Syarat Pemberian Pembebasan Bersyarat

B. Syarat Pemberian Pembebasan Bersyarat

Pembebasan bersyarat diberikan kepada narapidana klien pemasyarakatan harus terlebih dahulu menjalani dua per tiga dari masa hukumannya, yang sekurang-kurangnya adalah Sembilan bulan. Jika terpidana harus menjalani pidana berturut-turut maka pidana itu dianggap sebagai satu pidana Pasal 15 ayat 1 KUHP. Setiap klien pemasyarakatan yang menerima izin bebas bersyarat dalam tahapan tertentu menerima suatu masa percobaan, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi selam masa percobaan. Masa percobaan atau masa menjalankan program pembebasan bersyarat, itu lamanya sama dengan sisa waktu pidana penjara yang belum dijalani ditambah satu tahun. Jika terhukum ada dalam tahanan maka waktu itu tidak termasuk masa percobaan Pasal 15 ayat 2, 3 KUHP. Pembebasan bersyarat dapat diartikan sebagai bagian akhir dari pidana yang tidak dijalankan di dalam Lapas. Pembebasan bersyarat ini tidak dapat diberikan kepada mereka yang dijatuhkan pidana penjara seumur hidup. Kecuali jika pidana seumur hidup tersebut dengan “grasi” diubah menjadi pidana penjara sementara waktu, dan kemudian dilakukan pemeberian pembebasan beryarat. Pemberian pembebasan bersyarat juga tidak mungkin diberikan mereka yang dikenakan pidana kurungan. Memberikan pembebasan bersyarat disertai dengan suatu masa percobaan dan ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa percobaan itu. Universitas Sumatera Utara Selama masa percobaan itulah narapidana klien “dipaksa” untuk memenuhi syarat-syarat kehidupan tertentu. Proses pemberian pembebasan bersyarat diberikan juga dengan syarat umum yaitu bahwa narapidana klien yang mendapatkan pembebasan bersyarat tidak akan melakukan perbuatan pidana dan perbuatan lain yang tidak baik. Selain itu juga boleh ditambahkan syarat- syarat khusus mengenai kelakuan narapidana klien asal saja tidak mengurangi kemerdekaan beragama dan kemerdekaan berpolitik, biasanya syarat khusus ini diadakan karena tindak pidana yang dilakukan adalah tindak pidana khusus, atau karena klien pemasyarakatan tersebut adalah warga negara asing. Permohonan pembebasan bersyarat bagi narapidana yang telah memenuhi dua pertiga masa pidanannya yang sekurang-kurangnya Sembilan 9 bulan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 15 KUHP, maka sebelum permohonan diajukan ke Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang telah ditentukan dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. M.01.04.10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Cuti menjelang bebas dan Pembebasan Bersyarat, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Meneteri Nomor. M2. PK. 04-10 Tahun 2007 tentang syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pemebasan Bersyarat Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat dan diperbaharui lagi dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 21 Tahun 2013 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelasng Bebas, Dan Cuti Bersyarat , sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1 Syarat Substantif Pasal 49 ayat 1 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 21 Tahun 2013 a. Telah menjalani masa pidana paling singkat 23 dua per tiga, dengan ketentuan 23 dua per tiga masa pidana tersebut paling sedikit 9 Sembilan bulan; b. Berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling sedikit 9 Sembilan bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 23 dua per tiga masa pidana; c. Telah mengikuti program pembinaan dengan baik, tekun, dan bersemangat; dan d. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan Narapidana. 2 Syarat AdministratifDokumen Pasal 50 ayat 1 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 21 Tahun 2013 a. Fotokopi kutipan putusan Hakim dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan; b. Laporan perkembangan pembinaan yang dibuat oleh wali pemasyarakatan atai hasil assessment resiko dan assessment kebutuhan yang dilakukan oleh asesor; c. Laporan penelitian kemasyarkatan LitMas yang dibuat oleh pembimbing pemasyarakatan yang diketahui oleh Balai Pemasyarakatan BAPAS; d. Surat pemberitahuan ke Kejaksaan Negeri entang rencana pemberian Pembebasan Bersyarat terhadap Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang bersangkutan; Universitas Sumatera Utara e. Salinan register F dari Kepala LAPAS; f. Salina perubahan dari Kepal LAPAS; g. Surat pernyataan dari Narapidana atau anak didik pemasyarakatan tidak akan melakukan perbuatan melanggar hukum; h. Surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga yang diketahui oleh lurah kepala desa atau nama lain yang menyatakan bahwa : 1. Narapidana atau anak didik pemasyarakatan tidak akan melarikan diri danatau tidak melakukan perbuatan melanggra