hubungannya dengan pengembangan karir mereka di masa yang akan datang. Mereka merasakan bahwa ketika skill kompetensi mereka semakin baik, maka
karir mereka juga akan ikut naik karena perusahaan menganggap mereka telah memiliki keahlian sesuai jabatan yang dikehendaki sehingga akan berdampak
kepada promosi yang mereka terima. Nilai rataan terkecil berdasarkan persepsi pegawai adalah mengenai pendidikan pelatihan didukung oleh sarana
penunjang yang memadai. Dengan nilai skor rataan sebesar 3,73 menunjukkan bahwa pelaksanaan program pendidikan pelatihan tidak sepenuhnya berjalan
dengan baik khususnya sarana penunjang program tersebut yang kurang memadai atau kurang mencukupi.
Dari hasil penelitian mengenai pendidikan pelatihan, diperoleh nilai rataan keseluruhan sebesar 4,08 atau dengan persepsi baikmenyetujui. Dapat
disimpulkan bahwa secara umum pendidikan pelatihan yang diadakan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik, namun perlu ditingkatkan lagi
terutama pada aspek sarana penunjang pendidikan pelatihan.
4.4.3 Analisis Structural Equation Modelling dengan Partial Least
SquarePLS Pada penelitian ini, teknik analisis data menggunakan model struktur
berjenjang Structural Equation Modelling SEM yang dioperasikan melalui program Partial Least Square PLS. Menurut Ghozali 2008, PLS merupakan
pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Pada SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji
kualitasteori, sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. Pengaruh penerapan internal marketing terhadap kepuasan kerja pegawai kantor pusat PT BSM dapat
diketahui dengan menggunakan metode SEM yang terdiri dari variabel laten internal marketing dan variabel laten kepuasan kerja pegawai. Pada bab hasil dan
pembahasan ini, terlebih dahulu akan dijelaskan hasil pengolahan data dengan menggunakan software SmartPLS, selanjutnya akan dibahas lebih lanjut
pembahasan dan interpretasi hasil penelitian. a.
Evaluasi Model Pengukuran Outer model Model pengukuran dalam PLS dapat disebut juga outer model. Outer model
mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan konstruknya.
Evaluasi model pengukuran ini terdiri uji validitas, reliabilitas, serta signifikansi indikator dan konstruk yang terlibat.
1. Validitas outer model
Pengujian validitas outer model dilakukan dengan melihat nilai loading factor. Nilai loading factor ini juga digunakan untuk mengukur validitas
kuesioner sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai faktor loading yang dipersyaratkan adalah 0,5. Convergent validity mengukur korelasi
antara item pernyataan dengan konstruk penelitian, dikatakan berkorelasi jika lebih besar dari 0.7 dari konstruk yang ingin diukur. Namun, untuk penelitian
tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai faktor loading 0,5-0,6 dianggap cukup. Hasil output grafis model pengukuran awal dapat dilihat pada
Gambar7.
Gambar 7. Model awal pengaruh internal marketing terhadap kepuasan kerja pegawai
Berdasarkan model pengukuran awal pada gambar 8, terdapat indikator yang tidak valid karena 0,5 yaitu pada indikator K1 dan K5. Sehingga dilakukan
estimasi ulang model pengukuran dengan menghilangkan indikator yang tidak valid tersebut. Nilai loading factor yang tidak memenuhi persyaratan seperti
indikator K1 dan K5 mengindikasikan bahwa indikator tersebut tidak berkorelasi terhadap
konstruknya. K1
sebagai indikator
bahwa atasan
selalu menginformasikan kepada pegawai sebelum kebijakan dieksekusi tidak
berkorelasi terhadap konstruk komunikasi dalam penelitian. Begitu pula K5 sebagai indikator bahwa pegawai rutin memberitahukan kepada atasannya
mengenai pekerjaan yang sedang berlangsung tidak berkorelasi terhadap konstruk komunikasi. Model pengukuran setelah estimasi dapat dilihat pada Gambar8 di
bawah ini.
