Uji signifikasi koefisien model dugaan

68 Pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan. Namun, tidak semua peningkatan penggunaan input pada masing-masing variabel mampu meningkatkan produksi tomat. Pengaruh penimgkatan penggunaan input pada masing-masing faktor produksi dijelaskan sebagai berikut:

1. Bibit X1

Penggunaan bibit sangat berpengaruh pada tanaman tomat yang akan diproduksi. Penggunaan bibit yang berkualitas akan menghasilkan tomat yang memiliki daya tahan yang baik dan menghasilkan tomat yang berkualitas. Jumlah bibit yang perlu disiapkan adalah sebanyak jumlah pertanaman ditambah bibit persediaan untuk kegiatan penyulaman. Nilai koefisien bibit sebesar 0.693 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi tomat bersifat inelastis. Penggunaan bibit tomat sebesar satu persen dengan jumlah input yang lain tetap, maka produksi yang dihasilkan akan meningkat 0.693 persen. Nilai koefisien bibit antara nol dan satu 0Ep1 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk berada pada daerah produksi II daerah rasional, sehingga akan mencapai keuntungan maksimum bagi petani.

2. Pupuk Kandang X2

Pupuk kandang yang digunakan sebagai pupuk dasar oleh sebagian petani ialah pupuk yang berasal dari kandang ternak berupa kotoran dalam bentuk padat yang dibeli dengan satuan karung 25 kg. Pupuk kandang ini merupakan sumber zat makanan bagi tumbuhan. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani tomat di Kecamatan Lembang diperoleh dengan harga rata-rata Rp 9 000 per karung. Pupuk kandang berperan positif terhadap hasil produksi tomat dengan nilai 0.0182, artinya setiap penambahan pupuk kandang sebesar satu persen akan menaikkan hasil produksi tomat sebesar 0.0182 persen dengan jumlah input yang lain tetap. Nilai koefisien tersebut, menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang bersifat inelastis dan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai elastisitas yang berada diantara nilai nol hingga satu 0Ep1. Faktor produksi penggunaan pupuk kandang terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

3. Pupuk NPK X3

Pupuk NPK merupakan salah satu sumber hara yang mampu menyuburkan tanah sebagai media pertumbuhan tanaman tomat. Penggunaan pupuk NPK juga berperan positif terhadap produksi tomat yang ditunjukkan dengan nilai 0.0808, artinya peningkatan penggunaan pupuk NPK sebesar satu persen dengan jumlah input yang lain tetap akan meningkatkan produksi tomat sebanyak 0.0808 persen. Penggunaan pupuk NPK bersifat inelastis dan berada pada daerah produksi II daerah rasional dengan nilai elastisitas antara nol hingga satu 0Ep1. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan pupuk NPK layak digunakan terhadap produksi tomat karena mampu memberikan keuntungan maksimum. Faktor produksi penggunaan pupuk NPK terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang. 69

4. Pupuk TSP X4

Selain pupuk kandang dan pupuk NPK, pupuk TSP juga merupakan salah satu pupuk penunjang untuk menambah dan mempertinggi kesuburan tanah. Berdasarkan nilai perhitungan sebesar 0.0506 mengindikasikan bahwa pupuk TSP berpengaruh positif terhadap produksi tanaman. Penambahan pupuk TSP sebesar satu persen dengan penggunaan input lain tetap akan meningkatkan produksi tomat sebesar 0.0506 persen. Nilai koefisien tersebut berada antara nol hingga satu, sehingga penggunaan pupuk TSP bersifat inelastis yang berada pada daerah rasional daerah produksi II. Penggunaan pupuk TSP yang digunakan petani tomat layak digunakan karena mampu meningkatkan produksi tomat dengan memberikan keuntungan maksimum. Faktor produksi penggunaan pupuk TSP terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

5. Pupuk KCl X5

Unsur kalium juga dibutuhkan tanaman tomat untuk merangsang pertumbuhan bunga, akar, dan daun muda. Sehingga pupuk KCl diperlukan mulai dari fase perkembangan vegetatif hingga vase pembuahan Majiburrahmad 2011. Hasil perhitungan sebesar 0.0311 memberi arti peningkatan penggunaan satu persen pupuk KCl pada tanaman tomat pada jumlah penggunaan input lain tetap, akan meningkatkan produksi tomat sebesar 0.0311 persen. Nilai koefisien sebesar 0.0311 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk KCl bersifat inelastis dan berada pada daerah produksi II daerah rasional. Hal ini berarti penggunaan pupuk KCl juga memiliki pengaruh positif pada tanaman tomat karena mampu meningkatkan produksi yang berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani. Faktor produksi penggunaan pupuk KCl terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