hukum; dan 2. Membantu dalam membimbing dan mengawasi narapidana atau anak didik pemasyarakatan selama mengikuti program pembebasan bersyarat. Selain ketentuan yang mengatur tentang syarat untuk pemberian pembebasan bersyarat tersebut diatas, dalam pasal 16 KUHP juga diatur tentang pihak yang berwenang untuk menetapkan pemberian dalam pencabutan izin pembebasan bersyarat. Ketentuan dalam Pasal 16 KUHP adalah sebagai berikut : Pasal 16 1 Ketentuan pembebasan bersyarat ditetapkan oleh Menteri Kehakiman atas usul atau setelah mendapat kabar dari pengurus penjara tempat terpidana, dan setelah mendapat keterangan dari jaksa tempat asal terpidana. Sebelum menentukan, harus ditanya dahulu pendapat Dewan Reklasering Pusat, yang tugasnya diatur oleh Menteri Kehakiman sekarang Menteri Hukum dan HAM. 2 Ketentuan mencabut pembebasan bersyarat, begitu juga hal-hal yang tersebut dalam pasal 15a ayat 5, ditetapkan oleh Menteri Kehakiman sekarang Menteri Hukum dan HAM atas usul atau setelah Universitas Sumatera Utara mendapat kabar dari jaksa tempat asal terpidana. Sebelum memutus, harus ditanya dahulu pendapat Dewan Reklasering Pusat. 3 Selama pembebasan masih dapat dicabut, maka atas perintah jaksa tempat dimana dia berada, orang yang dilapaskan bersyarat dapat ditahan guna menjaga ketertiban umum, jika ada sangkaan yang beralasan bahwa orang itu selama masa percobaan telah berbuat hal-hal yang melanggar syaratsyarat tersebut dalam surat pasnya. Jaksa harus segera memberitahukan penahanan itu kepada Menteri Kehakiman sekarang Menteri Hukum dan HAM. 4 Waktu penahanan paling lama enam puluh hari. Jika penahanan disusul dengan penghentian untuk sementara waktu atau pencabutan pembebasan bersyarat, maka orang itu dianggap meneruskan menjalani pidananya mulai dari masa tahanan. Pembebasan bersyarat hanya dapat diberikan kepada narapidana yang dihukum pidana penjara sementara, bukan kurungan. Ketika memberikan pembebasan bersyarat, ditentukan juga suatu masa percobaan, serta ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa percobaan tersebut. Penetapan pembebasan bersyarat diberikan oleh Menteri Hukum dan HAM apabila narapidana atau klien pemasyarakatan telah menjalani masa pidananya sesuai yang ditetapkan dalam pasal 15 KUHP. Lamanya menjalani pidana yang dimaksud adalah tidak termasuk lamanya masa penahanan sementara. Dalam artian bahwa lamanya penahanan sementara tidak dihitung dalam menentukan syarat 23 dua per tiga atau 9 Sembilan bulan tersebut, walaupun dalam putusan hakim selalu ditetapkan bahwa pidana yang dijatuhkan itu dipotong dengan masa tahanan sementara. R. Soesilo memberikan contoh sebagai berikut : 19 19 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP serta komentar- komentarnya lengkap pasal demi pasal. Bogor, Politea. Hlm. 47. Universitas Sumatera Utara 1. Orang yang dihukum penjara 9 bulan, meskipun telah menjalani 23 dua per tiga hukumannya 6 bulan, belum dapat dibebaskan dengan bersyarat, oleh karena belum memenuhi syarat minimum 9 bulan. 2. Orang yang dihukum 9 tahun penjara, jika telah menjalani hukuman selama 6 tahun, dapat diberikan pembebasan bersyarat, bila baik kelakuannya. Apabila orang misalnya setelah 1 tahun dibebaskan, kemudian melanggar perjanjian atau syarat-syarat yang telah ditentukan, ia harus menjalani lagi sisa hukumannya 3 tahun, jadi masa ia dalam kebebasan selama 1 tahun itu tidak dihitung sebagai masa hukuman. 3. Masa percobaan ditentukan satu tahun lebih lama dari sisa hukuman yang belum dijalani, jadi jika seseorang dipidana 9 tahun penjara, dan ia telah menjalani 23 dua per tiga hukumannyayaotu 6 tahun penjara, maka dalam hal ini lama masa percobaan adalah 9 – 6 + 1 = 4 Tahun. Pasal 15 a KUHP menentukan, bahwa pembebasan bersyarat diberikan dengan syarat umum bahwa terpidana tidak akan melakukan tindak pidana dan perbuatan lain yang tidak baik. Selain itu, juga boleh ditambahkan syarat- syarat khusus mengenai kelakuan terpidana, asal saja tidak mengurangi kemerdekaan beragama dan kemerdekaan berpolitik. Agar syarat-syarat ini terpenuhi, dapat diadakan pengawasan atau pembimbingan khusus yang semata-mata harus bertujuan memberikan bantuan kepada terpidana. 20 20 Mohamad Eka Putra, Abul Khair. Sistem Pidana di dalam KUHP dan Pengaturannya menurut konsep KUHP yang Baru. Medan, USU Press. Hlm. 122. Selama masa percobaan, syarat-syarat dapat diubah atau dihapus atau dapat diadakan syarat-syarat khusus yang baru, begitu juga dapat diadakan pengwasan khusus. Universitas Sumatera Utara Pengawasan khusus itu dapat diserahkan kepada orang lain atau pihak yang memiliki pengaruh disekitar klien pemasyarakatan. Selanjutnya ditentukan, bahwa orang yang mendapat pembebasan bersyarat diberi surat yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhinya.

