Klasifikasi Kemampuan Lahan Analisis Inkonsistensi Penggunaan Lahan terhadap Rencana Tata Ruang Kawasan dan Kemampuan Lahan (Studi Kasus Jabodetabek)

23 Keterangan: JBAR : Jakarta Barat BKS : Kab. Bekasi K.DPK : Kota Depok JPUS : Jakarta Pusat BGR : Kab. Bogor K.TGR : Kota Tangerang JSEL : Jakarta Selatan TGR : Kab. Tangerang K.TGRS : Kota Tangerang Selatan JTIM : Jakarta Timur K.BKS : Kota Bekasi JUTA : Jakarta Utara K.BGR : Kota Bogor Gambar 4. Grafik Sebaran Tipe Penggunaan Lahan Aktual Tahun 2010 di Jabodetabek

4.2. Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan yang dianalisis adalah klasifikasi kemampuan lahan dalam tingkat kelas dan sub kelas. Terdapat beberapa parameter yang digunakan dalam analisis yaitu kemiringan lereng, drainase tanah, tingkat erosi dan kepekaan erosi, tekstur tanah serta kedalaman tanah. Hasil analisis didapatkan kelas kemampuan lahan II sampai dengan kelas kemampuan lahan VIII di wilayah Jabodetabek. Urutan kelas mulai dari terendah sampai yang tertinggi banyak tersebar dari wilayah Jakarta ke arah Bogor. Terdapat beberapa sub kelas kemampuan lahan di wilayah Jabodetabek. Terdapat 3 sub kelas kemampuan lahan untuk kelas II, 7 sub kelas untuk kelas III, 5 sub kelas untuk kelas IV, dan masing-masing 1 sub kelas untuk kelas kemampuan lahan V, VI, VII dan kelas VIII. Pembatas dari kelas II, III adalah erosi, lereng, drainase, tekstur atau kedalaman tanah. Pada sub kelas IV tidak terdapat pembatas drainase. Pada sub kelas V pembatasnya adalah drainase dan lereng, sedangkan pada sub kelas VI, VII, dan VIII pembatas utamanya adalah lereng. Hasil analisis kemampuan lahan disajikan pada Gambar 5. Kemampuan lahan digunakan untuk menganalisis kesesuaian penggunaan lahan dikarenakan kelas dan sub kelas kemampuan lahan mampu memberikan informasi mengenai karakteristik fisik pembentuk lahan dimana gejala kerusakan fisiknya menjadi parameter dalam menilai lahan yang sudah dimanfaatkan. Fakta 24 yang banyak terjadi akibat penggunaan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan salah satunya kemampuan lahan diantaranya adalah adanya banjir yang terjadi di sebagian besar permukiman DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan banyaknya permukiman yang dibangun di daerah rawa-rawa atau daerah yang memiliki kondisi drainase yang buruk, yang sebenarnya tidak cocok atau tidak sesuai untuk permukiman, terjadinya longsor di area yang memiliki lereng yang curam yang digunakan untuk permukiman, pertanian, dan lain-lain. Gambar 5 . Peta Kemampuan Lahan Wilayah Jabodetabek Kelas kemampuan lahan II banyak tersebar di seluruh wilayah Jabodetabek kecuali Jakarta Utara. Kelas III hampir tersebar di semua wilayah Jabodetabek kecuali Kota Depok. Kelas kemampuan lahan IV hanya tersebar di Kabupaten dan Kota Bogor, serta di Kabupaten Bekasi. kelas kemampuan lahan IV ini banyak tersebar di wilayah Bogor dan Bekasi dikarenakan sebagian besar hasil analisis menunjukkan bahwa sub kelas kemampuan lahan IV mempunyai faktor pembatas