Gambar 8. Model Pengaruh Internal Marketing Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Setelah Diestimasi Ulang
Berdasarkan gambar 7 dan 8, terdapat dua indikator dengan loading factor 0,5 yaitu indikator K1 dan K5 telah dikeluarkan dari model setelah dilakukan
estimasi ulang. Tidak berkorelasinya kedua indikator tersebut disebabkan karena pernyataan dalam kuesioner tersebut tidak mencerminkan dari indikator yang akan
diukur sehingga tidak memenuhi uji validitas konstruk. Setelah hasil estimasi ulang, dapat disimpulkan convergent validity dari kelompok konstruk eksogen dan
endogen adalah valid. Untuk lebih jelasnya mengetahui nilai loading factor
sebelum dan setelah re-estimasi pada kedua Gambar 7 dan 8, dapat diterangkan pada Lampiran 2.
2. Reliabilitas Outer model
Tahapan selanjutnya adalah pengujian reliabilitas outer model dengan melihat nilai Average Variance Extract AVE dan Composite Reliability CR.
Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk latennya. Composite reliability dapat
dikatakan baik, apabila memiliki CR 0,7. Sedangkan nilai AVE dikatakan baik jika nilai AVE 0,5 Ghazali, 2009. Data AVE dan CR hasil pengukuran
disajikan pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Nilai Average Variance Extract AVEdan Composite Reliability CR
Konstruk Eksogen AVE
CR Motivasi
0,645 0,935
Pemberdayaan 0,726
0,905 Komunikasi
0,706 0,904
Pendidikan Pelatihan 0,641
0,946 Pekerjaan
0,700 0,921
Imbalan 0,560
0,788 Tempat Kerja
0,817 0,899
Mitra Kerja 0,614
0,862
Hasil uji pada Tabel 14 menunjukkan bahwa semua indikator dikatakan reliabel dalam menyusun konstruknya. Reliabilitas juga menyatakan pernyataan
responden dalam kuesioner sebagai alat ukur. Setelah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dengan software SmartPLS, maka data yang digunakan
dalam penelitian ini sudah valid dan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.
3. Signifikansi Outer model
Pengujian berikutnya yang ketiga adalah pengujian signifikansi outer model. Dalam suatu model penelitian perlu dilakukan pengujian tingkat signifikansi antar
konstruk dalam model penelitian tersebut. Hubungan antar konstruk yang signifikan ditunjukkan dengan nilai t-statistik t-value lebih besar dari t-tabel t-
tabel = 1,96, α = 0,05. Signifikansi outer model dapat diketahui setelah melakukan bootstraping. Bootsrapping atau jacknifing adalah teknik untuk
mendapatkan nilai t-statistik guna menguji apakah hubungan antar variabel laten
signifikan atau tidak signifikan. Hasil setelah bootstraping dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Uji signifikansi outer model Berdasarkan Gambar 9, semua indikator terlihat signifikan terhadap
konstruknya karena nilai t-statistik t-tabel 1,96. Untuk lebih jelasnya hasil bootsrapping outer model dapat dilihat pada lampiran 2.
b. Evaluasi Model Struktural Inner Model
Setelah dilakukan pengujian model pengukuran, selanjutnya dilakukan evaluasi model struktural untuk melihat kecocokan antar konstruk dalam model
struktural. Model struktural di evaluasi dengan menggunakannilai t-values untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural dan nilai R-Square untuk
konstruk dependen. Semakin tinggi nilai R-Square berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian.
1. Hubungan konstruk eksogen dengan konstruk endogen
Pengujian inner model yang pertama dilakukan dapat dilihat melalui uji t statistik. Apabila t-statistic t-table t-
tabel = 1,96, α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa konstruk eksogen berpengaruh terhadap konstruk endogen.
