37 Kombinasi inkonsistensi ini banyak terjadi di wilayah Jabodetabek bagian Pesisir
Utara yaitu Kabupaten Bekasi, Kabupaten Tangerang, dan Jakarta Utara. Inkonsistensi terbesar kedua terjadi pada penggunaan lahan belukarsemak yang
terdapat pada peruntukan zona B-4HP dengan proporsi 26,69 terhadap luas lahan belukarsemak. Kombinasi inkonsistensi selengkapnya disajikan dalam
Lampiran 11.
Gambar 16 . Urutan 5 Besar Persentase Luas Inkonsistensi Penggunaanpenutupan Lahan terhadap
Peruntukan Lahan Menurut Tipe Penggunaanpenutupan Lahan Aktual
4.5. Ketidaksesuaian PenggunaanPenutupan Lahan Aktual terhadap
Kemampuan Lahan Wilayah Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat beberapa kombinasi
ketidaksesuaian antara penggunaanpenutupan lahan aktual dengan kemampuan lahan di wilayah Jabodetabek. Ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap
kemampuan lahan merupakan penggunaan lahan yang tidak memperhatikantidak sesuai terhadap kemampuan lahan yaitu yang terkait dengan aspek fisik lahan.
Penggunaanpenutupan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan sebesar 504.766,4 Ha 78,91 terhadap luas wilayah penelitian, sedangkan yang tidak
sesuai sebesar 134.874,9 Ha 21,09 dengan kombinasi ketidaksesuaian sebanyak 36 kombinasi Gambar 17. Kombinasi ketidaksesuaian terbesar terjadi
pada penggunaan lahan permukiman dengan sub kelas kemampuan lahan III dengan faktor pembatas drainase w sebesar 33.437,8 Ha atau 5,23. Kombinasi
ketidaksesuaian ini terbesar terjadi di Kabupaten Tangerang dimana sebagian wilayah dengan sub kelas kemampuan lahan IIIw ini banyak dimanfaatkan untuk
permukiman, padahal seharusnya tidak sesuai digunakan untuk permukiman karena lahan dengan kondisi ini akan sering terkena banjir dan cenderung
tergenang karena air sulit meresap kedalam tanah.
Kombinasi ketidaksesuaian
lain yang
cukup dominan
adalah penggunaanpenutupan lahan untuk sawah irigasi dengan sub kelas kemampuan
IV dengan faktor pembatas kemiringan lereng t dengan luasan mencapai
38 16.096,0 Ha atau 2,52, selanjutnya diikuti oleh penggunaanpenutupan lahan
permukiman dengan sub kelas kemampuan IVt, dan kebun dengan sub kelas kemampuan VIIt. Urutan kombinasi ketidaksesuaian penggunaanpenutupan lahan
terhadap kemampuan lahan wilayah Jabodetabek disajikan dalam Tabel 9.
Gambar 17 . Peta Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan Lahan Aktual terhadap Kemampuan
Lahan Jabodetabek
Tabel 9.
Urutan 10 Besar Luas Ha dan Proporsi Luas Kombinasi Ketidaksesuaian PenggunaanPenutupan Lahan Aktual terhadap Kemampuan Lahan
No Kombinasi Ketidaksesuaian
Luas Ketidaksesuaian Ha
1 IIIw--Permukiman 33.437,8
5,23 2 IVt--Sawah Irigasi
16.096,0 2,52
3 IVt--Permukiman 12.727,0
1,99 4 VIIt--Kebun
10.971,8 1,72
5 VIt--Sawah Tadah Hujan 9.136,3
1,43 6 VIt--Tanah LadangTegalan
7.618,9 1,19
7 VIIt--Sawah Tadah Hujan 6.300,4
0,98 8 IIIe--Permukiman
5.082,9 0,79
9 VIIt--Tanah LadangTegalan 4.495,1
0,70 10 VIt--Sawah Irigasi
4.403,5 0,69
39 Pada Gambar 18 telah ditunjukkan urutan 10 besar jumlah poligon
ketidaksesuaian terbanyak kombinasi dari penggunaanpenutupan lahan terhadap kemampuan lahan wilayah Jabodetabek. Jumlah poligon terbanyak terjadi pada
kombinasi penggunaanpenutupan lahan permukiman dengan subkelas IIIw sebesar 20.815 poligon. Hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 20.815
penggunaan lahan aktual permukiman yang tidak sesuai dengan sub kelas kemampuan IIIw. Banyaknya jumlah poligon kombinasi ketidaksesuaian ini
sejalan dengan luas ketidaksesuaiannya yang ditunjukkan pada Tabel 9.
