. Nelson Sipayung, SP dan Rudianto SP, selaku Supervisor Divisi Produksi PPKS Marihat yang telah bersedia menjadi teman diskusi dan bertukar informasi selama melaksanakan magang di bagian produksi.

10. Bernike Sitorus, Petrus Purba, Adi Kus, dan Edi yang penulis anggap Ibu dan saudara penulis.

11. Amangboru Horas dan Ito yang telah membantu dan memberikan tempat tinggal kepada penulis

12. Ibu Ida, Ibu Nana, Ibu Warti dan Ibu Risni yang penulis anggap keluarga sendiri yang telah banyak membantu dan menyediakan pustaka.

13. Seluruh staf dan karyawan PPKS yang ramah dan baik.

14. Nurul Dwi Prihutami dan Widya Merita teman satu bimbingan yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi dan Elfa Najata yang telah membantu arahan dan menyemangati penulis.

15. Teman teman satu angkatan Agronomi dan Hortikultura (AGH) 44, atas kerjasama dan dukungan dan semangat dalam menjalani masa-masa kuliah dan magang.

Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, Desember 2011


(10)

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Asal Usul Penyebaran Kelapa Sawit ... 4

Kegiatan Produksi Benih ... 4

Botani Kelapa Sawit ... 6

Anatomi Benih ... 7

Viabilitas Benih ... 8

Pengaruh Letak Benih ... 9

Penanganan Benih ... 9

METODE MAGANG ... 10

Waktu dan Lokasi... 10

Metode Umum ... 10

Metode Khusus ... 10

Pengamatan dan Pengumpulan Data... 13

Analisis Data dan Informasi ... 15

KEADAAN UMUM ... 16

Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit ... 16

Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat ... 17

Visi dan Misi ... 18

Struktur Organisasi... 19

Lokasi Unit Usaha ... 19

Letak Geografis ... 20

Sarana Penelitian dan Pelayanan ... 20

Kebun Produksi Benih... 21

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... 23

Sistem Pengadaan Bahan Tanaman Kelapa Sawit ... 23

Pemuliaan Kelapa Sawit ... 23

Pengelolaan Pohon Induk Betina dan Pohon Induk Jantan... 30

Proses Pengolahan Tandan ... 40

Quality Control... 55

Analisis Tetrazolium dan Daya Berkecambah Berdasarkan Letak Benih Dalam Tandan... 58


(11)

Halaman

PEMBAHASAN ... 68

PPKS Sebagai Produsen Benih Kelapa Sawit Indonesia ... 68

Produksi Benih ... 69

Capaian Produksi Benih ... 69

Kegiatan Pengolahan Tandan ... 70

Karakteristik Spikelet, Berondolan dan Tandan... 71

Viabilitas Tetrazolium Embrio... 72

Daya Berkecambah... 73

Benih Poliembrio, Abnormal dan Panjang... 74

Benih Tidak Tumbuh ... 76

KESIMPULAN ... 77

Kesimpulan... 77

Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(12)

Nomor Halaman

1. Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat... 21

2. Karakter Vegetatif dan Teknik Pengamatan ... 29

3. Kelas Fruitset Tandan Benih ... 43

4. Produksi Persiapan Benih Tahun 2005-2010 ... 48

5. Produksi Kecambah PPKS Tahun 2005-2010 ... 54

6. Perkecambahan Benih PPKS Tahun 2010... 55

7. Karakteristik Tandan Sampel ... 61

8. Bobot Berondolan dan Benih... 61

9. Rekapitulasi Analisis Ragam Pada Setiap Peubah Pengamatan ... 63

10. Pengaruh Letak Terhadap Viabilitas Tetrazolium, Daya Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum ... 63

11. Pengaruh Varietas Terhadap Viabilitas Tetrazolium, Daya Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum ... 64

12. Rata-rata Persentase Terbentuknya Kecambah Abnormal dan Kecambah Panjang pada Setiap Varietas ... 66

13. Interaksi Pengaruh Letak dan Varietas Terhadap Peubah Perkecambahan... 67


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit... 22 2. Skema Metode Pemuliaan RSS (Sulistyo, 2010) ... 24 3. Proses Penerimaan Tandan Benih: (A) Penerimaan dari Pohon

Induk, (B) Label Identitas Tandan dan (C) Pengecekan Label

dan Identitas Tandan ... 42 4. Proses Pencincangan Tandan: (A) Pencincangan Manual, (B)

Hasil Cincangan dan (C) Hasil Cincangan Siap Fermentasi ... 43 5. Proses Fermentasi dan Pemipilan: (A) Fermentasi dan (B)

Pemipilan... 44 6. Proses Pengupasan Buah: (A) Depericarper Vertikal, (B)

Depericarper Turbo/horizontal dan (C) Penirisan Biji Hasil

Pengupasan... 45 7. Pemberian Cap Identitas: (A) Benih Berada di Lintasan

Mesin, (B) Benih yang Telah Diberi Cap Identitas dan (C)

Mesin Inkjet... 46 8. Biji Afkir dan Kemasan Benih : (A) Biji Non Inti, (B) Biji

Pecah, (C) Biji Putih, (D) Pengemasan Benih Siap Simpan dan

(E) Label Identitas Penyimpanan ... 47 9. Alur Penyiapan Benih di PPKS Marihat ... 49 10. Proses Pematahan Dormansi: (A) Perendaman, (B)

Pengeringan dan (C) Pemanasan... 51 11. Perkecambahan Benih: (A) Ruang Penyimpanan, (B) Benih

Normal dan (C) Benih Afkir Panjang... 53 12. Pengemasan dan Penyaluran Kecambah (A) Kemasan Plastik

Kecambah, (B) Box Plastik dan (C) Box Kardus... 54 13. Alur Proses Pengadaan Bahan Tanaman Di PPKS Marihat ... 57 14. Tandan Uji: (A) Varietas Yangambi, (B) Varietas AVROS dan


(14)

Varietas Simalungun dan (C) Varietas AVROS ... 59 16. Bagian Tandan dan Karakteristik Spikelet Sesuai Abjad:

Bawah, Tengah dan Atas... 60 17. Karakteristik Berondolan: (A) Bawah, (B) Atas dan (C)

Tengah ... 60 18. Karakteristik Benih, Inti dan Embrio: (A) Inti Varietas

Yangambi, (B) Inti Varietas AVROS, (C) Inti Varietas Simalungan, (D) Perbandingan Benih Varietas Simalungun,

AVROS Dan Yangambi dan (E) Embrio Benih Kelapa Sawit ... 62 19. Rata-Rata Persentase Benih Non Inti dan Non Embrio Tiap

Varietas: (A) Varietas Yangambi, (B) Varietas AVROS dan (C)

Varietas Simalungun ... 65 20. Potensi Dan Rencana Produksi Produsen Bahan Tanaman


(15)

LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang ... 82 2. Varietas Unggul Kelapa Sawit PPKS... 88 3. Deskripsi Varietas Unggul Kelapa Sawit PPKS ... 89 4. Tabel Sidik Ragam Persentase Viabilitas Tetrazolium, Daya

Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum. ... 91 5. Grafik Respon Deskriptif... 92 6. Pemetaan Bagian Tandan ... 93


(16)

Latar Belakang

Komoditas tanaman perkebunan di indonesia merupakan salah satu komoditas unggulan penyumbang devisa terbesar dari sektor pertanian. Salah satunya adalah komoditas kelapa sawit, kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona di Indonesia. Luas dari perkebunan ini terus berkembang, seiring dengan banyaknya permintaan akan kebutuhan minyak nabati dan perkembangan waktu. Kegiatan ini tidak hanya didominasi oleh perkebunan besar negara maupun perkebunan swasta, saat ini perkebunan rakyat mulai memasuki babak baru dalam usaha perkebunan komoditas kelapa sawit. Perkebunan yang selama ini berkembang di pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara, kini mulai berkembang ke propinsi lain yaitu Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Riau. Untuk daerah di luar sumatera, banyak terdapat di pulau Kalimantan dan beberapa di pulau Jawa. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2008), potensi konsumsi dunia terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan penduduk sebagai konsumen maupun sebagai akibat pertumbuhan global.

Pada tahun 2009 permintaan kecambah menembus 75 juta kecambah, permintaan kecambah akan semakin meningkat dan menembus angka 110 juta kecambah pada 2020. Fakta ini berlawanan terhadap kemampuan untuk menghasilkan bibit dan kecambah yang bermutu masih sangat terbatas dengan nilai kapasitas produksi 2 juta bibit per tahun, sehingga perlu diadakan perencanaan yang baik (Anonim, 2009).

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guiinensis L) merupakan tanaman yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat, namun tanaman ini banyak ditemui di daerah Brazil daripada Afrika. Tanaman ini tergolong tumbuhan tropis dengan family Acrecaeae. Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit untuk industri adalah buah (sabut) yang selanjutnya menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan biji yang sering disebut KPO (Kernel Palm Oil).


(17)

2

Hingga tahun 2010 di indonesia terdapat delapan produsen benih kelapa sawit yang resmi. Kedelapan produsen tersebut yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfindo, PT. Londsum Tbk, PT. Tunggal Yunus (Asian Agri Group), PT. Dami Mas Sejahtera (Sinar Mas Group), PT. Bina Sawit Makmur (Selapan Jaya Makmur), PT. Tania Selatan (Wilmar Group) dan PT. Bhakti Tani Nusantara.

Produksi benih merupakan aspek yang paling vital bagi seluruh kegiatan pertanaman. Pemilihan benih yang berkualitas baik akan menentukan hasil, dan hal ini akan menghasilkan hubungan yang berbanding lurus. Pemilihan benih di awal penanaman selalu diawali dengan seleksi yang ketat. Pada komoditas tanaman perkebunan, aspek benih merupakan aspek dimana pada periode ini harus dijaga dengan baik, dikarenakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi ke depan. Tanaman tahunan tidak dapat dilakukan replanting seperti halnya tanaman musiman, apabila hal tersebut dilakukan maka akan terjadi ketidaksamaan pertumbuhan yang mengakibatkan pada perbedaan waktu panen dan periode pembungaan.

Kondisi perbenihan kelapa sawit di Indonesia masih dapat dikatakan buruk, umumnya para petani tidak sanggup membeli benih sawit dari perusahaan besar dikarenakan harga yang relatif mahal, petani lebih memilih benih sawit yang tidak jelas asal usulnya dan dihargai lebih murah dari perusahaan benih sehingga banyak dijual benih palsu. Investasi dari perkebunan merupakan bahan tanam yang akan ditanam karena akan menjadi sumber keuntungan kelak, konsekuensinya bahan tanam yang ditanam harus bermutu tinggi dan dapat dijamin oleh institusi benih (Pahan, 2006).


(18)

Tujuan Tujuan umum pelaksanaan magang ini adalah :

1. Mencari, menambah wawasan serta keterampilan mahasiswa di bidang perkebunan melalui kegiatan pengadaan bahan tanaman kelapa sawit (Elaeis guiinensis Jacq).