Hasil pengolahan mengenai hubungan antara konstruk eksogen dengan konstruk endogen dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Nilai Signifikansi Inner Model
Original Sample
O Sample
Mean M
Standard Deviation
STDEV Standard
Error STERR
T Statistics |OSTERR|
IM - motivasi 0.848581
0.846670 0.021844
0.021844 38.847810
IM - pemberdayaan 0.864192
0.865530 0.018217 0.018217
47,439531 IM - komunikasi
0.822149 0.823737
0.021531 0.021531
38,183976 IM - DIKLAT
0.863695 0.860904
0.017536 0.017536
49,253776 KK - pekerjaan
0.918916 0.918020
0.012238 0.012238
75,084461 KK - imbalan
0.805622 0.807952
0.024207 0.024207
33,280673 KK - tempat
0.640150 0.643410
0.037421 0.037421
17,106919 KK - mitra kerja
0.729750 0.734271
0.029004 0.029004
25,160375 IM - KK
0.827766 0.831073
0.024108 0.024108
34,336043
Berdasarkan Tabel15, semua nilai t-statistik t-tabel, menunjukkan bahwa semua indikator telah signifikan terhadap konstruknya. Hasil analisis dari
konstruk internal marketing dan kepuasan kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: a
Analisis Konstruk Internal Marketing Dalam penelitian ini internal marketing diukur dengan empat konstruk
eksogen, yaitu motivasi, pemberdayaan, komunikasi, serta pendidikan pelatihan diklat. Tiap-tiap konstruk tersebut dijelaskan oleh masing-masing indikatornya.
Motivasi dijelaskan melalui 8 indikator yaitu M1-M8, pemberdayaan dijelaskan melalui 5 indikator yaitu P1-P5, komunikasi dijelaskan oleh 6 indikator yaitu K1-
K6, pendidikan pelatihan dijelaskan oleh 10 indikator yaitu PP1-PP10. Berdasarkan pengolahan data, keempat konstruk eksogen tersebut memiliki
hubungan yang signifikan dan berpengaruh terhadap konstruk endogennya yaitu internal marketing dengan nilai t-statistik untuk motivasi sebesar 38,847
pemberdayaan sebesar 47,439 komunikasi sebesar 38,183 serta pendidikan pelatihan sebesar 49,253. Hasil evaluasi model struktural untuk keempat konstruk
tersebut signifikan mengukur konstruk internal marketing. Kontributor konstruk eksogen yang paling berpengaruhsignifikanpada
internal marketing BSM adalah pendidikan dan pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pemberian program pendidikan dan pelatihan oleh
perusahaan akan berdampak baik pula terhadap penerapan internal marketing di BSM. Dengan pendidikan dan pelatihan, para pegawai akan memiliki
pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap sehingga pegawai semakin terampil
dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik dan sesuai dengan standar kerja.
Kontributor tertinggi berikutnya adalah pemberdayaan. Hal ini menunjukkan pelibatan atau pemberdayaan pegawai terhadap suatu aktivitaskegiatan tertentu
baik yang bersifat pekerjaan atau suatu kegiatan perusahaan, dilibatkan untuk bersama-sama memahami apa yang sedang terjadi akan menjadikan mereka
bangga dan bernilai bagi perusahaan. Kontributor internal marketing berikutnya adalah motivasi. Motivasi
merupakan dasar dari kemauan untuk melakukan segala sesuatu pekerjaan yang merupakan dorongan atau keinginan pada diri seorang pegawai untuk dalam
mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi yang dimaksud dapat berupa kompensasi, benefit, penghargaan, jaminan hari tua, dan imbalan-imbalan lainnya
yang diberikan oleh perusahaan kepada para pegawainya. Hal ini berarti bahwa pemberian motivasi tersebut dengan baik akan mampu menciptakan penerapan
nternal marketing dengan lebih baik lagi. Kontributor internal marketing berikutnya adalah komunikasi. Komunikasi
yang baik mampu menciptakan lingkungan organisasi dengan baik pula. Proses komunikasi dapat berupa pemberian informasi, arahan, kebijakan, interaksi hingga
pemberian saran yang relevan, baik dari atasan kepada bawahan, kepada sesama atasan, kepada sesama bawahan, maupun dari bawahan kepada atasan.