Gambar 18 . Urutan 10 Besar Jumlah Poligon Terbanyak Kombinasi Ketidaksesuaian
PenggunaanPenutupan Lahan Aktual terhadap Kemampuan Lahan
Jumlah poligon
ketidaksesuaian yang
cukup dominan
adalah penggunaanpenutupan lahan permukiman dengan lahan kelas IVt sebanyak 7.010
poligon, diikuti permukiman lagi dengan sub kelas IIIs, w sebanyak 3.019 poligon. Permukiman sebagian besar memiliki jumlah poligon ketidaksesuaian
dengan urutan terbesar, hal ini diakibatkan banyaknya aktual perubahan penggunaan lahan permukiman yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya.
Kombinasi ketidaksesuaian antara permukiman dengan sub kelas kemampuan IIIw banyak terjadi di sebagian besar wilayah DKI Jakarta, misalnya Jakarta
Timur. Sebagaimana hasil wawancara di lapang yang dilakukan di Kelurahan Bukit Duri, Kecamatan Tebet, Jakarta Timur menunjukkan bahwa di kelurahan
tersebut sering terjadi banjir jika musim penghujan turun dan kejadian banjir ini pada umumnya terjadi di sebagian besar wilayah DKI Jakarta. Hal ini diakibatkan
sebagian wilayah DKI Jakarta tidak ada lagi area untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah sehingga berakibat terjadinya banjir. Selain hal tersebut, di sebagian
wilayah DKI Jakarta pada umumnya dulunya merupakan daerah rawa yang memang kondisi drainasenya kurang baik, sehingga memang di beberapa tempat
di DKI Jakarta ini tidak sesuai digunakan untuk permukiman.
Sementara pada Gambar 19 menunjukkan urutan 10 besar luas rata-rata poligon ketidaksesuaian penggunaanpenutupan lahan terhadap kemampuan lahan
40 di wilayah Jabodetabek. Luas rata-rata poligon ketidaksesuaian terbesar adalah
38,1 Ha yang terjadi pada kombinasi ketidaksesuaian belukarsemak dengan sub kelas VIIIt. Sebagaimana hasil di lapang, sub kelas kemampuan VIIIt banyak
digunakan untuk belukarsemak terutama di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. Kombinasi ketidaksesuaian ini kemungkinan besar diakibatkan karena
pada lahan tersebut yang seharusnya diperuntukkan menjadi kawasan lindung, namun pada aktualnya banyak dikonversi menjadi penggunaan non lindung,
sehingga akibat konversi lahan tersebut dimungkinkan banyak ditumbuhi oleh belukarsemak sebelum lahan ini digunakan lebih ekonomis bagi para pelaku
ekonomi yang mengkonversi lahan tersebut, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sandy 1975 bahwa belukarsemak merupakan vegetasi yang banyak tumbuh
akibat banyaknya hutan atau pohon-pohon yang banyak ditebangi atau akibat dari lahan yang belum termanfaatkan dengan optimal diberakan. Luas rata-rata
poligon
terbesar kedua
adalah kombinasi
ketidaksesuaian antara
penggunaanpenutupan lahan hutan dengan kemampuan lahan Vt, w sebesar 12,1 Ha, diikuti sawah irigasi dengan sub kelas IVt sebesar 7,4 Ha.
