18
Tabel 3 . Luas Ha dan Proporsi Luas Kabupaten dan Kota di Wilayah Jabodetabek
No Kabupatenkota
Luas Luas Total
Ha Ha
1 Jakarta Barat
11.705,7 1,83
60.481,7 9,46
2 Jakarta Pusat
4.618,7 0,72
3 Jakarta Selatan
13.578,6 2,12
4 Jakarta Timur
17.320,3 2,71
5 Jakarta Utara
13.258,4 2,07
6 Kabupaten Bogor
285.153,3 44,58
293.307,3 45,85
7 Kota Bogor
8.154,1 1,27
8 Kota Depok
17.784,2 2,78
17.784,2 2,78
9 Kabupaten Tangerang
92.410,6 14,45
128.141,7 20,03
10 Kota Tangerang
17.667,3 2,76
11 Kota Tangerang Selatan
18.063,8 2,82
12 Kabupaten Bekasi
120.590,9 18,85
139.926,4 21,88
13 Kota Bekasi
19.335,5 3,02
Luas Total 639.641,3
100,00 639.641,3
100,00
Sumber: Hasil analisis data spasial yang diagregasikan berdasarkan data BPS 2011
3.2. Iklim
Lokasi Jabodetabek terletak pada ketinggian 25 hingga lebih dari 200 mdpl, bertopografi datar sampai sangat curam. Sebagian besar wilayah
Jabodetabek terletak pada kemiringan lereng 0 sampai lebih dari 65. Curah hujan rata-rata di lokasi penelitian antara 1500 - lebih dari 5000 mmtahun dengan
curah hujan terbesar terdapat di Bogor. Curah hujan terendah tersebar di sebagian wilayah Bekasi, Jakarta, dan Tangerang. Berdasarkan curah hujan yang ada,
terdapat bulan basah dan bulan kering. Sebagian besar tipe iklim yang berada di lokasi penelitian menurut Klasifikasi iklim Oldeman yaitu iklim A, B, C, dan D.
3.3. Geologi dan Geomorfologi
Formasi batuan yang tersebar di wilayah Jabodetabek adalah batuan alluvial, batuan volkan dan batuan sedimen. Geologi yang tersebar luas di
Jabodetabek adalah pleistocene volkanic facies dengan luasan sebesar 196.105,5 Ha atau 30,66 dari total luas wilayah Jabodetabek. Geologi paling sedikit yang
menyusun wilayah Jabodetabek adalah pleistocene sedimentary facies dengan luas sebesar 1.245,8 Ha atau dengan proporsi sebesar 0,19.
Kawasan Jabodetabek merupakan kawasan yang dibagi menjadi tiga kategori bentuk lahan yang disesuaikan dengan kondisi ekosistemnya. Bentuk-
bentuk lahan tersebut adalah kawasan pesisir, kawasan dataran, dan kawasan perbukitan. Ketiga bentuk lahan tersebut terbagi berdasarkan pada ketinggian
lahan di atas permukaan laut. Kawasan pesisir mempunyai topografi yang landai dan elevasi yang rendah. Kawasan ini terdapat hampir di sepanjang Pantai Utara
Jabodetabek, baik Tangerang, Bekasi, dan DKI Jakarta. Kawasan dataran adalah kawasan yang memiliki ketinggian antara 25-200 meter dpl dan memiliki
topografi bergelombang. Kawasan ini terdiri dari Kabupaten dan Kota Tangerang,
19 Kota Tangerang Selatan, Kota Depok dan sebagian wilayah Kabupaten dan Kota
Bekasi, sedangkan kawasan perbukitan adalah kawasan dengan ketinggian di atas 200 meter dpl dengan topografi berbukit sampai dengan sangat curam seluruh
wilayah Bogor.
Setiap kawasan dengan ekosistem yang berbeda akan memiliki geologi yang berbeda pula. Kawasan pesisir didominasi oleh geologi dengan tipe
alluvium. Kawasan dataran didominasi oleh Pleistocene volcanic facies dan kawasan perbukitan didominasi oleh material vulkanik muda.
3.4. Tanah
Tanah-tanah yang terbentuk di Jabodetabek pada umumnya berasal dari bahan induk abu volkan dan batuan piroklastik. Jenis tanah yang tersebar di lokasi
penelitian diantaranya adalah jenis tanah alluvial, andosol, tanah kelabu, tanah podsolik, tanah latosol, regosol, dan tanah renzina, serta asosiasi dan komplek dari
jenis tanah yang ada. Tanah-tanah tersebut tersebar kurang merata di wilayah Jabodetabek. Jenis tanah yang paling banyak ditemukan diwilayah Jabodetabek
adalah jenis tanah kompleks latosol merah kekuningan, latosol coklat, podzolik dengan proporsi luas sebesar 15,28 dari luas total Jabodetabek atau sebesar
97.722,0 Ha. Tanah dengan sebaran terbesar kedua di Jabodetabek adalah jenis tanah asosiasi antara jenis tanah latosol merah dan latosol coklat kemerahan
dengan luas sebesar 90.550,8 Ha atau 14,16. Jenis tanah regosol coklat merupakan jenis tanah yang sangat sedikit ditemukan di wilayah Jabodetabek
dengan luas sebesar 0,6 Ha atau 0,00.
20
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. PenggunaanPenutupan Lahan Aktual Jabodetabek Tahun 2010
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat 11 tipe penggunaanpenutupan lahan wilayah Jabodetabek tahun 2010 yaitu penggunaan
lahan untuk permukiman, hutan, badan air, empang, sawah irigasi, sawah tadah hujan, tanah ladangtegalan, belukarsemak, kebun, rawamangrove, dan rumput
Gambar 3. Penggunaan lahan aktual dominan adalah penggunaan lahan sawah irigasi dengan luas sebesar 169.156,5 Ha 26,45, selanjutnya adalah
penggunaan lahan permukiman dimana luasannya sekitar 157.728,5 Ha 24,66. Sementara penggunaan lahan aktual yang relatif sedikit adalah penggunaan
rawamangrove sebesar 1.571,0 Ha 0,25 Tabel 4.
Gambar 3 . Peta Penggunaan Lahan Jabodetabek Tahun 2010
Gambar 4 menunjukkan sebaran setiap jenis penggunaan lahan pada masing-masing kabupatenkota di Jabodetabek. Penggunaan sawah irigasi banyak
tersebar di sebagian besar Kabupaten Bekasi yaitu seluas 76.384,5 Ha atau 11,94 dari total luas Jabodetabek, Kabupaten Tangerang 46.237,8 Ha atau
7,23, dan Kabupaten Bogor 31.501,3 Ha atau 4,92, sisanya menyebar merata diseluruh wilayah Jabodetabek dengan proporsi yang rendah. Sawah
irigasi banyak tersebar di wilayah Bekasi dan Tangerang dikarenakan wilayah-
22 wilayah tersebut berdekatan dengan daerah yang terkenal dengan lumbung padi
Jawa Barat seperti Karawang, Purwakarta, dan Cianjur Agrisantika 2007. Selain hal tersebut, di ketiga wilayah ini terutama di Kabupaten Bogor dan Bekasi
banyak terdapat badan air seperti sungai besar yang mengalir merata di daerah tersebut.
Penggunaan lahan terluas kedua yaitu penggunaan lahan untuk permukiman yang dominan tersebar merata di DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan
Kota Depok, dan permukiman merupakan penggunaan lahan yang dominan terbesar di sebagian besar kabupatenkota di Jabodetabek bila dibandingkan
dengan penggunaan yang lain. Lahan yang digunakan untuk permukiman di DKI Jakarta sebesar 39.629,5 Ha 6,20. Permukiman terluas kedua yaitu di
Kabupaten Bogor dengan luasan sebesar 34.762,1 Ha atau 5,43.
Penggunaan lahan rawamangrove hanya tersebar di sebagian besar Kabupaten Bekasi dan sebagian kecil tersebar di wilayah Tangerang, Kabupaten
Bogor,dan DKI Jakarta. Rawamangrove menyebar di wilayah DKI Jakarta dikarenakan DKI Jakarta merupakan wilayah yang dulunya masih terdapat banyak
rawa-rawa atau hutan mangrove. Rawamangrove luasannya semakin berkurang dikarenakan adanya konversi lahan rawamangrove menjadi permukiman dan
penggunaan yang lain.
Tabel 4 .
Penggunaan Lahan Aktual Tahun 2010 di Jabodetabek dengan Luas Ha dan Proporsinya
No Penggunaan
Lahan Deskripsi Penggunaan Lahan
Luas Ha
1 Badan Air
Semua kenampakan perairan, termasuk sungai, laut, waduk, terumbu karang, dan padang lamun
5.781,2 0,90
2 BelukarSemak
Lahan kering yang ditumbuhi vegetasi alami heterogen dan homogeny dengan kerapatan jarang hingga rapat,
didominasi vegetasi rendah alami 45.744,6
7,15 3
Empang Aktivitas untuk perikanan atau penggaraman yang
tampak dengan pola pematang di sekitar panatai 13.330,4
2,08 4
Hutan Hutan lahan kering, primer atau sekunder
34.181,2 5,34
5 Kebun
Terdiri dari perkebunan dan perkebunan campuran 77.651,9
12,14 6
Permukiman Terdiri dari permukiman, lahan terbangun, dan
bangunan industry
157.728,5 24,66
7 RawaMangrove
Lahan basah yang tergenang oleh air tawar dan payau secara permanen yang dominan ditumbuhi hutan bakau
atau mangrove 1.571,0
0,25 8
Rumput Areal terbuka didominasi beragam jenis rumput
heterogen 35.490,6
5,55 9
Sawah Irigasi Sawah yang diusahakan dengan pengairan dari irigasi
169.156,5 26,45
10 Sawah Tadah
Hujan Sawah yang diusahakan dengan pengairan dari air hujan
45.253,6 7,07
11 Tanah
LadangTegalan Tanah lahan kering yang ditanami tanaman semusim
53.751,8 8,40
Grand Total 639.641,3
100,00
Sumber: Hasil analisis citra satelit landsat ETM, 2010
23
Keterangan: JBAR
: Jakarta Barat BKS
: Kab. Bekasi
K.DPK : Kota Depok
JPUS : Jakarta Pusat
BGR :
Kab. Bogor K.TGR
: Kota Tangerang JSEL
: Jakarta Selatan TGR
: Kab. Tangerang
K.TGRS : Kota Tangerang Selatan
JTIM : Jakarta Timur
K.BKS :
Kota Bekasi JUTA
: Jakarta Utara K.BGR
: Kota Bogor
Gambar 4. Grafik Sebaran Tipe Penggunaan Lahan Aktual Tahun 2010 di Jabodetabek
4.2. Klasifikasi Kemampuan Lahan