Tabel 12 Sebaran berdasarkan pengetahuan tentang konservasi tumbuahan obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
Berdasarkan hasil uji stastitik terhadap variabel di atas dengan menggunakan uji Mc Nemar, besar p-value untuk pengukuran keempat
variabel diatas kurang dari alpha dibagi dua maka keputusan yang diambil untuk ke empat variable tersebut adalah tolak Ho. Dapat disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan yang signifikan mengenai pengetahuan penyiangan, pemupukan, penggunaan dosis tumbuhan obat dan pentingnya tumbuhan
obat di tanam baik di sekolah maupun di rumah setelah diberikan modul dan praktek di lapangan.
4.4.2 Pengetahuan tentang Stimulus Manfaat Tumbuhan Obat
Sebelum diberikan modul, siswa pada umumnya sudah mengetahui tumbuhan obat sebesar 84.1 persen sedangkan untuk istilah konservasi
hanya 9 persen yang mengetahui arti konservasi Tabel 13. Pengetahuan siswa tentang tumbuhan obat cukup tinggi dikarenakan siswa sudah
mengetahui sebelumnya baik dari orang tua maupun guru sedangkan untuk istilah konservasi masih baru di kenal oleh siswa sehingga tidak banyak
yang bisa menjelaskan dengan baik dan benar.
No
Pengetahuan Alamiah
Sebelum Sesudah
Tahu Tidak tahu
Tahu Tidak
tahu n
n n n
1
Menyiangi tumbuhan obat
11 25
33 75
41 93.2 3
6.8
2
Memupuk tumbuhan obat
24 54.5
20 45.5
43 97.7 1
2.3
3
Memakai dosis tumbuhan obat
26 59.1
18 40.9
34 77.3 10
22.7
4
Pentingnya menanam tumbuhan obat
33 75
11 25
42 95.9 2
4.1
Setelah diberikan pembelajaran tumbuhan obat di kelas dengan menggunakan modul sebesar 100 persen siswa sudah mengetahui tumbuhan
obat dan sebesar 86.4 persen siswa mengetahui arti konservasi dan bisa mendefinisikan dengan baik bahwa konservasi adalah upaya melindungi,
mengawetkan dengan cara menanam dan memanfaatkannya agar terjaga kelestariannya. Baik sebelum diberikan modul maupun sesudah diberikan
modul, secara umum siswa sudah mengetahui tumbuhan obat sedangkan konservasi merupakan istilah asing yang baru di dengar sehingga setelah
mendapatkan modul siswa lebih banyak mengetahui dan mengerti makna konservasi.
Tabel 13 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang tumbuhan obat dan konservasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
No Pengetahuan
makna Sebelum
Sesudah Tahu
Tidak tahu Tahu
Tidak tahu n
n n n
1 Tumbuhan Obat
37 84.1
7 15.9 44 100
2 Konservasi
4 9.1
40 90.9 38 86.4
6 13.6
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variable diatas dengan menggunakan uji Mc Nemer, besar p-value untuk pengukuran kedua
variable diatas kurang dari alpha dibagi dua. Maka keputusan yang diambil adalah tolak Ho. Dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan yang
signifikan pada siswa mengenai pengetahuan tentang tumbuhan obat dan arti konservasi.
Pengetahuan siswa kelas lima tentang jenis tumbuhan obat berdasarkan khasiatnya yang bisa mengobati penyakit panas, masuk angin,
menambah nafsu makan dan batuk sebelum diberikan modul yaitu siswa mengetahui khasiat tumbuhan obat yang bisa mengobati batuk sebesar 79.5
persen diantaranya menjawab jeruk nipis, rosella, jahe dan kunyit. Khasiat tumbuhan obat untuk mengobati masuk angin sebesar 59.1 persen dengan
jawaban jahe merah. sedangkan untuk mengobati panas dan menamabah nafsu makan masih rendah yaitu sebesar 18.2 persen dan 20.5 persen dengan
jawaban dadap, suji, lidah buaya dan lidah kucing bisa mengobati sakit
panas sedangkan temulawak, serai dan lempuyung dapat menambah nafsu makan Tabel 14. Dari pernyataan di atas siswa sudah mengetahui cukup
baik dan diperkirakan pengetahuan siswa ini diperoleh dari orang tua dan pengalaman pribadi siswa ketika sakit.