Tujuan khusus pelaksanaan magang ini adalah:

1. Mempelajari aspek-aspek produksi benih, mulai dari penanganan tandan benih hingga menjadi kecambah.

2. Melakukan analisis viabilitas tetrazolium embrio benih kelapa sawit berdasarkan lokasi benih di dalam tandan.

3. Melakukan analisis daya kecambah benih kelapa sawit berdasarkan lokasi benih di dalam tandan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Asal Usul dan Penyebaran Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guiinensis) merupakan tanaman jenis palma yang berasal dari daerah Afrika Barat di kawasan Nigeria. Penyebaran tanaman kelapa sawit secara tidak langsung terkait aktivitas perdagangan dan perbudakan Afrika yang dimulai pada tahun 1562. Setelah ditemukannya benua Amerika dan terbukanya perjalanan ke kawasan Asia, maka tanaman kelapa sawit mulai menyebar ke berbagai kawasan oleh bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda (Setyamidjaja, 2006).

Masuknya tanaman kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1848 yang berasa dari Mauritius dan Amsterdam masing-masing dua batang. Bibit tersebut kemudian ditaman di Kebun Raya Bogor yang selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera Utara (Lubis, 2008).

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari tiga kata yaitu Elaeis berasal dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani danGuineensis berasal dari bahasa Guinea (pantai barat Afrika), penamaan genus diberikan oleh seseorang yang bernama Jacquin. Taksonomi dari tanaman kelapa sawit yaitu :

Divisi : Embryophyta Siphonagama Subdivisi : Pteropsida

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Palmae

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. Elaeis guineensisJacq. :2.Elaeis oleifera (H.B.K) Cotes : 3. Elaeis odora


(20)

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berakar serabut. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman serta penyangga tegakan pohon. Sistem perakaran kelapa sawit yaitu akar serabut yang terdiri dari beberapa bagian yaitu akar primer, akar sekunder, akar tersier dan akar kuartener.

Pertumbuhan akar pertama yang muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) disebut radikula yang panjangnya dapat mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan. Akar radikula ini akan membentuk akar primer dengan diameter 6-10 mm bertugas mengambil air dan makanan karena cadangan makanan pada endosperm biji telah habis yang ditandai dengan lepasnya biji. Akar primer ini akan tumbuh akar-akar berukuran lebih kecil seperti sekunder dengan diameter 2-4 mm, akar ini kemudian menumbuhkan akar tertier dan kuartener dengan diameter masing-masing 0.7-2 mm dan 0.1-0.3 mm yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar tertier dan kuartener merupakan akar yang paling aktif mengambil air dan hara lain dalam tanah (Lubis, 1992). Dari sisi indikator benih, akar primer atau akar radikula dapat dijadikan indikator untuk menentukan kondisi pertumbuhan benih yang baik.

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pangkal pelepah daun (frond base). Batang ini berbentuk silinderis berdiameter 0.5 m pada tanaman dewasa, tidak memiliki kambium, dan umumnya tidak bercabang. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh membentuk daun-daun dan memanjangkan batang dengan bagian bawah umumnya berukuran lebih besar (Lubis, 1992). Morfologi kelapa sawit memiliki bentuk silinder dengan pola pertumbuhan pelepah spiral yang letaknya agak tegak dan mengarah ke kanan atau ke kiri. Sifat ini merupakan sifat genetis serta tidak mempengaruhi produksi. Secara alamiah tinggi batang dapat mencapai 30 m, namun tinggi batang ini jarang ditemui dari sisi produksi. Para ahli genetik, beberapa telah mengubah fisiologi tanaman kelapa sawit menjadi lebih pendek untuk memudahkan panen (Setyamidjaja, 2006). Batang ini memiliki fungsi sebagai penyangga tajuk dan menyimpan serta membawa bahan makanan.

Produksi pelepah tergantung pada umur tanaman, semakin bertambah umur tanaman, maka produksi pelepah semakin banyak tetapi setelah melewati


(21)

6

umur produktif maka produksi pelepah akan berkurang. Produksi pelepah pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 pelepah lalu akan berkurang menjadi 18 hingga 25 pelepah tergantung umur tanaman. Panjang pelepah daun dapat mencapai panjang 9 meter, panjang pelepah dipengaruhi oleh varietas dan kesuburan tanah. Pada pohon dewasa umumnya dijumpai pelepah sebanyak 40 hingga 50 buah yang diisi oleh anak daun di kiri dan kanan tulang daun yang utama atau disebut rachis. Jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai jumlah 125 hingga 200 dengan bobot pelepah mencapai 4.5 kg bobot kering (Lubis, 2008).

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan dan mulai dipanen pada umur 30 bulan, tetapi masih menghasilkan buah pasir. Tipe bunga pada kelapa sawit termasuk tipe monocieus yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi dengan tandan yang berbeda. Terkadang bunga abnormal ditemui, seperti bunga banci atau hermaprodit dimana bunga memiliki dua jenis kelamin. Tipe bunga abnormal pada dasarnya bunga tersebut diafkir untuk dijadikan tandan benih, tetapi untuk bahan pabrik kelapa sawit, bunga ini tetap dibiarkan.

Bunga pada kelapa sawit keluar dari bagian ketiak pelepah. Bunga jantan memiliki karakteristik spikelet yang berjumlah 100-250 dengan panjang 10-20 cm serta diameter 1-1,5 m. Tiap spikelet berisi antara 500-1500 bunga berukuran kecil yang menghasilkan tepung sari. Tiap tandan bunga jantan mampu menghasilkan tepung sari yang telah diayak antara 20-50 gram.

Kegiatan Produksi Benih

Kegiatan memproduksi benih merupakan salah satu kegiatan dalam pertanian yang bertujuan untuk memperbanyak benih untuk tujuan pertanaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam kegiatan pertanian, benih-benih pada pertanaman perkebunan merupakan salah satu aspek yang penting. Pertanaman tanaman perkebunan merupakan salah satu bentuk investasi tahunan, apabila benih awal penanaman tersebut merupakan benih yang buruk, maka akan berpengaruh pada hasil produksi yang sedikit dan jauh dari produksi pada umumnya.


(22)

Menurut Saraswati (2010) produksi benih bermutu dihasilkan melalui prosedur-prosedur yang cukup ketat dan memerlukan keterampilan yang tinggi serta kemampuan finansial yang memadai. Produksi benih dalam suatu industri dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu eksternal yang berupa kebijakan pemerintah dan perkembangan perbenihan, serta faktor internal yaitu kondisi perusahaan (Hidayah, 2001). Selain perbenihan, pembibitan juga ikut mempengaruhi, menurut Pahan (2010) pertumbuhan awal bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan keberhasilan tanaman dalam mencapai petumbuhan dengan baik di pembibitan.

Pertumbuhan awal bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan keberhasilan tanaman untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang baik pada fase pembibitan lanjut. Pertumbuhan dan vigor bibit tersebut sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam, morfologi dan cara penanamannya. Selain memperoleh tanaman yang berbentuk biji atau benih, dewasa ini bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh dalam bentuk bibit atau klon hasil pembiakan secara kultur jaringan untuk mengatasi banyaknya permintaan akan benih sawit. Pembuatan bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan yang berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Pisifera. Kedua klon ini merupakan klon yang memiliki sifat-sifat unggul seperti produksi tinggi, pertumbuhan seragam, kualitas minyak baik dan toleran terhadap hama penyakit (Fatmawati et al., 1995).

Anatomi Benih

Benih kelapa sawit merupakan benih yang memiliki berbagai tipe cangkang, untuk benih tenera bercangkang tipis, benih dura bercangkang tebal dan benih pisifera yang memiliki cangkang semu (kulit ari). Variasi ukuran dan bobot benih kelapa sawit sangat tergantung pada tebal-tipisnya cangkang. Semakin tebal dan semakin besar ukurang cangkang, maka benih kelapa sawit semakin bobot.

Secara umum, benih kelapa sawit terdiri dari beberapa lapisan, lapisan tersebut terdiri dari lapisan eksokarp, mesokarp, cangkang, dan inti. Cangkang


(23)

8

7kelapa sawit memiliki titik tumbuh minimal 3 buah dan maksimal 4 buah. Titik tumbuh atau lubang tumbuh pada benih kelapa sawit memiliki lajur yang sejajar dengan perkembangan embrio. Embrio pada kelapa sawit berada di dalam inti (kernel). Pada lubang tumbuh terdapat semacam serat halus yang menutupi lubang tumbuh, serat halus ini akan keluar dan terdorong bersama dengan lapisan penutup embrio yang berbentuk seperti topi.

Benih yang telah tumbuh secara alami akan membentuk calon daun (plumula) dan calon akar (radikula). Pertumbuhan kedua bagian ini tidak tumbuh secara bersama sama, melainkan organ radikula akan terlebih dahulu berkembang, diikuti dengan organ radikula. Perkembangan radikula akan membentuk akar samping yang disebut akar adventif, akar ini berfungsi sebagai akar pendukung akar primer (Corley dan Tinker, 2003).

Viabilitas Benih

Benih mampu berkecambah sebelum benih mencapai masak fisiologis, secara umum viabilitas awal benih dipengaruhi oleh tingkat kemasakan benih. Menurut Sadjad et al. (1980), benih mencapai kualitas maksimumnya pada saat masak fisiologis dan setelah itu hingga benih ditanam proses kemunduran benih akan terjadi menyatakan bahwa pada saat masak fisiologis endosperm monokotil biasanya sudah mencapai perkembangan yang maksimum (Pranoto et al., 1990).

Benih kelapa sawit tidak dapat berkecambah secara cepat dikarenakan adanya sifat dormansi. Jika benih langsung ditanam pada tanah atau pasir, maka persentase daya berkecambahnya hanya 50% untuk kisaran waktu 3-6 bulan (Pahan, 2010).

Permasalahan mengenai produksi benih unggul sering dihadapkan pada beberapa masalah aspek di dalam produksi tersebut, seperti pengambilan benih dari tandan hingga ke pengujian dan pengemasan produk, yang mengakibatkan terbentuknya benih afkir dan abnormal pada saat pembibitan.


(24)

Pengaruh Letak Benih

Pengujian benih untuk menentukan benih bermutu dipengaruhi oleh letak benih tersebut di dalam buah. Letak biji yang digunakan untuk dijadikan benih memiliki hasil yang berbeda dalam tiap komoditas pertanian. Salah satu komoditas yang memiliki pengaruh viabilitas terhadap letak benih adalah papaya dan kakao. Letak benih dalam buah pepaya berpengaruh terhadap viabilitas benih yang dihasilkan. Beberapa penelitian pada pepaya menunjukkan informasi yang berbeda-beda mengenai pengaruh letak benih dalam buah terhadap viabilitas benih. Perbedaaan hasil penelitian mengenai pengaruh letak benih dalam buah terhadap viabilitas benih pepaya, diduga berhubungan dengan tingkat kemasakan buah itu sendiri (Lumbangaol, 2008).

Benih kakao yang baik berasal dari buah berbentuk normal, sehat dan masak di pohon. Buah tersebut berwarna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema. Bibit yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain: (1) pertumbuhan bibit normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur, (2) bebas hama dan penyakit serta kerusakan lainnya, dan (3) berumur 4-6 bulan (Sutopo, 1985).

Pengaruh letak benih pada komoditas perkebunan masih belum banyak yang diteliti seperti kelapa sawit. Pengaruh lain yang membuat produksi benih membutuhkan penanganan khusus yaitu tingkat kemasakan, ukuran benih, pascapanen dan penyimpanan benih.