6. Pestisida X6

Pengendalian organisme pengganggu tanaman dilakukan dengan cara penyemprotan pada tanaman tomat yang mulai terserang hama dan penyakit. Pestisida juga digunakan untuk penanggulangan gulma pada tanaman tomat. Namun penggunaan pestisida berlebih dapat memberikan efek negatif pada tanaman tomat. Hal ini terbukti dari nilai koefisien pestisida sebesar -0.0179 yang berarti penambahan penggunaan satu persen pestisida akan menurunkan produksi tomat sebesar 0.0179 persen pada tingkat penggunaan input lain tetap. Nilai koefisien pestisida kurang dari nol Ep 0 menunjukkan bahwa penggunaan pestisida bersifat inelastis dan berada pada daerah produksi III daerah irrasional, artinya setiap penambahan pemakaian input akan menyebabkan penurunan jumlah produksi total. Apabila penggunaan pestisida terus ditingkatkan, maka akan menurunkan produksi yang dihasilkan sehingga dapat memicu kerugian. Faktor produksi penggunaan pestisida terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

7. Mulsa X7

Pemakaian mulsa bertujuan untuk menjaga kestabilan kadar air dalam tanah, sehingga mampu memelihara temperatur dan kelembaban tanah, memelihara 70 kandungan bahan organik, dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Nilai koefisien mulsa sebesar 0.218 menunjukkan bahwa penggunaan mulsa bersifat inelastis, artinya peningkatan penggunaan satu rol mulsa sebesar satu persen dalam penggunaan input lain tetap akan meningkatkan produksi tomat sebesar 0.218 persen. Penggunaan mulsa berada pada daerah rasional daerah produksi II yang berarti bahwa penggunaan mulsa memberikan dampak positif bagi pertumbuhan tanaman tomat karena mampu meningkatkan produksi tomat. Faktor produksi penggunaan mulsa pada usahatani tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

8. Tenaga Kerja X8

Faktor tenaga kerja tidak kalah penting dari faktor lainnya. Penggunaan tenaga kerja baik berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga berperan penting dalam seluruh kegiatan produksi. Perhitungan koefisien penggunaan tenaga kerja senilai 0.016 menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja bersifat inelastis karena bernilai antara 0 hingga satu 0Ep1. Peningkatan penggunaan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi tomat sebesar 0.016 persen dalam penggunaan input lain tetap. Penggunaan tenaga kerja berada pada daerah produksi II daerah rasional sehingga memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan produksi tomat dan keuntungan petani. Faktor produksi penggunaan mulsa pada usahatani tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.

9. Sistem Usahatani D

Nilai koefisien slope D sebesar 0.0146 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan sistem usahatani berbasis SOP, maka produksi tomat 0.0146 persen lebih besar dibandingkan dengan petani yang menggunakan sistem usahatani tomat konvensional cet. par.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem usahatani berbasis SOP merupakan sistem usahatani yang lebih baik dilihat dari produksi yang dihasilkan. Faktor produksi penggunaan sistem usahatani tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang. Pemenuhan Asumsi Ordinary Least Square OLS Hasil regresi model produksi tomat menunjukkan bahwa model tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan masalah heteroskedesitas. Hal ini dibuktikan dari nilai VIF pada setiap variabel independen X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan D bernilai kurang dari sepuluh VIF 10. Selanjutnya pada grafik residual terhadap fitted values pada Lampiran 12, terlihat bahwa tidak ada masalah heteroskedesitas karena titik sebarannya tersebar acak dan menunjukkan pola sistematis. Hasil analisis model penduga fungsi produksi tomat di Kecamatan Lembang secara sistematis telah memenuhi asumsi OLS, hal ini juga dapat dianalisis dengan melihat nilai p-value. Nilai p-value nol menunjukkan bahwa asumsi OLS terpenuhi, dan menunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut dapat digunakan dalam menduga hubungan antara variabel dependent produksi tomat dan variabel independent pupuk, pestisida, mulsa, dan tenaga kerja.