Gambar 19 . Urutan 10 Besar Luas Rata-rata Poligon Kombinasi Ketidaksesuaian
Penggunaanpenutupan Lahan Aktual terhadap Kemampuan Lahan Ha
Tabel 10
menunjukkan luas
kabupatenkota yang
mengalami ketidaksesuaian antara penggunaanpenutupan lahan terhadap kemampuan lahan
di wilayah Jabodetabek. Kabupatenkota dengan luas ketidaksesuaian terbesar adalah Kabupaten Bogor sebesar 71.984,5 Ha 11,25. Selanjutnya secara
berurutan wilayah dengan luas ketidaksesuaian terbesar adalah Kabupaten Bekasi sebesar 23.919,7 Ha atau 3,74, dan Kabupaten Tangerang dengan luas 13.832,9
Ha atau 2,16 dari luas Jabodetabek. Dari hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa ketiganya merupakan kabupaten dengan luas inkonsistensi
terbesar antara penggunaanpenutupan lahan terhadap RTR Kawasan. Akan tetapi jika dilihat dari luas setiap kabupatenkota, Jakarta Pusat merupakan wilayah yang
41 sebagian besar penggunaan lahan aktualnya mengalami ketidaksesuaian terbesar
yaitu sebesar 66,19 terhadap luas Jakarta Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Jakarta Pusat sebagian besar belum memperhatikan
kemampuan lahannya, sehingga banyak dilihat adanya permukiman kumuh, banjir yang terjadi di Jakarta Pusat tersebut. Jakarta Utara juga merupakan wilayah yang
mengalami ketidaksesuaian terbesar jika dilahat dari luasan kabupatenkota, hal ini dikarenakan sekitar 5.870,2 Ha 0,92 dari total wilayah Jabodetabek lahan
kelas III digunakan untuk permukiman yang seharusnya tidak sesuai untuk penggunaan tersebut.
Berdasarkan luas total wilayah Jabodetabek, Kabupaten Bogor merupakan kabupaten yang mengalami ketidaksesuaian terbesar. Hal ini dikarenakan di
kabupaten ini terdapat penggunaan kebun yang berada di lahan kelas VII sebesar 7.654,0 Ha 1,20. Lahan kelas VII ini tidak sesuai digunakan untuk kebun
dikarenakan akan berbahaya untuk kebun itu sendiri misalnya terkena erosi dan lain-lain. Selain hal tersebut, akan memerlukan biaya yang lebih mahal lagi dalam
pengelolaannya.
Tabel 10 . Luas Ha dan Proporsi Luas Kombinasi Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan
Lahan Aktual terhadap Kemampuan Lahan di Tiap Kabupatenkota di Jabodetabek
No Kabupatenkota
Luas Ketidaksesuaian
Ha Jabodetabek
Kabupaten kota
1 Jakarta Barat 5.017,3
0,78 42,86
2 Jakarta Pusat 3.057,4
0,48 66,19
3 Jakarta Selatan 540,5
0,08 3,98
4 Jakarta Timur 3.220,2
0,50 18,59
5 Jakarta Utara 6.326,7
0,99 47,72
6 Kabupaten Bekasi 23.919,7
3,74 19,84
7 Kabupaten Bogor 71.984,5
11,25 25,24
8 Kabupaten Tangerang 13.832,9
2,16 14,97
9 Kota Bekasi 2.482,2
0,39 12,84
10 Kota Bogor 1.818,0
0,28 22,30
11 Kota Depok 0,0
0,00 0,00
12 Kota Tangerang 2.584,7
0,40 14,63
13 Kota Tangerang Selatan 90,8
0,01 0,50
Luas Ketidaksesuaian 134.874,9
21,09
Jumlah poligon kombinasi ketidaksesuaian penggunaanpenutupan lahan dengan kemampuan lahan di setiap kabupatenkota di Jabodetabek ditunjukkan
pada Gambar 20. Poligon ketidaksesuaian terbanyak dominan terdapat di Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi dengan jumlah
poligon masing-masing 24.627, 8.244, dan 6.937 poligon. Banyaknya jumlah poligon ketidaksesuaian di ketiga kebupaten ini menggambarkan bahwa
penggunaan lahan aktual di ketiga kabupaten tersebut banyak yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya, salah satunya yaitu kemampuan
lahan. Hal ini jika dibiarkan terus menerus akan berdampak negatif pada wilayah tersebut. Besarnya jumlah poligon di ketiga kabupaten ini sejalan dengan luas
ketidaksesuaiannya yaitu terbesar diantara kabupatenkota yang lain di
42 Jabodetabek. Namun hal ini tidak berarti bahwa kabupatenkota lain semua
penggunaan aktualnya sesuai dengan kemampuan lahannya, akan tetapi penggunaan lahan aktual yang tidak sesuai relatif sedikit.