Penanganan Benih

Menurut Lubis (1993) varietas benih kelapa sawit yang baik dan unggul adalah 1) berasal dari hasil pemuliaan serta telah diuji pada berbagai kondisi, 2) tersedia sebagai bahan tanaman dalam jumlah yang dibutuhkan, 3) umur genjah, 4) memiliki produksi dan kualitas minyak yang tinggi, 5) respon terhadap perlakuan yang diberikan, 6) memiliki umur ekonomis yang cukup panjang (25-30 tahun), 7) tahan terhadap hama penyakit dan toleran terhadap lingkungan, dan 8) benih tersebut dihasilkan oleh pusat sumber benih kelapa sawit yang resmi telah ditunjuk oleh pemerintah.


(25)

METODE MAGANG

Waktu dan Lokasi

Kegiatan magang akan dilaksanakan pada bulan Februari 2011 hingga bulan Juli 2011 yang berlokasi pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit unit Marihat Sumatera Utara.

Metode Umum

Metode umum yang diterapkan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan dan kegiatan harian instansi yang terdiri dari partisipasi kerja, kunjungan divisi dan wawancara. Kegiatan partisipasi kerja meliputi karyawan, asisten lapangan/laboratorium dan tim manajemen serta kegiatan orientasi pengenalan rutinitas selama satu bulan. Kegiatan diskusi dan wawancara ke pihak-pihak yang terkait dengan sektor produksi benih, pihak ini terdiri dari peneliti, staf produksi, staf lapangan, mandor, karyawan dan pekerja. Kegiatan aktif yang akan dilakukan ke beberapa divisi pekerjaan terdiri dari Divisi BRD (Breeding Research and Development ), Divisi Pohon Induk, Divisi QC/QA, dan Divisi Produksi selama tiga bulan.

Kegiatan magang berlangsung dengan turut berkontribusi di semua divisi kecuali divisi pemasaran yang lokasinya berbeda. Namun dari semua kegiatan, divisi yang difokuskan merupakan divisi produksi khususnya produksi benih. Kegiatan yang terakhir merupakan kegiatan pelaporan hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk laporan dan presentasi.

Metode Khusus

Kegiatan khusus yang dilakukan merupakan kegiatan yang terfokus pada Divisi Produksi yang terkait dengan pengujian benih serta sebagai divisi utama dimana kegiatan terfokus. Pada divisi ini yang akan menjadi perhatian utama merupakan teknik pengujian benih pada komoditas kelapa sawit. Hal-hal yang akan dikaji dalam divisi ini berupa hal-hal yang berkaitan dengan produksi yang terdiri dari :


(26)

A. Pengujian Viabilitas Tetrazolium (Embrio)

Penelitian mengenai analisis pengujian viabilitas benih kelapa sawit akan menguji seluruh tingkat viabilitas benih dari keseluruhan bagian tandan yang terwakili oleh sampel yang dibagi-bagi berdasarkan bagian tandan dengan menggunakan uji tetrazolium 1% sebagai uji cepat pendugaan viabilitas. Penelitian ini menggunakan tiga varietas kelapa sawit yang telah dilepas oleh PPKS yaitu AVROS, Yangambi dan Simalungun. Tiap varietas diberikan tiga perlakuan dengan tiga ulangan, masing-masing ulangan memiliki kajian pengamatan sebesar 10 berondolan.

Pembagian letak benih sebanyak sembilan bagian yaitu L1 (1/3 atas), L2 (1/5 atas), L3 (1/10 atas), L4 (1/3 tengah), L5 (3/5 tengah), L6 (4/5 tengah), L7 (1/3 bawah), L8 (1/5 bawah) dan L9 (1/10 bawah). Besarnya letak benih berdasarkan besarnya tandan, semakin besar tandan maka pembagian letak benih semakin luas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengumpulkan spikelet di tiap letak kemudian dipipil dan diambil acak. Proses pengujiaan viabilitas menggunakan larutan tetrazolium dengan konsentrasi 1% selama 24 jam.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di dalam kajian ini bertujuan untuk menentukan berondolan yang paling baik dijadikan benih dari seluruh bagian tandan buah segar. Adapun kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan berupa :

i. Mengamati dan melakukan pemecahan tandan dan sortasi berondolan untuk dijadikan benih yang telah dipetakan bagiannya. Pemecahan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong sederhana atau menggunakan mesin sesuai dengan standar kegiatan di instansi.

ii. Mengamati proses pengolahan benih meliputi kegiatan pembersihan, sortasi, pematahan dormansi, pengemasan, penyimpanan dan pengujian benih.

iii. Pengujian dilakukan di dalam laboratorium Biomol - PPKS, peralatan dan bahan yang digunakan berasal dari instansi. Indikator pengujian benih berupa jumlah benih viabel dan non viabel yang dapat dilihat skala warna merah atau merah muda berdasarkan hasil pembelahan benih. Indikator pengamatan yang lain berupa struktur fisik kecambah setelah


(27)

12

dilakukan pengolahan, bobot benih yang diukur dengan cara ditimbang, warna kulit benih, dan ukuran benih secara keseluruhan uji.

iv. Hasil pengujian benih selanjutnya akan dibandingkan dengan hasil kajian uji kecambah.

B. Pengujian Daya Berkecambah

Pengujian selanjutnya berupa pengujian guna menentukan tingkat viabilitas benih dengan cara dikecambahkan, metode pengambilan benih yang digunakan sama seperti metode pengujian viabilitas, yaitu terdiri dari tiga varietas kelapa sawit yang telah dilepas oleh PPKS yaitu Varietas Yangambi, AVROS dan Simalungun. Tiap varietas diberikan tiga perlakuan dengan tiga ulangan, masing-masing ulangan memiliki kajian pengamatan sebesar 20 berondolan sampel. Pembagian letak benih sama seperti pengujian viabilitas tetrazolium yaitu sebanyak sembilan bagian.

Indikator pengamatan pada pengujian kecambah di lapang yaitu berupa kemampuan benih untuk dapat membentuk akar primer atau radikula. Persentase jumlah benih normal, abnormal, dan afkir pada tingkat waktu pengamatan setiap hari dengan waktu pemilihan pertama pada umur 17 hari perkecambahan dan pengamatan selanjutnya tiap tiga hari hingga 6 kali pengamatan. Skala pengamatan yang digunakan akan menggunakan skala pertumbuhan akar yang telah ditetapkan oleh instansi PPKS yaitu pertumbuhan plumula dan radikula tidak lebih dari 2 cm. Indikator pengamatan ini selain bertujuan untuk mendukung data viabilitas, juga menentukan potensi pertumbuhan benih.

Pengamatan pada kajian ini terdiri dari jumlah benih normal yang mampu membentuk akar dengan baik, jumlah benih abnormal yang telah membentuk akar namun tidak berkembang dengan baik, dan benih mati. Hasil yang akan dibandingkan pada pengujian ini yaitu potensi daya tumbuh pada tiap bagian baik pada uji viabilitas melalui embrio dan kecambah.


(28)

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari pengamatan dan observasi secara langsung dari objek pengamatan. Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung, berasal dari dokumen-dokumen perusahaan dan studi pustaka.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui serangkaian pengamatan yang berlangsung di PPKS meliputi: kondisi umum PPKS, pemuliaan tanaman, identifikasi tanaman induk, persilangan pohon induk, produksi benih hingga kecambah dan pengecekan kualitas. Data pengamatan lapang difokuskan pada pengujian viabilitas tetrazolium embrio dan daya berkecambah benih kelapa sawit berdasarkan letak dan posisi berondolan di dalam tandan. Data sekunder yang diperoleh dari lapang yaitu lokasi dan letak strategis, luas lahan, kondisi pertanaman, kondisi produksi benih, organisasi, kegiatan rutinitas dan manajemen.

Analisa viabilitas tetrazolium dan daya berkecambah berdasarkan letak benih dalam tandan dilakukan pada tandan-tandan yang memiliki karakteristik khas dari segu bentuk dan ukuran. Pemilihan tandan dilakukan secara acak dari tiap varietas namun dengan kelas fruitset yang sama yaitu kelas A. Peubah yang diamati adalah :

1. Identitas tandan

Identitas tandan mengemukakan karakter tandan yang diamati mulai dari nomor pohon induk, tanggal penyerbukan, tanggal panen dan umur tandan.

2. Bobot tandan, benih dan mesokarp

Bobot tandan diamati untuk dibandingkan keragaman bobot tandan, benih dan mesokarp tiap varietas.

3. Diameter dan panjang tandan

Diameter tandan diperlukan untuk mengetahui pembagian letak untuk sampling berondolan.


(29)

14

4. Bentuk dan ukuran berondolan

Bentuk dan ukuran berondolan digunakan untuk pembanding karakter berondolan tiap varietas.

5. Jumlah berondolan dan variasi spikelet

Jumlah berondolan tiap bagian dan variasi spikelet menjadi pembanding antar bagian.

Pengamatan yang dilakukan pada analisis viabilitas tetrazolium dan daya berkecambah berdasarkan letak berondolan dalam tandan yaitu meliputi :

1. Kondisi umum benih

Pengamatan dilakukan secara visual untuk mengetahui perubahan bentuk setelah berondolan dikupas.

2. Benih non inti, non embrio dan poliembrio

Pengamatan dilakukan saat benih dipecah untuk diambil embrionya dengan membandingkan antar bagian dan antar varietas.

3. Persentase viabilitas tetrazolium

Persentase viabilitas tetrazolium dihitung setelah benih direndam dengan larutan tetrazolium selama 24 jam. Perbandingan tingkat viabilitas dilihat dari jumlah bibit yang berwarna merah tua, merah tua spot, merah muda dan putih.

4. Persentase kecambah normal

Persentase kecambah normal dihitung ketika kecambah telah siap pilih dengan kriteria pilih minimal panjang radikula dan plumula dua cm hingga enam kali periode pilih.

5. Persentase kecambah abnormal

Seluruh kecambah abnormal dihitung bersamaan dengan penghitungan benih normal.

6. Kondisi umum benih tidak tumbuh

Benih-benih yang tidak tumbuh selanjutnya diambil sampling per bagian sebanyak 10 butir untuk dipecahkan guna mengetahui kodisi inti.


(30)

Analisis Data dan Informasi

Seluruh data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan penyiapan tandan benih menjadi benih dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan perhitungan matematis sederhana seperti rata-rata dan persentase. Analisis viabilitas tetrazolium dan daya berkecambah menggunakan analisis ragam. Apabila terdapat pengaruh nyata pada peubah yang diamati maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% dengan bantuan SAS v 9.1.


(31)

KEADAAN UMUM

Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Cikal bakal Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) didirikan pada tanggal 26 September 1916 oleh Algemeene Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Algemeene Vereniging Van Rubber Planters ter Oostkust van Sumatera) kemudian berubah nama menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan. Hasil hasil penelitian APA cukup banyak dan sangat berguna bagi perkebunan di Sumatera. Setelah perang dunia II, sebagian besar perkebunan di Sumatera terlantar, sehingga pada tahun 1952 diadakan penyatuan dengan Deli Planters Vereniging.