Setelah membaca modul tentang tumbuhan obat yang dibuat dengan versi kartun dalam bentuk cerita narasi maka pengetahuan khasiat tumbuhan
obat untuk mengobati panas, masuk angin, menambah nafsu makan dan batuk mengalami peningkatan. Seluruh siswa mengetahui tumbuhan yang
dapat mengobati batuk sebesar 100 persen yaitu dengan jeruk nipis, dan sebesar 99.7 persen siswa mengetahui tumbuhan obat panas, masuk angin
dan menambah nafsu makan dengan jawaban yang beragam tapi benar seperti tumbuhan yang dapat mengobati panas yaitu sambiloto, mengobati
masuk angin yaitu jahe dan menambah nafsu makan yaitu temulawak dan pegagan
Tabel 14 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang jenis tumbuhan obat berdasarkan khasiatnya sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan
N o
Tumbuhan obat berdasarkan khasiat
Sebelum Setelah
Tahu Tidak
tahu Tahu
Tidak tahu n
n n
n
1 Demam
8 18,2
36 81.8
43 97.7
1 2.3
2 Masuk angin
26 59,1
18 40.9
43 97.7
1 2.3
3 Menambah nafsu makanan
9 20,5
35 79.5
43 97.7
1 2.3
4 Batuk
35 79,5
9 20.5
44 100
Hasil uji statistik terhadap variable diatas, didapatkan nilai p-value sebesar 0.000 untuk pengetahuan tumbuhan obat demam, obat masuk angin,
obat menambah nafsu makan dan p-value 0.004 untuk pengetahuan tumbuhan obat demam. Karena p-value kurang dari alpha dibagi 2 0.025
maka keputusan yang diambil adalah tolak Ho sehingga dapat disimpulkan
telah terjadi perubahan yang nyata mengenai pengetahuan siswa tentang jenis tumbuhan obat berdasarkan khasiatnya.
Ada lima jenis tumbuhan obat yang banyak diketahui manfaatnya. Sebelum diberikan modul pembelajaran dan praktek di lapanagan, siswa
mengetahui manfaat tumbuhan jeruk nipis sebesar 81.8 persen, manfaat jahe merah 47.7 persen, manfaat temulawak 43.2 persen, manfaat sirih 34.1
persen dan manfaat mahkota dewa 27.3 persen Tabel 15 . Sedangkan tumbuhan meniran dan brotowali merupakan tumbuhan terendah yang
diketahui manfaatnya yaitu sebesar 2.3 persen. Setelah diberikan perlakuan pemberian modul dan praktek menanam
dan belajar ke rumah TOGA pengetahuan siswa tentang manfaat tumbuhan obat menjadi berubah, lima tumbuhan obat terbanyak yang dikenal siswa
diantaranya adalah jahe merah sebesar 100 persen, manfaat jeruk nipis sebesar 97.7 persen, manfaat sambiloto sebesar 95.5 persen, rosella sebesar
90.9 persen dan temulawak sebesar 88.6 persen Tabel 15. Siswa pun menuliskan manfaat tumbuhan obat dengan baik sebagai contoh jahe marah
bermanfaat untuk demam; masuk angin; batuk; pegal-pegal; pusing kepala, jeruk nipis bermanfaat untuk obat batuk; panas, sambiloto bermanfaat untuk
typhus; obat luka bekas gigitan ular; panas; disentri, rosella bermanfaat untuk menambah nafsu makan; menghilangkan keriput pada wajah;
pertumbuhan otak; anti bakteri; anti virus; diet, dan temulawak bermanfaat untuk pegal-pegal; masuk angina; dan menambah nafsu makan. Baik
sebelum diberikan modul maupun sesudah diberikan modul tumbuhan brotowali merupakan tumbuhan yang terendah diketahui manfaatnya oleh
siswa yaitu sebesar 2.3 persen dan 40.9 persen. Sebaliknya tumbuhan meniran nilai persentasinya berubah dari 2.3 persen menjadi 75 persen. Hal
ini diduga siswa sering membaca kisah meniran yang di narasikan oleh tokoh Ipin dan Upin dan letak stategis modul yaitu merupakan urutan kedua
setelah sambiloto, kemungkinan tumbuhan ini cepat dikenal siswa, sedangkan untuk brotowali tidak mengalami perubahan disebabkan selain
tumbuhan ini sulit ditemukan hanya ditemukan ketika siswa ditugaskan berkunjung ke rumah TOGA dan jumlahnya terbatas juga letak tumbuhan
brotowali pada modul terletak pada urutan ke empat belas dari lima belas bab.