C. Prosedur Pengusulan Pembebasan Bersyarat

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN KENDALA BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PEMBIMBINGAN TERHADAP KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MEMPEROLEH PEMBEBASAN BERSYARAT.

0 3 10

PENUTUP KENDALA BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PEMBIMBINGAN TERHADAP KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MEMPEROLEH PEMBEBASAN BERSYARAT.

0 2 5

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Peran Balai Pemasyarakatan Dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Di Balai Pemasyarakatan Klas Ii Pekalongan).

0 1 12

PENDAHULUAN Peran Balai Pemasyarakatan Dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Di Balai Pemasyarakatan Klas Ii Pekalongan).

0 1 15

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Peran Balai Pemasyarakatan Dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Di Balai Pemasyarakatan Klas Ii Pekalongan).

0 1 18

Peranan Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Pekalongan terhadap Klien Pembebasan Bersyarat dalam reintegrasi sosial.

0 0 2

Efektivitas Pembebasan Bersyarat Dalam Pembimbingan Klien Pemasyarakatan (Studi di Balai Pemasyarakatan Klas 1 Semarang).

0 0 2

BAB II PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT DALAM PEMBIMBINGAN BAPAS (Balai Pemasyarakatan) KELAS I MEDAN. A. Pembebasan Bersyarat - Pembebasan Bersyarat dan Tingkat Pelanggaran yang Dilakukan Klien Pemasyarakatan (Riset di Balai Pemasyarakatan Kelas I Medan)

0 0 46

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Pembebasan Bersyarat dan Tingkat Pelanggaran yang Dilakukan Klien Pemasyarakatan (Riset di Balai Pemasyarakatan Kelas I Medan)

0 0 25

PEMBIMBINGAN DAN PENGAWASAN REINTEGRASI KLIEN PEMASYARAKATAN OLEH BALAI PEMASYARAKATAN (STUDI DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS II MATARAM) - Repository UNRAM

0 0 18