Karena alasan politik dan ekonomi, Pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi dan mengambil alih perkebunan-perkebunan milik Belanda. Pada tahun 1957, AVROS diambil alih dan diubah menjadi Gabungan Pengusaha Perkebunan Sumatera (GAPPERSU) selanjutnya APA diganti dengan Balai Penelitian GAPPERSU yang dikenal dengan nama RISPA (Research Institute of the Sumatra Planters Association). Berdasarkan surat keputusan Mentan No. 247/UM/57 tanggal 11 Desember 1957 ditetapkan bahwa RISPA ditempatkan di bawah Kemenrian Pertanian RI yang pengelolaanya dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan.

Pada tahun 1968, RISPA berubah menjadi Balai Penelitian Perkebunan Medan (BPPM) dengan pembinaan dan pembiayaannya diserahkan kepada Direksi PN Perkebunan I s/d IX sesuai dengan keputusan Mentan RI No.353/Kpts/OP/12/1968 tanggal 20 Desember 1968. Pada tahun 1971, pembinaan Balai Penelitian Perkebunan Medan diserahkan kepada Dewan Pembina Balai Penelitian Perkebunan dan mendapat dana dari Cess sesuai dengan surat keputusan Mentan RI No.503/Kpts/OP/12/1971 tanggal 5 Desember 1971.

RISPA mendapat biaya dari APBN pada bulan April 1976 dan mulai tahun 1978, pembinaan Balai Penelitian Perkebunan diserahkan kepada Badan


(32)

Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian RI no.133/Kpts/OP/3/1978.

Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) didirikan di Jakarta pada bulan November 1987. Balai-balai Penelitian Perkebunan ditempatkan di bawah koordinasi AP3I. sesuai dengan surat keuputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian APEI No 084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di lingkungan AP3I, maka pada tanggal 4 Februari 1933 dibentuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit yang berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat dan Puslitbun Bandar Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan efisiensi pengelolaan organisasi.

Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat

Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat dibentuk pada tanggal 6 Juni 1964 dengan nama Pusat Penelitian Aneka Tanaman Sumatera (PUPENAS) yang berkedudukan di Marihat. PUPENAS ditugaskan menangani penelitian aneka tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, teh, kina, kopi, kakao, pinus, dan lain lain yang perkebunannya berada di bawah BPU Aneka Tanaman. Guna menunjang perkembangannya, maka Dirjen Perkebunan menginstruksikan semua pohon induk, material seleksi, kebun/blok pengujian, dan usaha-usaha penyediaan material tanaman yang ada di masing-masing unit diserahkan pengawasan dan penguasaannya kepada PUPENAS.

Pada tahun 1968, nama PUPENAS berganti menjadi Marihat Research Station (MRS) dan pembinaanya diserahkan kepada Perseroan Negara Perkebunan (PNP) I,II,VI, dan VII. Pada tahun 1973-1992 pembinaannya dilakukan Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP) VI dan PNP VII. Pada tahun 1981 sesuai dengan Surat Keputusan Dewan Penyantun dan Pembina yang didasarkan pada Instruksi Menteri Pertanian, nama Marihat Research Station diganti menjadi Pusat Penelitian Marihat yang disingkat dengan PPM.

Perbaikan organisasi PPKS selanjutnya dilakukan pada tahun 1966. Berdasarkan keputusan Rapat Anggota Asosiasi Penelitian Perkebunan


(33)

18

Indonesia (APPI) dalam suratnya No.03/RA-APPI/11/1996, Pusat Penelitian Perkebunan lingkup Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia bertanggung jawab kepada Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan pembinaan dan pengawasan dar Dewan Pembina Pusat Penelitian Perkebunan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit merupakan salah satu unit penelitian dari Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (APPI) yang anggotanya terdiri dari PT. Perkebunan Nusantara I-XIV.

Visi dan Misi Visi

1. Menjadi world-class institution dalam penelitian kelapa sawit yang memainkan peranan penting pada pembangunan industri kelapa sawit nasional dan menjadi acuan perkelapasawitan internasional.

2. Menjadi center of excellence yang dijadikan acuan dalam penentuan kebijakan pembangunan dan penanganan perkelapasawitan nasional. 3. Menjadi Institusi penelitian yang mengacu pada business research (hasil

penelitiannya dapat dipasarkan secara bisnis dan mandiri dalam pembiayaan dan menyediakan paket teknologi kelapa sawit yang bermanfaat.

Misi

1. Mengembangkan teknologi unggul perkelapasawitan melalui penelitian yang efektif dan efisien dan melakukan kegiatan pelayanan tepat sasaran. 2. Menunjang pengembangan perkelapasawitan nasional melalui

penyediaan produk dan jasa pelayanan, dan konsep/pemikiran penanganan masalah kelapa sawit.

3. Mendorong pengembangan SDM, lapangan kerja, dan pelestarian sumber daya alam/lingkungan.

4. Menggali potensi usaha sendiri dalam kerangka institusi nirlaba yang memiliki badan hukum, untuk dapat mandiri dan sejahtera secara berkesinambungan.


(34)

Struktur Organisasi

PPKS dipimpin oleh seorang Direktur yang saat ini dipegang oleh Dr.Ir.Witjaksana Darmosarkoro. Dalam pelaksanaan kegiatan Direktur PPKS dibantu oleh Kepala Bidang Penelitian, Kepala Biro Umum/SDM, Kepala Bidang Usaha, dan Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT). Kepala Bidang Penelitian membawahi tujuh kelompok penelitian yang masing-masing diketuai oleh seorang Ketua Kelompok Peneliti dan Kepala Urusan Penelitian. Kepala Biro Umum/SDM membawahi tiga urusan yaitu urusan SDM dan Hukum, Urusan Akuntansi dan Keuangan, dan Urusan Rumah Tangga. Kepala Bidang Usaha membawahi Unit Usaha Marihat, Unit Usaha Medan, Urusan Pengembangan Usaha dan Promosi, Urusan Pelayanan dan Konsultasi, serta Urusan Laboratorium dan Pelayanan. Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman membawahi semua bagian yang memproduksi, memproses, memasarkan dan mengawasi kecambah kelapa sawit.

Bidang Penelitian PPKS dibagi menjadi tujuh kelompok peneliti (Kelti) yaitu kelompok peneliti Pemuliaan, Bioteknologi Tanaman, Tanah dan Agronomi, Proteksi Tanaman, Engineering dan Lingkungan, Pengolahan Hasil dan Nutrisi, dan Sosial Ekonomi. Setiap kelompok peneliti dipimpin oleh ketua kelompok peneliti yang bertanggung jawab secara langsung kepada bidang kajiannya.

Urusan Satuan Pengawasan Intern (SPI) merupakan salah satu bagian yang secara independen berada di bawah koordinasi langsung Direktur. SPI berfungsi untuk memantau administrasi dan keuangan serta kemajuan pelaksanaan penelitian, pengembangan, prosedur dan pelayanan. Secara umum struktur organisasi PPKS dapat dilihat pada Gambar 1.

Lokasi Unit Usaha

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Unit Marihat terletak di Marihat Ulu, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara berada di sebelah selatan Medan sejauh 135 km tepatnya pada 02°55 LU, dan 99°05 Bujur Timur dengan


(35)

20

ketinggian tempat 369 meter dpl. Lahan yang digunakan baik perkantoran dan kebun produksi termasuk dalam konsesi PTP Nusantara IV.

Letak Geografis

Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat mempunyai topografi lahan baik kebun dan kantor dengan ketinggian 369 meter di atas permukaan laut, curah hujan rata-rata 3 331 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 184 hari dan kisaran suhi minimum 20°C dan Maksimum 33°C. Jenis tanah yaitu tanah Podzolik dengan pH rata-rata berkisar antara 5.0-6.0. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan maka kebun PPKS Marihat termasuk ke dalam kelas S1.

Sarana Penelitian dan Pelayanan

Sebagai sarana pendukung pelaksanaan program penelitian, PPKS memiliki kebun percobaan, stasiun klimatologi, pabrik kelapa sawit mini dan supermini, laboratorium kultur jaringan tanaman, laboratorium pemuliaan tanaman dan genetika, laboratorium analisis tanah, daun, dan pupuk, laboratorium proteksi tanaman, laboratorium pengujian mutu hasil perkebunan, laboratorium biomolekular, dan laboratorium penelitian teknologi limbah yang dilengkapi peralatan modern.

Kegiatan pelayanan dimaksudkan sebagai upaya untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian ke pekebun agar dapat diterapkan bagi keberhasilan industri perkelapasawitan. Pelayanan yang disediakan oleh institusi PPKS meliputi: survei kesesuaian lahan, studi kelayakan bisnis, evaluasi produksi, penyusunan rekomendasi pemupukan, evaluasi pabrik kelapa sawit, amdal dan yang terbaru adalah PROWITRA (Program Sawit Untuk Rakyat).

Kegiatan rutinitas lainnya yaitu PPKS mengadakan training budidaya kelapa sawit dan pertemuan teknis kelapa sawit (PTKS) yang diikuti oleh staf perusahaan, petani, pekebun, perbankan, peneliti luar, dll. Produk-produk yang ditawarkan oleh PPKS antara lain: (1) kecambah kelapa sawit unggul dengan produktifitas 7-9 ton CPO/ha/tahun, (2) biofungisida MARFU untuk menangani ganoderma, (3) Feromonas untuk mengendalikan kumbang tanduk (Oryctes


(36)

rhinoceros), (4) kompos Palm Bionic, (5) Frying Shortening sebagai medium penggoreng, (6) teknologi industri kelapa sawit tanpa limbah, dan (7) publikasi dan jasa perpustakaan (Lubis, 2008).

Kebun Produksi Benih

Kebun produksi yang dimiliki Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat bekerja sama dengan PTPN IV. Luas kebun produksi benih yang dimiliki adalah 137.28 ha dengan rincian 110.27 ha untuk pohon induk betina dan 27.01 ha untuk pohon induk jantan. Lokasi kebun produksi benih Marihat terdiri dari Bah Jambi, Balimbingan, Benoa, dan Dalu-Dalu.

Selain untuk produksi kecambah/benih, PPKS juga memiliki kebun produksi komersil. Kebun ini terdiri dari Sijambu-Jambu, Teluk Dalam, Pulau Maria, Pangarutan, Simirik, Padang Madarsyah, Kalianta dan Dalu-Dalu. Luas Kebun komersil yang dimiliki adalah 881.46 ha, tetapi yang produktif sebesar 547.90 ha. Lokasi kebun produksi dan luas areal yang dimiliki PPKS unit Marihat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebun Produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Marihat

No Sub Station Lokasi Luas (ha) Produktif (ha) Jenis

1 Sijambu-jambu Sumatera Utara 21.00 21.00 DxP

2 Teluk Dalam Sumatera Utara 40.00 40.00 DP

3 Pulau Maria Sumatera Utara 4.75 4.75 DP

4 Pargarutan Sumatera Utara 45.86 45.00 DP

5 Simirik Sumatera Utara 4.58 4.58 DP

6 Padang Madarsyah Riau 402.20 102.17 DP

7 Kalianta Riau 93.10 83.40 Dura, DD, DP

8 Dalu-Dalu Riau 269.97 252.00 DP/DD, DT, TT


(37)

Gambar 1. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit


(38)

Sistem Pengadaan Bahan Tanaman Kelapa Sawit

Pusat Penelitian Kelapa Sawit merupakan salah satu produsen terbesar bahan tanaman kelapa sawit di Indonesia. Bahan tanaman unggul dihasilkan melalui tahapan-tahapan yang sistematis dan saling menunjang diantaranya yaitu program pemuliaan, pemilihan pohon induk betina dan jantan, produksi dan pengolahan benih serta kontrol kualitas.

Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS-BHT) PPKS merupakan suatu bagian dalam perusahaan yang melibatkan divisi kerja yang menghasilkan bahan tanaman. Divisi terbagi menjadi lima yaitu Divisi Breeding and Research Development (Pemuliaan), Divisi Pohon Induk, Divisi Pemasaran, Divisi Quality Kontrol (QC), dan Divisi Pemasaran.

Selama kegiatan magang, penulis mengikuti setiap kegiatan Divisi di SUS-BHT PPKS khususnya di Divisi Produksi. Selain itu penulis melakukan serangkaian kegiatan pengujian analisis viabilitas tetrazolium dan daya berkecambah benih berdasarkan letak dan posisi berondolan di dalam tandan. Kegiatan penulis selama kegiatan magang ditulis dalam jurnal kegiatan mingguan yang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pemuliaan Kelapa Sawit

Divisi BRD (Breeding and Research Development) atau Divisi Pemuliaan merupakan divisi SUS-BHT PPKS yang memiliki fungsi untuk menganalisa, mengembangkan dan merakit varietas-varietas baru kelapa sawit. Pada divisi ini terbagi menjadi beberapa bagian unit kerja yang terdiri dari : Analisa Tandan,Crossing Plant, Penimbangan, dan Vegetatif.

Program pemuliaan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan prosedur khusus yaitu Resiprocal Recurrent Selection (RSS) yang dikembangkan oleh Institute de Recherces pour les Hulles et Oleagineux (IRHO). Prinsip metode pemuliaan RSS adalah memperbaiki secara serentak daya gabung dari dua populasi dasar yaitu populasi grup A (Dura) dan grup B


(39)

24

(Pisifera,Tenera). Grup A atau grup Deli merupakan jenis kelapa sawit yang menghasilkan tandan sedikit dengan tandan yang besar, sedangkan grub B atau grup Afrika merupakan kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan tetapi berukuran lebih kecil. Keunggulan lain metode RSS yaitu memungkinkan untuk melaksanakan eksploitasi persilangan terbaik dengan segera namun kelemahan dari metode ini yaitu hanya dua populasi dasar saja (Lubis, 2008). Program pemuliaan kelapa sawit PPKS memasuki siklus III dengan tiap siklus membutuhkan waktu 10-15 tahun.

Tujuan program pemuliaan kelapa sawit yaitu untuk meningkatkan produksi, ukuran dan rendemen minyak kelapa sawit melalui perakitan varietas unggul. Tujuan lain program pemuliaan yaitu mendapatkan varietas kelapa sawit yang pertumbuhan meningginya lambat, lebih toleran terhadap penyakit, toleran terhadap kondisi marginal, lebih respon terhadap pemupukan, tandan lebih bobot, komposisi buah dan minyak lebih baik, stalk lebih pendek sehingga panen mudah, adaptasi baik dan lain-lain (Lubis, 2008). Skema metode pemuliaan RSS disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Metode Pemuliaan RSS (Sulistyo, 2010)

Kegiatan pemuliaan yang telah dilakukan oleh PPKS menghasilkan varietas-varietas unggul sebanyak 12 varietas utama dengan varietas yang masih produktif diproduksi sebanyak 8 varietas. Varietas tersebut yaitu AVROS, Bah Jambi, Dolok Sinumbah, La Me, Yangambi, Sungai Pancur 1, Sungai Pancur 2,

Rekombinasi

Populasi Dasar

Seleksi

Evaluasi

Pohon Dura dan Pisifera Terpilih

Produksi Bahan Tanaman Kelapa Sawit


(40)

Langkat, Simalungun, PPKS 540, PPKS 718 dan varietas baru PPKS 239. Varietas Dolok Sinumbah, Bah Jambi, Sungai Pancur 1 dan Sungai Pancur 2 sudah tidak diproduksi. Kegiatan pemuliaan meliputi crossing plan, pengamatan vegetatif, analisa tandan, dan penimbangan.

Analisa tandan merupakan kegiatan yang dilakukan Divisi BRD untuk menganalisa persilangan DxP dan DxD/DxT. Analisis DxP merupakan analisis pengujian keturunan untuk mendapatkan informasi persilangan yang baik untuk memproduksi varietas baru. Analisis DxD/DxT dilakukan untuk mendapatkan informasi calon tanaman induk betina dan jantan yang baik untuk memproduksi benih. Analisis tandan dilakukan untuk mengetahui informasi bobot tandan, bobot buah, jumlah buah per tandan, jumlah inti, persentase daging per buah, persentase inti per buah, kandungan minyak per buah, dan per tandan. Metode analisis tandan yaitu mengambil tandan dari setiap kebun percobaan. Tandan kemudiaan diidentifikasi kategorinya (segregasi), yaitu dura, tenera, dan pisifera dengan menggunakan kapak. Setelah dianalisa kemudian dihitung jumlah tandan buah segar yang terkategori dura, tenera dan pisifera. Penimbangan tandan dilakukan secara bertahap, tandan yang bobotnya di atas 15 kg, kemudian dibelah menjadi dua bagian namun dengan tidak meninggalkan organ stalk. Sisa berondolan sawit yang tidak terpakai kemudian dikumpulkan lalu akan dikirim ke perusahaan pengolah untuk dijadikan minyak. Setelah mendapatkan bagian, kemudian dicacah hanya ditinggalkan organ stalk, dimana organ ini ditimbang lagi. Buah yang masih menempel dengan spikelet kemudian dipipil, dipisahkan antara spikelet dan buah, spikelet yang telah terpisah dikumpulkan dan ditimbang.

Berondolan ini kemudian ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam partitor divider atau mesin pembagi dimana berfungsi untuk membagi berondolan sama rata. Berondolan yang telah terbagi kemudian diambil sampel sebanyak dua kali, yaitu sampel A dan sampel B. Sampel A diberi identitas berupa adanya label, sedangkan sampel B tidak terdapat label. Sampel berondolan selanjutnya ditimbang sehingga didapatkan keseluruhan bobot bagian tandan hingga ke sampel berondolan. Sampel berondolan B tidak digunakan untuk proses, hanya sebagai pengukur bobot saja. Hasil pemipilan berupa berondolan kemudian


(41)

26

diambil 30 buah berondolan terdiri dari 10 buah bagian luar, 10 buah bagian tengah dan 10 buah bagian dalam.

Kegiatan setelah penimbangan yaitu memproses berondolan sampel. Berondolan dikupas mesokarpnya lalu dicincang halus. Metode pengujian rendemen minyak terdiri dari 2 jenis yaitu uji konvensional dan uji soxhlet. Uji konvensional kini tidak digunakan lagi karena ekstraksi minyak tidak maksimal, sehingga uji yang sekarang digunakan merupakan uji Soxhlet. Adapun tahapan uji konvensional adalah sbb :

1. Sampel mesokarp yang diambil sebanyak 50 gram.

2. Mesokarp segar kemudian dioven selama 21 jam dengan suhu 103°C. 3. Mesokarp kering ditimbang lalu dilarutkan 25 cc ortho dicloro benzene. 4. Mesokarp kemudian dipress.

5. Kadar minyak dapat dihitung.

Tahapan uji Soxhlet adalah sebagai berikut:

1. Mesokarp segar sebanyak 50 gram disiapkan kemudian ditimbang (A). 2. Mangkok alumunium dengan diameter 8cm dan tinggi 5 cm ditimbang

(B).

3. Mesokarp segar diletakkan di dalam mangkok lalu ditimbang (C).

4. Mesokarp segar + mangkok kemudian dioven dengan suhu 105°C selama 24 jam.

5. Mesokarp kering +mangkok ditimbang lalu diesikator selama 1 jam (D). 6. Mesokarp kering kemudian diblender sampai halus.

7. Mesokarp +mangkok kemudian dioven kembali dengan suhu 105°C selama 5 jam.

8. Kertas filter dengan ukuran 4,5cm x 4,5 cm disiapkan kemudian diesikator selama 30 menit (E)

9. Mesokarp halus dimasukkan ke dalam kertas filter lalu ditimbang (F). 10. Mesokarp halus + kantung filter sebanyak 80 kantung dimasukkan ke

dalam soxhlet, lalu diberi larutan hexal sebanyak 3 liter untuk melarutkan minyak.


(42)

12. Serat mesokarp + kantung kertas dioven 105°C selama 1 jam. 13. Serat mesokarp kemudian diekstraksi.

14. Serat mesokarp + kantung filter kemudian diesikator selama 1 jam lalu timbang (G).

15. Setelah mendapatkan bobot tiap timbangan kemudian dapat dianalisa rendemen dengan rumus sbb:

Besar air : (A+B)-D %KA= (Besar Air/A) x 100%

Besar Serat : G-E % Serat Mesokarp = (G-F) x (DxB) x 100%

Besar Minyak : F-G (F-E) A

% Kadar Minyak = (F-G) x (D-B) x 100% F-E A

Daftar daerah percobaan panen tandan yang diuji oleh unit analisa tandan yaitu: Balimbingan (BL), Benoa/Bah Jambi (BO), Sungai Dadan (SD), Sungai Silo (SS), Tanah Raja (TR), dan Marihat (MA).

Kegiatan Crossing Plan yaitu melaksanakan rencana persilangan berdasarkan Matting Design yang telah disusun oleh Ka Kelti Pemuliaan (Senior Breeder), mengawasi pohon-pohon rencana seleksi (RS) terpilih, mencari bunga jantan untuk diambil polennya dari pohon terpilih. Prinsip pemuliaan kelapa sawit berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut :

x Tenera x Tenera = 25% Pisifera, 50% Tenera dan 25% Dura

x Pisifera x Tenera = 50% Pisifera, 50% Tenera

x Tenera x Dura = 50% Tenera dan 50% Dura

x Pisifera x Dura = 100% Tenera

x Dura x Dura = 100% Dura

Jenis yang dikembangkan di PPKS sebagian besar spesies Elaeis guiinensis Jacq tidak menggunakan Elaeis oleifera. Penggunaan spesies ini berdasarkan sifat-sifatnya. Spesies E.guiinensis memiliki karakteristik pertumbuhan vegetatif yang relatif cepat, produksi yang tinggi, dan morfologi cenderung pendek, sedangkan spesies oleifera memiliki karakter umur yang panjang, produksi cenderung sedikit dan morfologi yang tinggi.