Tabel 15 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan manfaat 15 jenis tumbuhan obat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
No Jenis Tumbuhan obat
Sebelum Sesudah
Jumlahn Jumlahn
1 Jahe merah
21 47,7
44 100
2 Temulawak
19 43,2
39 88.6
3 Sambiloto
5 11,4
42 95.5
4 Meniran
1 2,3
33 75
5 Rosella
11 25,0
40 90.9
6 Jeruk nipis
36 81,8
43 97.7
7 Pegagan
2 4,5
38 86.4
8 Takokak
4 9,1
31 70.5
9 Binahong
2 4,5
30 68.2
10 Mahkota dewa
12 27,3
31 70.5
11 Sirsak
7 15,9
33 75
12 Sangitan
2 4,5
20 45.5
13 Sirih
15 34,1
32 72.3
14 Brotowali
1 2,3
18 40.9
15 Kenikir
2 4,5
23 52.3
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variabel didapatkan, besar p- value untuk pengukuran kelimabelas tumbuhan obat diatas kurang dari
alpha dibagi dua. Nilai statistik untuk 14 tumbuhan obat adalah 0.000 hanya jeruk nipis saja bernilai 0.016. Maka keputusan yang diambil adalah tolak
Ho. Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan mengenai pengetahuan siswa tentang manfaat lima belas tumbuhan obat.
Tumbuhan obat mempunyai manfaat dari berbagai sudut pandang tidak hanya sebagai obat tetapi bisa sebagai manfaat ekonomi, keindahan,
usaha, hobi, pendidikan, konservasi, budaya, ekologis dan sosial. Sebelum diberikan modul pembelajaran siswa lebih banyak menjawab sebagai
manfaat kesehatan sebesar 93.2 persen sedangkan manfaat ekologis yang erat hubungannya dengan konservasi masih sedikit sebesar 13.6 persen
Tabel 16.
Pengetahuan siswa tentang manfaat tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang setelah diberikan modul tidak begitu berbeda dengan
sebelum diberikan modul siswa lebih banyak menjawab sebagai manfaat kesehatan sebesar 95.5 persen sedangkan manfaat budaya merupakan
jawaban siswa yang paling sedikit yaitu sebesar 54.5 persen. Hal ini di duga karena manfaat budaya masih sulit dimengerti siswa karena tradisi budaya
dalam menggunakan tumbuhan obat masih abstrak. Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan pengetahuan tentang manfaat
tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
Hasil uji statistik terhadap variabel diatas adalah walaupun manfaat kesehatan memiliki persentase yang tinggi sebesar 93.2 pada waktu
sebelum diberikan modul dan 95.5 sesudah diberikan modul memiliki nilai p-value 1.000. Karena p-value lebih dari alpha dibagi 2 0.025 maka
keputusan diambil adalah terima Ho, artinya tidak terjadi signifikan mengenai perubahan manfaat tumbuhan obat sebagai kesehatan karena
nilainya sudah tinggi dari awal dan pada umumnya jika dilihat dari istilah kata “tumbuhan obat” merupakan kata yang mudah dipahami dan setiap
orang beranggapan dan menilai bahwa tumbuhan obat berfungsi sebagai obat yang berkaitan dengan kesehatan. Sedangkan untuk variabel lain yaitu
No Manfaat
Sebelum Sesudah
n n
1
Kesehatan 41
93,2 42
95.5
2
Ekonomi 14
31,8 37
84.1
3
Estetika 10
22,7 32
72.7
4
Usaha 13
29,5 39
88.6
5
Hobi 11
25,0 39
88.6
6
Pendidikan 14
31,8 39
88.6
7
Konservasi 18
40,9 39
88.6
8
Budaya 8
18,2 24
54.5
9
Ekologis 6
13,6 28
63.6
10
Sosial 9
20,5 27
61.4
manfaat tumbuhan obat sebagai ekonomi, estetika, usaha, hobi, pendidikan, konservasi, budaya, ekologis dan sosial memiliki nilai p-value sebesar
0.000. Karena p-value kurang dari alpha dibagi dua dapat disimpulkan telah terjadi perubahan yang signifikan mengenai pengetahuan siswa tentang
tumbuhan obat dari berbagai sudut pandang kecuali sebagai kesehatan.
4.4.3 Pengetahuan dan Sikap tentang Stimulus Rela Tumbuhan Obat