Gambar 20 . Jumlah Poligon Kombinasi Ketidaksesuaian PenggunaanPenutupan Lahan Aktual
terhadap Kemampuan Lahan di Setiap Kabupatenkota
Gambar 21 . Luas Rata-rata Poligon Kombinasi Ketidaksesuaian PenggunaanPenutupan Lahan
Aktual terhadap Kemampuan Lahan di Setiap Kabupatenkota Ha
Berdasarkan hasil analisis, luas rata-rata poligon ketidaksesuaian penggunaanpenutupan lahan terhadap kemampuan lahan sebagaimana disajikan
pada Gambar 21, diketahui bahwa Kabupaten Bekasi merupakan kabupaten dengan luas rata-rata poligon kombinasi ketidaksesuaian terbesar dengan luas 3,4
43 Ha, diikuti Kabupaten Bogor sebesar 2,9 Ha, dan Kota Bogor dengan luas rata-
rata poligon 2,3 Ha. Luas terbesar rata-rata setiap poligon ini tidak sebanding dengan jumlah poligon dan ketidaksesuaiannya. Hal ini dikarenakan banyaknya
jumlah poligon tidak berbanding lurus dengan luas poligon. Selain hal tersebut, Kota Bogor memiliki jumlah poligon dalam arti jumlah aktual perubahan
penggunaan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan cukup rendah, namun luas ketidaksesuaiannya cukup besar 1.818,0 Ha sehingga luas rata-rata
ketidaksesuaian setiap poligon cukup besar bila dibandingkan dengan Kabupaten Tangerang yang hanya 1,7 Ha.
4.5.1. Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan Lahan Aktual terhadap
Kemampuan Lahan Menurut Kelas Kemampuan Lahan Wilayah
Berdasarkan kelas kemampuan lahan Jabodetabek, luas ketidaksesuaian terbesar antara penggunaan lahan aktual terhadap kemampuan lahan terjadi pada
kelas III sebesar 52.944,7 Ha atau 39,25 terhadap total luas ketidaksesuaian. Hasil ini juga sejalan dengan hasil analisis yaitu ketidaksesuaian terbesar terjadi
pada lahan kelas III dengan faktor pembatas drainase w. Selanjutnya sebesar 29.527,3 Ha atau 21,89 terhadap luas ketidaksesuaian yang terjadi pada lahan
kelas IV Gambar 22a dan b. Lahan kelas IV banyak mengalami ketidaksesuaian terutama pada lahan-lahan yang memiliki kelerengan yang agak curam.