Pengamatan vegetatif merupakan kegiatan yang dilakukan Divisi BRD mengenai karakter vegetatif tanaman kelapa sawit yang diuji dan untuk


(43)

28

menentukan dan mengukur pertumbuhan, penyakit, abnormalitas. Parameter pengamatan yang rutin dilakukan terdiri dari pengamatan vegetatif, jari-jari tajuk, sex ratio, sensus pohon, dan segregasi. Pengamatan vegetatif dilakukan sebanyak satu kali dalam setahun. Adapun parameter yang diamati berupa :

1. Tinggi tanaman 5. Diameter batang

2. Jumlah Pelepah 6. Panjang rachis/pelepah

3. Petiole 7. Panjang dan lebar anak daun

4. Diameter batang 8. Jumlah anak daun satu sisi

Pengukuran lingkar batang dipatok satu meter di atas tanah, pengukuran tinggi tanaman dilakukan berdasarkan umur. Apabila batang tanaman belum mencapai tinggi satu meter, maka diukur diameter terbesarnya.

Pengamatan sex ratio, merupakan pengamatan yang membandingkan kemunculan antara bunga jantan, bunga betina dan bunga banci. Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Jumlah bunga jantan. 2. Jumlah bunga betina.

3. Jumlah bunga banci (tidak jelas bentuknya). 4. Pertambahan Fronds (anak daun) satu sisi.

Pengamatan segregasi, merupakan pengamatan jenis berondolan, populasi tanaman dan abnormalitas. Khusus untuk pengamatan jenis buah dengan cara menebas sebagian buah untuk dilihat apakah berjenis dura, pisifera dan tenera Parameter pengamatan yang diamati adalah sebagai berikut:

1. Jenis D/T/P 5. CD = Crown Disease 9. GD = Genoderma 2. N = Tidak Tumbuh 6. S = Sisipan

3. A = Abnormal 7. M = Mati

4. O = Oryctes 8. MP = Mati Pasar

Hasil pemuliaan yang dihasilkan oleh PPKS diutamakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Produksi tandan tinggi 5. Mampu tumbuh di lahan marginal

2. Tandan yang berbobot 6. Tahan serangan hama

3. Kadar minyak yang tinggi 7. Tahan serangan penyakit 4. Kecepatan meninggi yang rendah 8. Jagur/kuat


(44)

Secara umum cara pengamatan karakter-karakter vegetatif tanaman kelapa sawit dapat dijabarkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakter Vegetatif dan Teknik Pengamatan

No Karakter Vegetatif Cara Pengamatan

1 Tinggi Tanaman

Menggunakan eggrek yg panjangnya sudah ditandai. Pengukuran dilakukan dari permukaan tanah (pangkal batang) hingga pangkal rachis 2 Produksi Daun Menghitung pertambahan jumlah daun dari

pengamatan sebelumnya

3 Jumlah daun

Menghitung jumlah pelepah yang ada saat pengamatan dengan menghitung jumlah spiral daun kemudian dikalikan 8

4 Panjang Pelepah Mengukur dari anak daun rudimenter paling bawah daun yang paling atas

5 Jumlah anak daun Menghitung jmlah anak daun pada salah satu sisi pelepah daun ke 17

6 Diameter batang

Menggunakan meteran ukur, pengukuran dimulai dari ketinggian 1m di atas permukaan tanah

7 Lebar dan panjang Petiole Menggunakan caliper (jangka sorong)

Pengamatan penimbangan merupakan kegiatan yang bertugas untuk menimbang tandan yang dipanen. Hasil yang diperoleh berupa nilai produksi dan produktivitas tanaman semua tanaman di kebun contoh. Kategori penimbangan tanaman adalah tanaman yang tidak lagi menghasilkan buah pasir atau telah berumur 4 tahun. Daerah pengambilan data penimbangan dari kebun percobaan adalah sebagai berikut :

1. Kebun Tana Raja (TN) 01 dan 02 2. Kebun Rambutan (RB) 01 dan 02 3. Marihat (MA) 16 dan 17

4. Balimbingan (BL) 01,02,dan 03 5. Kebun Sungai Silo (SS) 01 dan 02 6. Sungai Dolok (SD) 01

7. Banoa (BO) 44 dan 45

Umur kebun pengambilan data penimbangan maksimal 10 tahun, namun umur pengujian fleksibel tergantung instruksi. Parameter pengamatan yang diamati pada penimbangan adalah sebagai berikut :


(45)

30

1. Jumlah tandan 2. Bobot tandan 3. Jumlah pokok mati

Pengelolaan Pohon Induk Betina dan Pohon Induk Jantan

Divisi Pohon Induk-PPKS merupakan salah satu dari divisi yang berada pada kelompok Satuan Unit Strategis. Divisi ini secara umum bertugas untuk menghasilkan tandan benih yang baik dan benar untuk diolah ke Divisi Produksi.

Divisi pohon induk memiliki organisasi kerja, yaitu : a) Manager

b) Supervisor c) Mandor d) Krani

e) Teknisi Laboratorium f) Pollinator

g) Centeng/Sekuriti h) Cleaning Service

Hasil tanaman yang diperbanyak dan diolah oleh divisi Pohon Induk berasal dari hasil pengujian Divisi BRD/Pemuliaan. Adapun 5 Sasaran Mutu Divisi Pohon Induk adalah sebagai berikut :

1. Menekan kegagalan proses produksi dari pembungkusan hingga panen maksimal 6%

2. Menjaga tingkat keberadaan tandan benih di divisi produksi minimal 97%

3. Menghasilkan tandan benih sebanyak 34000 tandan 4. Menghasilkan benih kelapa sawit minimal 42,5 Juta butir

5. Menekan kegagalan proses tepung sari dari pembungkusan hingga pengampulan maksimal 13%

Kegiatan di Divisi Pohon Induk terbagi menjadi dua bagian yaitu unit pohon induk betina dan unit pohon induk jantan (tepung sari). Kegiatan di unit pohon induk betina terdiri dari :


(46)

1. Inspeksi dan pengamatan bunga betina 2. Pembungkusan bunga betina dan sanitasi 3. Penyerbukan

4. Panen dan pengangkutan

Kegiatan di pohon induk jantan terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian lapang dan laboratorium tepung sari.

A. Unit Lapangan

a) Inspeksi dan pengamatan bunga jantan b) Pembungkusan bunga jantan

c) Inspeksi masa anthesis d) Panen

B. Unit Laboratorium Tepung Sari

a) Pengeringan tandan di ruang AC

b) Ekstraksi tepung sari dengan cara dipukul c) Pengayakan dan pengeringan tepung sari d) Pengisian ke botol unit

e) Pengujian viabilitas pollen f) Pengujian kadar air

g) Pengujian kehampaan

h) Persiapan botol serbuk/pencampuran

Pohon induk dibedakan dengan pohon komersial lainnya di dalam kebun. Pohon induk ditandai dengan cat berwarna merah, untuk pohon yang diberi cat berwarna hijau merupakan pohon yang dijadikan rencana seleksi atau dijadikan pengujian pemuliaan. Luas kebun pohon induk beragam antara satu blok dengan blok lain, secara umum luas kebun antara 7 ha hingga 40 ha dengan sumber plasma nutfah dan penanaman berasal dari PPKS. Tidak semua tanaman kelapa sawit dijadikan pohon induk, hanya tanaman terpilih yang melalui proses seleksi dan analisa oleh Divisi BRD yang ditunjuk menjadi pohon induk.

Kondisi kebun pohon induk telah terdapat serangan ganoderma yang cukup parah, terdapat beberapa pohon induk yang mulai tumbang dan layu sehingga populasi pohon induk berkurang secara periodik.


(47)

32

Karakteristik pohon induk secara umum yaitu pohon ini berukuran kecil-sedang dengan tinggi antara 5-15 meter tergantung usia, menghasilkan tandan berjenis Dura, tidak menghasilkan tandan jantan dikarenakan dibuang atau dipotong (kastrasi). Karakteristik pohon induk jantan yaitu pohon ini ramping dengan tinggi antara 10-25 meter tergantung usia tanam, dan tidak menghasilkan tandan betina karena dilakukan pembuangan bunga (emanskulasi).

I. Pohon Induk Betina a) Inspeksi Pohon

Inspeksi dan pengamatan bunga merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh para pollinator. Kegiatan pengamatan bunga ini dilakukan dengan memanjat pohon secara langsung melihat kondisi kemunculan bunga, kondisi antesis bunga dan membukanya seludang bunga. Bunga yang sudah siap dibungkus yaitu bunga dengan tingkat membuka seludang minimal 25%. Bunga betina memiliki karakteristik besar, mekar, tiap spikelet memiliki bunga antara 5-15 bunga.

b) Pembungkusan Bunga Betina

Pembungkusan bunga dan sanitasi merupakan kegiatan kedua setelah pengamatan, setelah seludang bunga memenuhi kriteria bungkus, maka bunga akan dibungkus. Pembungkusan tidak dapat dilakukan secara langsung, harus terdapat ruangan yang cukup agar tandan benih dapat berkembang dengan baik yaitu dengan cara memotong bagian pangkal pelepah agar pelepah sedikit menurun sehingga terdapat ruang. Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu seludang dibersihkan sehingga seluruh bagian bunga terlihat. Pada bagian stalk tandan dibalut dengan kapas yang diberi insektisida, hal ini bertujuan untuk menghindari masuknya serangga ketika telah dibungkus. Pembungkusan dilakukan sebanyak dua lapisan. Lapisan pertama yaitu lapisan utama, sedangkan lapisan kedua merupakan lapisan pendukung. Pembungkus bunga menggunakan pembungkus khusus yaitu triline yang terbuat dari bahan serat.


(48)

Pollinator dalam bertugas membutuhkan kelengkapan peralatan, adapun peralatannya terdiri dari:

a) Alat pemotong berbentuk sabit b) Kapas

c) Triline

d) Karet pengikat e) Spray anti serangga f) Botol serbuk + label g) Alkohol

c) Penyerbukan

Kegiatan penyerbukan pada pohon induk tidak hanya menghasilkan satu varietas saja tetapi terdapat dua jenis, seperti pada afdeling 3, dimana tandan benih yang dihasilkan satu pohon menghasilkan tandan varietas LT-C dan simalungun. Letak bunga menjadi salah satu pengamatan, letak bunga dikelaskan menjadi 4 jenis yaitu muka kanan (MKN), muka kiri (MKI), belakang kanan (BKN), belakang kiri (BKI). Patokan letak kondisi bunga didasarkan pada pasar pikulnya.Penyerbukan yaitu kegiatan utama pada pollinator. Kegiatan penyerbukan harus dalam keadaan steril dari serangga. Kegiatan penyerbukan dilakukan ketika bunga sudah antesis yang ditandai dengan banyak serangga berkumpul, mekar berwarna kuning dan bunga mengeluarkan bau yang harum. Langkah penyerbukan yaitu, plastik triline disterilkan dengan menggunakan alkohol, kemudian ditusuk lalu dimasukkan selang yang terhubung dengan botol serbuk. Campuran tepung sari dan bedak talkum disemburkan merata ke seluruh bagian bunga, setelah selesai, kemudian lubang tusukan ditutup kembali dengan isolasi lalu bunga digoyang-dipukul agar tepung sari yang disemburkan merata. Setelah 15 hari penyerbukan lalu pembungkus triline dapat dibuka lalu diberi label. Bunga dikatakan lewat antesis apabila sebagian besar bunga yang terdapat pada tandan menghitam.

d) Panen Tandan Benih

Kegiatan panen merupakan kegiatan akhir. Sebelum dilakukan panen, rutin dilakukan taksasi panen 2 hari sebelum panen.Tandan benih yang siap


(49)

34

dipanen berumur antara 4.5-5 bulan setelah penyerbukan dengan tingkat kematangan fraksi nol (85%) dan tidak memberondol tipe tandan yang ditemui yaitu nigrescens memiliki ciri-ciri buah ketika matang berwarna oranye-hitam. Pemanenan dilakukan dengna cara dipanjat, tandan dipotong lalu dijatuhkan. Tingkat kematangan pada tandan sama halnya seperti bunga, tidak merata secara keseluruhan sehingga perlu pengamatan secara berkala. Tandan yang abnormal dan fruitset tetap dibawa dan dilaporkan dalam berita acara.

