Pengawasan khusus itu dapat diserahkan kepada orang lain atau pihak yang memiliki pengaruh disekitar klien pemasyarakatan. Selanjutnya ditentukan,
bahwa orang yang mendapat pembebasan bersyarat diberi surat yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhinya.
C. Prosedur Pengusulan Pembebasan Bersyarat
Mengenai tata cara atau lebih dikenal dengan prosedur pengusulan pembebasan bersyarat, KUHP tidak menjelaskan secara lengkap. Hal tersebut
dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 21 Tahun 2013 pada Pasal 55 sampai dengan 57. Tata cara pemberian
pembebasan bersyarat dilaksanakan melalui sistem informasi pemasyarakatan. Sistem informasi tersebut merupakan suatu sistem yang terintegrasi antara unit
pelaksana teknis pemasyarakatan, kantor wilayah, dengan Direktorat Jendral Pemasyarakatan.
Tahap awal dari upaya penerbitan surat keputusan adalah penyaringan oleh petugas lembaga pemasyarakatan terhadap warga binaan yang telah
memenuhi syarat untuk dapat mendapatkan pengajuan pembebasan bersyarat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Peristiwa Sembiring
S.H, menyatakan bahwa yang menjadi persyaratan pokok biasanya adalah apa yang tercantum dalam pasal 15 KUHP yaitu telah melewati minimal 23
masa pidananya atau sekurang-kurangnya 9 bulan dan telah dianggap berkelakuan baik berdasarkan hasil pengamatan petugas LAPAS maupun
Universitas Sumatera Utara
pegawai BAPAS Kelas I Medan.
21
Pada tahap sidang TPP yang diadakan oleh BAPAS Kelas I Medan bertujuan untuk memastikan mengenai hal-hal yang dianggap sangat vital
atau penting, seperti hal berikut ini : Dalam hal pengajuan permohonan
tersebut petugas LAPAS juga mengajukannya ke Kejaksaan Negeri yang terkait dengan warga binaan untuk dapat diketahui tentang kepastian ada
atau tidaknya perkara lain yang berkaitan dengan warga binaan yang dimohonkan tersebut.
Setelah mengajukan permohonan kepada pihak BAPAS Kelas I Medan, maka selanjutnya petugas BAPAS akan melakukan Penelitian
Kemasyarakatan LITMAS terkait dengan daftar warga binaan yang diajukandimohonkan, untuk dapat diketahui kondisi sebenarnya dari
lingkungan tempat tinggal setiap warga binaan tersebut. Jika ditemukan kejanggalan pada saat melakukan Penelitian Kemasyarakatan LITMAS,
maka ada kemungkinan permohonan pihak LAPAS akan di tolak sementara untuk dapat diperbaiki. Kemudian jika penelitian kemasyarakatan telah
selesai dilaksanakan maka dilanjutkan dengan sidang TPP Tim Pengamat Pemasyarakatan dari pihak BAPAS Kelas I Medan untuk melakukan
evaluasi dari hasil LITMAS dan dikaitkan dengan permohonan petugas LAPAS.
22
a. Keberadaan Penjamin Klien;
b. Kepastian Surat Jaminan yang minimal harus diketahui oleh pegawai
kelurahan;
21
Ibid.
22
Hasil wawancara dengan Ibu Peristiwa Sembiring S.H Pada tanggal 7 April 2015 di BAPAS Kelas I Medan.
Universitas Sumatera Utara
c. Kepastian alamat warga binaan.
Tahap selanjutnya jika sidang TPP menyimpulkan bahwa permohonan dari pihak LAPAS adalah “layak”, maka petugas BAPAS Kelas I Medan
mengirimkan balasan atas permohonan tersebut dengan subtansi persetujuan atau rekomendasi dari BAPAS Kelas I Medan ke LAPAS. Kemudian untuk
menanggapi surat rekomendasi tersebut, petugas LAPAS melakukan sidang TPP dengan mengundang pegawai BAPAS untuk ikut serta, dimana sidang
TPP ini berfungsi untuk membahas surat rekomendasi tersebut dan membicarakan langkah selanjutnya.
Setelah melakukan sidang TPP oleh LAPAS, maka dilanjutkan dengan mengajukan permohonan yang sudah dievaluasi dalam sidang sebelumnya
bersama pihak BAPAS Kelas I Medan, kepada Kantor Wilayah Menteri Hukum dan HAM. Kemudian untuk menindaklanjuti permohonan tersebut
pegawai di KanWIL juga mengadakan sidang TPP, dan jika berdasarkan hasil sidang tersebut dianggap layak maka akan teruskan kepada Dirjen
Pemasyaraktan. Sesampai di dalam kewenangan Dirjen Pemasyarakatan, permohonan tersebut juga akan dibawakan dalam sidang TPP, untuk
memeriksa kebenaran dan kelengkapan berkas permohonan tersebut, jika dianggap layak maka akan diterbitkan surat keputusan bebas bersyarat yang
disertai dengan surat tugas Pembimbing Kemasyarakatan tertanda tangan Menteri Hukum dan HAM. Setelah proses tersebut selesai, maka dilanjutkan
dengan tahap serah terima warga binaan menjadi klien pemasyarakatan dari petugas LAPAS kepada BAPAS Kelas I Medan dan Kejaksaan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Ibu Peristiwa Sembiring S.H. warga binaan setelah
Universitas Sumatera Utara
proses serah terima tersebut, tidak lagi disebut warga binaan tetapi sebagi Klien Pemasyarakatan.
23
D. Pembimbingan dalam Masa Pembebasan Bersyarat BAPAS Kelas I Medan