Komunikasi yang tercipta dengan baik tersebut akan menciptakan proses internal marketing dengan semakin baik pula.
b Analisis Konstruk Kepuasan Kerja
Dalam penelitian ini kepuasan kerja dihubungkan dengan empat konstruk eksogen yaitu pekerjaan, imbalan, tempat kerja, dan mitra kerja. Berdasarkan hasil
pengolahan data inner model, keempat konstruk eksogen memiliki hubungan yang signifikan dan berpengaruh terhadap konstruk endogennya yaitu kepuasan kerja.
Nilai statistik untuk konstruk pekerjaan adalah 75,084 imbalan adalah 33,281tempat adalah 17,107 dan mitra kerja adalah 25,160. nilai-nilai tersebut
lebih besar dari 1,96 yang berarti bahwa adanya hubungan yang signifikan sebagaimana dijelaskan di atas.
Berdasarkan nilai t-statistik tersebut, konstruk pekerjaan memiliki nilai paling besar dibandingkan konstruk kepuasan kerja lainnya. Kepuasan kerja sebagai
komponen penting dalam tercapaianya tujuan perusahaan perlu mendapat perhatian yang besar dari manajemen. Kegagalan dalam memenuhimenciptakan
kepuasan kerja pegawai dapat menjadi titik balik kemunduran bagi perusahaan. Pekerjaan sebagai salah satu indikator kepuasan kerja yang memberikan pengaruh
paling besar perlu terus lebih ditingkatkan terhadap perlakuan yang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab yang dibebankan, memberikan tugas sesuai
jabatan keahlian, menjadikan pegawai sebagai bagian terpenting dan berarti bagi perusahaan, selain itu perlu juga menciptakan situasi kerja yang kondusif
baik dari segi imbalan, rekan kerjamitra kerja, dan tempat bekerja pegawai tersebut.
2. Hubungan antar konstruk endogen
Pengujian inner model yang kedua dilakukanuntuk menganalisis bagaimana suatu konstruk endogen dapat menjelaskanmempengaruhi konstruk endogen
lainnya. Oleh karena itu pada pengujian ini terdiri atas dua tahap pengujian, yakni sebagai berikut:
a Pengujian pengaruh konstruk endogen internal marketing terhadap konstruk
endogen kepuasan kerja Hasil Bootsrapping pengaruh internal marketing terhadap kepuasan kerja
dijelaskan pada Tabel 16. Tabel 16. Pengaruh Internal Marketing terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan Tabel16, pengaruh internal marketing terhadap kepuasan kerja diketahui memiliki nilai koefisien parameter original sample sebesar 0,827. Hal
ini menunjukkan terdapat pengaruh hubungan yang positif antara internal marketing terhadap kepuasan kerja pegawai. Hal ini dapat berarti bahwa, semakin
efektif penerapan internal marketing, maka akan semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan oleh pegawai. Dengan t-statistik sebesar 34,336 lebih besar dari t-
tabel=1,96, artinya internal marketing berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.
Konstruk Original
Sample O Sample
Mean M Standard Deviation
STDEV Standard Error
STERR T Statistics
|OSTERR| IM - KK
0.827766 0.831073
0.024108 0.024108
34.336.043
b Pengujian kedekatan hubungan pengaruh konstruk endogen internal
marketing dengan konstruk kepuasan kerja. Pengujian berikutnya dengan mengamati nilai R-Square. Berdasarkan
pengolahan data, nilai R-Square ditunjukkan pada Tabel 17. Tabel 17. Hubungan antar konstruk
Hubungan R-Square
Internal marketing Kepuasan Kerja 0,685197
Berdasarkan nilai R-Square yang ditunjukkan pada Tabel 17, dapat diketahui bahwa derajat kedekatan antar konstruk dalam model penelitian ini sebesar 0.6851
68,51. Hal ini berarti bahwa konstruk kepuasan kerja yang dapat dijelaskan oleh konstruk internal marketing sebesar 68,51. Sedangkan sisanya sebesar
31,49 dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
4.5 Implikasi Manajerial