Masa antesis bunga betina terjadi pada umumnya 14 hari setelah pembungkusan. Kendala dalam melakukan penyerbukan yaitu masa antesis bunga tidak seragam keseluruhan sehingga terdapat persilangan ulangan ke dua bahkan ditunda penyerbukannya.

Jenis kegagalan panen tandan benih terdiri dari : a) Busuk tandan (KODE: BSB)

b) Bocor (KODE : BCR) c) Hilang (KODE : HLG) d) Telat Serbuk (KODE : TLS) e) Abnormal (KODE : ABN) f) Talkum (KODE : TLK) g) Telat Panen (KODE : TLP)

II. Pohon Induk Jantan

Kegiatan kerja di pohon induk jantan tidak jauh berbeda dengan kegiatan di pohon induk betina. Pohon induk jantan juga memiliki analisa dan seleksi sehingga tidak semua tanaman dapat dijadikan pohon induk jantan dalam satu blok. Pohon induk jantan terpilih diberi tanda cat berwarna merah, sedangkan pohon rencana seleksi tetap diberi warna hijau. Kegiatan kerja di pohon induk jantan meliputi:

a) Pengamatan b) Sanitasi

c) Pembungkusan d) Panen


(50)

Lokasi pohon induk jantan terdapat 4 lokasi di afdeling 7 dan 8 yaitu pada blok 87, 83, 100, dan 2000 dengan luas yang bervariasi. Seluruh kebun induk jantan dikendalikan oleh satu mandor saja, berbeda dengan pohon induk dimana setiap pos dikoordinasikan oleh satu mandor.

Pohon induk jantan memiliki karakteristik yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pohon induk, dengan tinggi antara 15-25 meter per pohon. Karakteristik bunga jantan yaitu memiliki bobot antara 10-15 kg, berbentuk lancip dan panjang berukuran sedang tiap spikelet memiliki bunga ratusan hingga ribuan berukuran kecil.

a) Inspeksi Pohon Induk Jantan

Kegiatan inspeksi atau pengamatan dilakukan secara berkala setiap hari, dengan melihat kondisi bunga yang akan dibungkus, sudah antesis, siap panen, dan pembersihan. Bunga betina tidak digunakan sehingga dipotong (emanskulasi). Umumnya kemunculan bunga betina jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bunga jantan, sehingga kegiatan emanskulasi menjadi cukup bobot. Pada pohon induk jantan yang diamati adalah tandan bunga muda, tandan bunga yang akan dibungkus, tandan bunga yang akan dipanen, dan tandan bunga yang sudah dipanen.

b) Pembungkusan

Kegiatan pembungkusan sama seperti pada pembungkusan pohon induk, sebelum dibungkus, pemberian kapas pada pangkal tandan, perbedaanya pembungkusan hanya menggunakan satu lapisan saja dengan ujung yang diberi ring dan disekatkan label. Pemberian ring ini bertujuan agar memudahkan pengambilan tepung sari. Pembungkusan bunga jantan dilakukan minimal 10 hari sebelum bunga antesis. Tandan jantan dapat menghasilkan 20 gram tepung sari setelah diayak, untuk tandan yang berasal dari pohon muda, dapat menghasilkan hingga 25 gram tepung sari. Tandan yang diterima minimal menghasilkan 1,25 gram tepung sari, apabila di bawah standar tersebut maka disebut kosong.


(51)

36

c) Pemanenan

Kegiatan panen dilakukan apabila bunga yang telah dibungkus telah antesis 40-60 %, hal ini ditandai dengan bau wangi yang lebih kuat dibandingkan dengan bunga betina dan adanya serangga penyerbuk yang mengerumuni bungkusan tandan. Standar lain panen yaitu berumur 10-20 hari setelah pembungkusan, bunga dapat dipanen. Pemanenan tandan dilakukan secara hati-hati, dipanggul dan dibawa turun secara perlahan, tidak dijatuhkan. Pengamatan terhadap bunga yang akan dipanen dilakukan setiap hari terutama menjelang antesis. Apabila terdapat kerusakan pembungkusan maka bunga tersebut diafkir. Pemanenan umumnya dilakukan pada pukul 09.00-11.00 siang. Jenis kegagalan panen dalam tandan jantan terdiri dari :

a) Bocor. b) Bunga banci. c) Abnormal. d) Busuk.

e) Telat Bungkus. f) Telat Panen. g) Tikus/Bocor.

Pohon induk jantan tetap dieksploitasi hingga tumbang, tidak dieksploitasi berdasarkan lamanya usia tanaman.

III. Tepung Sari

a) Penerimaan Tandan

Kegiatan kerja di laboratorium tepung sari merupakan kegiatan penanganan yang memfokuskan pada pengolahan tandan induk jantan dan pengujian viabilitas pollen. Kegiatan di laboratorium tepung sari terdiri dari :

1. Pendinginan dan pengeringan tandan jantan 2. Ekstraksi tepung sari

3. Pengayakan dan pengeringan tepung sari 4. Pengampulan dan penyimpanan

5. Pengujian viabilitas pollen 6. Persiapan botol serbuk


(52)

Tandan jantan setelah dipanen kemudian dikirimkan ke laboratorium tepung sari. Tandan yang diterima tidak langsung diekstraksi dikarenakan terdapat embun di dalam pembungkus, antisipasinya dengan cara dikeringkan di dalam ruang AC selama 2-3 jam . Setelah dikeringkan, kemudian diekstraksi dengan cara dipukul untuk dirontokkan bunga beserta tepung sarinya. Setelah terkumpul kemudian dikumpulkan di dalam kantung pembungkus, disterilkan dengan alkohol kemudian diberi label.

Proses pengayakan tepung sari dilakukan di tempat khusus yaitu box manipulasi yang dilengkapi dengan alat sterlisasi berupa dua buah lampu masing-masing 1000 watt yang mampu menghasilkan panas sebesar ± 150°C. Proses steriliasi dilakukan selama 5 menit kemudian dipadamkan dan ditunggu selama 30-40 menit hingga temperatur turun. Tujuan dari proses steriliasi yaitu untuk menghindari proses kontaminasi pada proses-proses selanjutnya. Pengayakan dilakukan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang terbawa oleh tepung sari. Pengayakan menggunakan ayakan dengan kehalusan 8 - 10 mesh. Hasil ayakan diletakkan di kertas ayakan. Bagian bawah ayakan diberi silica gel sebanyak 100-200 gram dan bagian atas ayakan diberi tutup dan disegel dengan isolasi plastik kemudian dikeringkan di ruang ac selama tiga hari.

Pengisian vial tepung sari dilakukan didalam box manipulasi yang telah disterilkan beserta perlengkapan dan alat. Setiap tabung ampul berisi tepung sari sebanyak ± 0.25 gram yang biasa disebut satu unit, diberi kapas kemudian ditutup. Tabung ampul atau unit sebanyak 2-4 buah dimasukkan kembali ke dalam botol kaca khusus atau botol penisilin yang telah diberi silica gel. Botol penisilin lalu dimasukkan kembali ke dalam vakum bertekanan 7 mm/hg dan disegel dengan tutup alumunium. Botol yang siap simpan dimasukkan ke dalam bungkus khusus yang diberi identitas lalu dimasukkan ke dalam freezer dengan suhu -18°C. Tepung sari sebelum disimpan diuji terlebih dahulu tingkat viabilitasnya.


(53)

38

b) Penyiapan Tepung Sari

Untuk penyerbukan di lapang, tepung sari terlebih dahulu dicampur dengan tepung talkum, pencampuran dilakukan di dalam peti manipulasi. Setiap 1 unit tepung sari dapat menyerbuki untuk 1 hingga 32 bunga betina, lalu dimasukkan ke dalam botol serbuk yang telah berisi 4 gram tepung talkum. Pencampuran dengan cara dikocok. Setiap botol yang telah berisi campuran tepung sari diberi tanda menggunakan spidol lalu disekatkan label identitas. Kegiatan pencampuran tepung sari dilakukan pada pagi hari sebelum dikirim ke kebun.

c) Pengujian Viabilitas Pollen, Kehampaan Dan Kadar Air

Uji viabilitas pollen merupakan uji tingkat viabilitas tepung sari. Uji ini umumnya ditujukan kepada tepung sari yang telah disimpan lama, tetapi uji ini dilakukan juga untuk setiap tepung sari yang akan disimpan. Pengujian viabilitas tepung sari dilakukan sederhana dengan menggunakan media khusus melalui mikroskop. Bahan dan alat dalam pengujian ini terdiri dari :

Bahan

1. Boraks 2. Sukrosa 3. Alkohol 4. Tepung sari 5. Kertas HVS 6. Aquadest Alat

1. Penusuk 2. D-Glass 3. Pippet

4. Karet gabus berbentuk kotak 5. Mikroskop

6. Nampan alumunium 7. Lempengan modifikasi


(54)

Metode

1. D-glass disusun di atas kertas HVS.

2. Larutan campuran antara sukrosa dan boraks

3. Karet gabus disusun di atas lempengan yang telah dimodifikasi.

4. Pippet aquadest lalu diletakkan di atas D-glass sebanyak 1 tetes, dengan ukuran tertesan sedang.

5. Botol ampul dibuka, kemudian tepung sari diambil menggunakan penusuk yang telah disterilkan, tepung sari yang diambil sedikit, kemudian dicampur dengan tetesan yang berada di D-glass.

6. Secara cepat D-glass dibalik, sehingga tetesan berada di bawah.

7. D-glass ditempatkan di atas karet yang berada di lempengan. Kemudian diletakkan ke dalam nampan yang telah diisi air, lalu,dimasukkan ke dalam oven bersuhu 40°C selama 3 jam.

8. Setelah 3 jam, diamati di atas mikroskop. Pollen yang viabel terlihat ekornya, pollen yang baik minimal 70%. Perhitungan pollen menggunakan taksiran secara visual.

Tepung sari yang hidup dan mati akan terlihat jelas pada mikroskop. Penghitungan persentase tepung sari dapat dihitung dengan rumus

Persentase viabilitas = T/(T-M) x 100% T = Tepung sari viabel/hidup

M = Tepung sari mati.

Selain pengujian viabilitas pollen, pengujian lain yang dilakukan yaitu pengujian kehampaan tepung sari dan kadar air. Pengujian kehampaan dilakukan dengan menggunakan alat suntik yang ditusukkan ke dalam botol kaca tepung sari. Kolom udara yang terhisap sampai 10cc maka kehampaan masih baik, apabila > 10 cc dilakukan tes ulang dan divakum kembali.

Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kadar air tepung sari apakah layak untuk digunakan di dalam penyerbukan. Batas kadar air aman yaitu 4 %, apabila > 4 % maka tepung sari harus diafkir karena tidak layak.


(55)

40

Proses Pengolahan Tandan

Divisi Produksi merupakan divisi yang bertanggung jawab dalam mengolah tandan benih menjadi kecambah siap salur. Proses produksi benih kelapa sawit terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan benih, pematahan dormansi dan perkecambahan.

1. Persiapan Benih.

Unit persiapan benih merupakan bagian dari Divisi Produksi yang memiliki tugas untuk mempersiapkan benih dari tandan benih menjadi benih siap proses. Kegiatan persiapan benih terdiri dari: penerimaan tandan benih, pencincangan tandan, fermentasi, pemipilan, pengupasan, seleksi, pemberian logo PPKS, dan penyimpanan benih. Standar HOK yang diterapkan pada unit ini setiap pekerja khususnya bagian pencincangan minimal per hari 30 tandan, standar ini bersifat fleksibel, tidak dituntut satu hari selesai, yang berarti sesuai dengan banyaknya jumlah tandan, apabila sedikit, bisa berkurang. Pencacahan dan pemipilan masih menggunakan tenaga manual, alat yang digunakan berupa kapak untuk mencacah dan sekop untuk memipil. Tenaga pencacah sawit merupakan pekerja yang harus terampil, dikarenakan apabila teknik mencacah salah, maka kerusakan benih akan semakin besar. Sumber daya yang terdapat pada unit persiapan benih berjumlah 44 orang yang terdiri dari: satu supervisor, 18 karyawan tetap, 14 karyawan harian lepas (KHL) ,dan 11 pegawai kontrak waktu tertentu (PKWT). Secara umum alur persiapan benih dapat dilihat pada Gambar 9.

a) Penerimaan Tandan

Penerimaan tandan buah segar yang akan dijadikan benih dikirim berdasarkan lokasi dan shift pengiriman. Untuk lokasi yang berada di daerah Bah Jambi sebagian besar dikirim pada hari senin, sebagian lainnya dikirim pada hari selasa. Pengiriman tandan buah segar dikirim dari lokasi Bah Jambi, Marihat dan Balimbingan dikirim pada hari selasa. Khusus hari kamis, terdapat pengiriman dari kebun Dalu-Dalu, seluruh pengiriman ini sudah terjadwal


(1)

2 Dy x P Sungai Pancur 2 Dura Deli x Pisifera 540 3 D x P Dolok Sinumbah Dura Deli x Pisifera H5, EX5 4 D x P Bah Jambi Dura Deli x Pisifera H5, EX5 5 D x P Marihat Dura Deli x Pisifera 424,968 6 D x P AVROS Dura Deli x Pisifera Sp 540 T_MA

7 D x P La Me Dura Deli x Pisifera L2T, L7T, L9T, L14T 8 D x P Yangambi Dura Deli x Pisifera L239T, L718T

9 D x P Langkat Dura Deli (Cycle 2) x Pisifera derived LM 239 T, RS 3T, LM 718T, LM 432 T, RS 8 T 10 D x P Simalungun Dura Deli (Cycle 2) x Pisifera derived RS 1 T, RS 3 T, RS 8 T self

11 D x P PPKS 540 PA 131 D self, (TI 221 D x GB 30 D) x RS 3 T self 12 D x P PPKS 718 DA 115 D x LM 718 T self

Sumber : Arsip PPKS Marihat


(2)

89

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS 1. D x P Marihat

a. Potensi produksi TBS : 31 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 24-25 ton/ha/tahun c. Potensi Hasil CPO : 7.9 ton/ha/tahun d. Produksi CPO rata-rata : 6.0-6.3 ton/ha/tahun e. Rendemen minyak : 23-25%

f. Produksi minyak inti : 0.54 ton/ha/tahun g. Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha h. Pertumbuhan meninggi : 0.6-0.7 m/tahun 2. D x P Sungai Pancur 1

a. Potensi produksi TBS : 32 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 25-28 ton/ha/tahun c. Potensi Hasil CPO : 7.6 ton/ha/tahun d. Produksi CPO rata-rata : 6.5-7.3 ton/ha/tahun e. Rendemen minyak : 23-26%

f. Produksi minyak inti : 0.49 ton/ha/tahun g. Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha h. Pertumbuhan meninggi : 0.4-0.5 m/tahun 3. D x P Sungai Pancur 2

a. Potensi produksi TBS : 30 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 24-25 ton/ha/tahun c. Potensi Hasil CPO : 7.5 ton/ha/tahun d. Produksi CPO rata-rata : 6.2-6.8 ton/ha/tahun e. Rendemen minyak : 23-25%

f. Produksi minyak inti : 0.51 ton/ha/tahun g. Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha h. Pertumbuhan meninggi : 0.65-0.85 m/tahun 4. D x P Bah Jambi

a. Potensi produksi TBS : 32 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 22-24 ton/ha/tahun c. Potensi Hasil CPO : 7.4 ton/ha/tahun d. Produksi CPO rata-rata : 5.7-6.2 ton/ha/tahun e. Rendemen minyak : 23-26%

f. Produksi minyak inti : 0.62 ton/ha/tahun g. Kerapatan tanaman : 130 pohon/ha h. Pertumbuhan meninggi : 0.65-0.68 m/tahun 5. D x P La Me

a. Potensi produksi TBS : 36 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 26-27 ton/ha/tahun c. Potensi Hasil CPO : 7.49 ton/ha/tahun d. Produksi CPO rata-rata : 5.9-7 ton/ha/tahun e. Rendemen minyak : 22-27%

f. Produksi minyak inti : 0.6 ton/ha/tahun g. Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha h. Pertumbuhan meninggi : 0.55-0.7 m/tahun


(3)

6. D x P Langkat

a. Potensi produksi TBS : 31 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 27.5 ton/ha/tahun c. Produksi CPO rata-rata : 7.23 ton/ha/tahun d. Rendemen minyak : 26.3%

e. Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha f. Pertumbuhan meninggi : 0.6-0.7 m/tahun g. Rerata bobot tandan : 19 kg/tandan 7. D x P AVROS

a. Potensi produksi TBS : 30 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 24-27 ton/ha/tahun c. Produksi CPO rata-rata : 5.5-7.0 ton/ha/tahun d. Rendemen minyak : 23-26%

e. Produksi minyak inti : 0.54 ton/ha/tahun f. Kerapatan tanaman : 130 pohon/ha g. Pertumbuhan meninggi : 0.6-0.8 m/tahun h. Rerata bobot tandan : 16 kg/tandan 8. D x P Yangambi

a. Potensi produksi TBS : 39 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 25-28 ton/ha/tahun c. Produksi CPO rata-rata : 7.5 ton/ha/tahun d. Rendemen minyak : 23-26%

e. Kerapatan tanaman : 130 pohon/ha f. Pertumbuhan meninggi : 0.6-0.75 m/tahun g. Rerata bobot tandan : 16 kg/tandan 9. D x P Simalungun

a. Potensi produksi TBS : 33 ton/ha/tahun b. Produksi TBS rata-rata : 28.4 ton/ha/tahun c. Potensi Hasil CPO : 8.7 ton/ha/tahun d. Produksi CPO rata-rata : 7.53 ton/ha/tahun e. Rendemen minyak : 26.5%

f. Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha g. Pertumbuhan meninggi : 0.75-0.8 m/tahun h. Rerata bobot tandan : 19.2 kg/tandan 10. D x P PPKS 540

a. Produksi TBS rata-rata : 28.1 ton/ha/tahun b. Potensi Hasil CPO : 8.1 ton/ha/tahun c. Rendemen minyak : 27.4%

d. Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha e. Pertumbuhan meninggi : 0.72 m/tahun f. Rerata bobot tandan : 15.4 kg/tandan 11. D x P PPKS 718

a. Produksi TBS rata-rata : 26.5 ton/ha/tahun b. Potensi Hasil CPO : 6.9 ton/ha/tahun c. Rendemen minyak : 23.9%

d. Kerapatan tanaman : 140 pohon/ha e. Pertumbuhan meninggi : 0.75 m/tahun f. Rerata bobot tandan : 22.8 kg/tandan


(4)

91

Lampiran 4. Sidik Ragam Persentase Viabilitas Tetrazolium, Daya Berkecambah dan Potensi Tumbuh Maksimum

Persentase Viabilitas Tetrazolium

SK db JK KT F Hitung Pr > F

Kelompok 2 207.407 103.703 2.21 0.1207

Varietas 2 8762.962 4381.481 93.39 <0.0001

Galat A 4 474.074 118.518

Letak 8 6266.667 783.333 16.70 <0.0001

V*L 16 2637.037 164.814 3.51 0.0004

Galat B 48 2251.851 46.913

Total 80 20599.998

Persentase Daya Berkecambah

SK db JK KT F Hitung Pr > F

Kelompok 2 26.543 13.271 0.52 0.5990

Varietas 2 2674.691 1337.345 52.20 <0.0001

Galat A 4 327.160 81.790

Letak 8 3283.950 410.493 16.02 <0.0001

V*L 16 830.864 51.929 2.03 0.0304

Galat B 48 1229.629 25.617

Total 80 8372.839

Persentase Tumbuh Maksimum

SK db JK KT F Hitung Pr > F

Kelompok 2 19.135 9.567 0.43 0.654

Varietas 2 4632.098 2316.049 103.68 <0.0001

Galat A 4 308.641 77.160 3.45 0.0147

Letak 8 4354.320 544.290 24.37 <0.0001

V*L 16 895.679 55.97 2.51 0.0072

Galat B 48 1072.222 22.337


(5)

Potensi Tumbuh Maksimum

Viabilitas Tetrazolium


(6)

Lampiran 6. Pemetaan Bagian dan Letak Tandan

L1 L2 L3

L4 L5 L6

L7 L8 L9

Keterangan: Pengujian yang dilakukan menggunakan tiga varietas kelapa sawit yaitu AVROS, PPKS 540 dan PPKS 718. Perlakuan yang digunakan terdiri dari sembilan taraf yang didasarkan pada areal pengambilan sampel yang berasal dari bagian tandan untuk diketahui tingkatan viabilitasnya. Sampel berondolan yang dibutuhkan sebesar 30 berondolan (10 butir untuk pengujian viabilitas tetrazolium dan 20 butir untuk pengujian daya kecambah) setiap ulangan sebanyak 3 ulangan. Pengujian kecambah menggunakan uji dan perlakuan yang sama.

93

Atas

Tengah

Bawah

Atas

Tengah

Bawah

Atas

Tengah


Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Hubungan Antara Tinggi Tanaman Varietas Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jaeq) dengan Kualitas Tandan

0 52 93

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Pengaruh Penambahan Nanokristal Selulosa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jack) Terhadap Produk Karet Nanokomposit Dengan Teknik Pencelupan

8 70 75

Penentuan Kadar Kalium Dalam Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jack ) Dengan Metode Flame Photometry

38 192 52

Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara

2 18 86

Produksi dan Pemasaran Bahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat Sumatera Utara

1 10 6

Identifikasi karakter vegetatif dan generatif hasil persilangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat, Sumatera Utara

1 14 163