a Luas Ketidaksesuaian penggunaan Lahan menurut Kelas Kemampuan Lahan Ha b Proporsi Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan menurut Kelas Kemampuan Lahan
Gambar 22. Luas Ha dan Proporsi Luas Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan Lahan
terhadap Kemampuan Lahan Menurut Klasifikasi Kemampuan Lahan
Grafik yang ditunjukkan pada Gambar 23 merupakan kombinasi ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap kemampuan lahan menurut klasifikasi
kemampuan lahan dengan ketidaksesuaian terbesar yaitu kombinasi kelas VIII dengan penggunaan lahan aktual belukarsemak sebesar 83,20 terhadap lahan
kelas VIII. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya penggunaan lahan aktual yang tidak memperhatikan aspek fisik lingkungan khususnya kesesuaian karakteristik
a b
44 lahannya. Kombinasi ketidaksesuaian yang cukup berpengaruh adalah
kemampuan lahan III yang digunakan untuk permukiman sebesar 23,75 terhadap luas lahan kelas III. Kombinasi dan luas ketidaksesuaian menurut kelas
kemampuan lahan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 12.
Gambar 23.
Urutan 5 Besar Persentase Luas Kombinasi Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan lahan Aktual terhadap Kemampuan Lahan Menurut Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan
4.5.2. Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan Lahan Aktual terhadap
Kemampuan Lahan Menurut Tipe Penggunaanpenutupan Lahan Aktual
Gambar 24 menunjukkan bahwa luas ketidaksesuaian terbesar terjadi pada
penggunaanpenutupan lahan untuk permukiman dengan luas 70.211,6 Ha atau 52,06 dari total luas ketidaksesuaian. Hal ini menunjukkan banyaknya
permukiman yang tidak lagi memperhatikan daya dukung lingkungannya, sehingga sering terjadi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukiman
diakibatkan oleh beberapa bencana akibat tidak memperhatikan daya dukung lingkungannya seperti banyaknya permukiman yang terkena longsor yang
diakibatkan permukiman tersebut terdapat pada lereng yang curam contoh, permukiman yang sering terkena banjir diakibatkan permukiman tersebut berada
di daerah rawa-rawa. Ketidaksesuaian terbesar selanjutnya terjadi pada penggunaan sawah irigasi sebesar 21.162,5 Ha atau 15,69 dari total luas
ketidaksesuaian.
45
a
Luas Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan Lahan menurut Penggunaanpenutupan Lahan Aktual Ha b
Proporsi Luas Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan Lahan menurut Penggunaanpenutupan Lahan Aktual
Gambar 24. Luas Ha dan Proporsi Luas Ketidaksesuaian Penggunaanpenutupan Lahan
terhadap Kemampuan Lahan Menurut Tipe Penggunaanpenutupan Lahan
Gambar 25. Urutan 5 Besar Persentase Luas Ketidaksesuaian antara Penggunaanpenutupan
Lahan Aktual terhadap Kelas Kemampuan Lahan Menurut Tipe Penggunaanpenutupan Lahan Aktual
Luas dan kombinasi ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap kemampuan lahan menurut tipe penggunaan lahan disajikan dalam Lampiran 13.
Berdasakan urutan 5 besar kombinasi ketidaksesuaian, kombinasi antara penggunaan permukiman dan kelas III merupakan kombinasi ketidaksesuaian
terbesar dengan luas 33,57 dari total luas permukiman Gambar 25. Selanjutnya yaitu kombinasi penggunaan sawah tadah hujan dengan lahan kelas
VI sebesar 20,19 terhadap luas penggunaan sawah tadah hujan, diikuti
a b
46 penggunaan tanah ladangtegalan yang terdapat pada lahan kelas VI sebesar
14,17. Ketidaksesuaian ini banyak terjadi pada lereng yang agak curam sampai curam sehingga jika digunakan untuk sawah tadah hujan maupun tanah
ladangtegalan dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Banyaknya ketidaksesuaian penggunaan permukiman terhadap kemampuan lahannya diakibatkan adanya
peningkatan penggunaan lahan terutama penggunaan non pertanian akibat peningkatan jumlah penduduk sehingga banyak lahan-lahan produktif yang
seharusnya digunakan untuk area pertanian, dikonversi menjadi permukiman.
4.6. Ketidaksesuaian Peruntukan Lahan Rencana Tata Ruang RTR