kelerengan, sehingga kelas lahan IV ini banyak tersebar di wilayah dengan kelerengan yang agak bergelombang sampai berbukit. Kelas kemampuan lahan V banyak tersebar di Kabupaten Bekasi dan Tangerang, serta sebagian kecil berada di Jakarta Utara. Sub kelas kemampuan lahan V ini mempunyai faktor pembatas yang utama yaitu drainase. Kelas kemampuan VI hanya tersebar di Kabupaten Bogor dan Tangerang dan kelas VII pun hanya tersebar di Kabupaten Bogor dan Bekasi. Untuk kelas kemampuan lahan VIII 25 hanya tersebar di satu tempat yaitu di Kabupaten Bogor, dimana sebagian kecil di kabupaten ini merupakan kabupaten dengan kemiringan lereng yang sangat curam yaitu 65 sehingga area ini termasuk dalam kelas VIII Gambar 6. Gambar 6 . Grafik Sebaran Kelas Kemampuan Lahan di Setiap Kabupatenkota Tabel 5 . Luas Ha dan Proporsi Luas Kelas dan Sub kelas Kemampuan Lahan No Kelas Kemampuan Lahan Sub Kelas Kemampuan Lahan Luas Luas Total Ha Ha 1 II Iie 20.352,9 3,18 192.537,6 30,10 2 IIt, e, s 166.416,0 26,02 3 IIt, e, s, w 5.768,7 0,90 4 III IIIe 18.945,1 2,96 222.937,6 34,85 5 IIIe,s,w 11.217,7 1,75 6 IIIe,w 17.088,9 2,67 7 IIIs,w 19.124,9 2,99 8 IIIt 8.246,5 1,29 9 IIIt,e 20.622,2 3,22 10 IIIw 127.692,1 19,96 11 IV Ive 1,4 0,00 70.113,0 10,96 12 Ivt 67.712,3 10,59 13 IVt, e, s 893,0 0,14 14 IVt, s 928,0 0,15 15 IVt,e 578,3 0,09 16 V Vt, w 18.316,1 2,86 18.316,1 2,86 17 VI Vit 58.672,5 9,17 58.672,5 9,17 18 VII VIIt 74.957,8 11,72 74.957,8 11,72 19 VIII VIIIt 2.106,6 0,33 2.106,6 0,33 Grand Total 639.641,3 100,00 639.641,3 100,00 Sumber: Hasil analisis data spasial 26 Kelas kemampuan lahan terluas di Jabodetabek adalah kelas kemampuan lahan III dengan luas area 222.937,6 Ha atau 34,85 dari total luas Jabodetabek. Kelas kamampuan lahan dengan luasan terbesar kedua adalah kelas II yaitu sebesar 192.537,6 Ha atau 30,10. Kelas kemampuan lahan VIII merupakan kelas dengan luasan terendah yaitu sebesar 2.106,6 Ha 0,33. Luas dan proporsi masing-masing kelas dan sub kelas kemampuan lahan disajikan dalam Tabel 5. Sub kelas kemampuan lahan dengan luasan terbesar adalah sub kelas II dengan faktor pembatas kelerengan t, erosi e, kedalaman tanah dan tekstur tanah s IIt, e, s sebesar 26,02 dan sub kelas III dengan faktor pembatas drainase IIIw sebesar 19,96. Sub kelas IIt, e, s ini banyak tersebar di Kabupaten Bogor 6,21, Kabupaten Bekasi 2,81, dan Kota Depok 2,78. Sub kelas kemampuan ini dominan tersebar di wilayah yang landai atau berombak dengan hambatan ketiga faktor tersebut. Sedangkan sub kelas IIIw dominan tersebar di Kabupaten Bekasi 9,81, Kabupaten Tangerang 3,94, dan Jakarta Utara 1,93. Sub kelas ini tersebar di sebagian besar wilayah pesisir Pantai Utara dan di daerah rawa-rawa. Sub kelas IIIw ini dominan tersebar merata di wilayah Jabodetabek kecuali di Kota Bogor. Hal ini disebabkan sebagian besar tanah di Kota Bogor adalah tanah-tanah dengan pola drainase yang baik, sehingga jarang memiliki hambatan seperti draianase.

4.3. Peruntukan Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang