pembimbingan memiliki pencapaian yang jelas, dan semua harus di evaluasi dalam skala waktu tertentu.
Pelaksanaan pembimbingan merupakan proses yang diciptakan oleh manusia yang memiliki keterbatasan dalam setiap pelaksanaan. Hal-hal
tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan proses pembebasan bersyarat dapat dikatakan sebagai hambatan. Hambatan tersebut
dapat berasal dari pihak pembimbing kemasyarakatan maupun berasal dari pihak klien dan pihak lainnya. Pada dasarnya hambatan tersebut ada sudah
sejak lama, dan mungkin sudah disadari oleh BAPAS Kelas I Medan tetapi karena keterbatasan anggaran maupun kuantitas pegawai menjadikan, hal-hal
yang menjadi hambatan ini belum dapat ditangani secara sempurna. Oleh karena itu, penulis ingin menguraikan hal-hal yang menjadi hambatan atau
hal-hal yang mengakibatkan klien pemasyarakatan melakukan pelanggaran yang dapat mempengaruhi kegagalan proses pembebasan bersyarat, sebagai
berikut:
1. Pandangan terhadap klien Pemasyarakatan akan berlaku baik di dalam masyarakat.
Pembebasan bersyarat yang diberikan kepada klien merupakan suatu program untuk realisasi dari hak setiap narapidanawarga binaan
berdasarkan pasal 14 huruf k Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Dalam pelaksanaan pembebasan bersyarat,
bimbingan terhadap klien pemasyarakatan dilakukan oleh BAPAS Kelas I Kota Medan. Pandangan bahwa klien dengan program pembebasan
bersyarat akan berlaku baik di masyarakat selama ini dapat menjadi
Universitas Sumatera Utara
bumerang tersendiri bagi proses pelaksanaan bimbingan. Akibatnya dapat memberikan kesempatan bagi klien untuk melakukan perbuatan
pelanggaran lagi, atau juga bagi pembimbing kemasyarakatan dalam melakukan pengawasan dan bimbingan akan menjadi kurang maksimal.
Hal ini sudah diuraikan pada sub-bab sebelumnya, bahwa pada pelaksanaan pembimbingan di lapangan, pembimbingan kemasyarakatan
hanya melakukan pembimbingan dan evaluasi berdasarkan data dari hasil wajib lapor yang dilakukan oleh klien pemasyarakatan. Seharusnya
pelaksanaan bimbingan lebih proaktif bukan bersifat menunggu klien pemasyarakatan yang seharusnya harus dibimbing. Jika hal ini terjadi terus
menerus maka klien hanya akan diketahui bagaimana keadaan sebenarnya jika sudah ditangkap pihak berwajib karena melakukan kejahatan.
2. Pelaksanaan administrasi wajib lapor klien pemasyarakatan belum maksimal
Kewajiban klien pemasyarakatan untuk melakukan wajib lapor merupakan suatu upaya pembimbing kemasyarakatan untuk dapat
mengetahui keadaan dari setiap klien yang dibimbing. Wajib lapor ini dapat digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana pelaksanaan bimbingan
oleh pembimbing kemasyarakatan BAPAS Kelas I Kota Medan dan sejauh mana klien telah berubah atau berkembang. Berdasarkan hasil
penelitianriset proses wajib lapor dari setiap klien pemasyarakatan yang berada dibawah bimbingan BAPAS Kelas I Medan dapat dikatakan tidak
berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan seringnya adanya keterlambatan pelaporan dari klien pemasyarakatan, dan terkadang yang
Universitas Sumatera Utara
melapor bukan klien pemasyarakatan secara langsung tetapi anggota keluarga yang bersangkutan maupun pihak penjamin.
3. Fasilitas dari BAPAS Kelas I Medan yang kurang memadai untuk melakukan tugas pembimbingan