70 kandungan bahan organik, dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Nilai
koefisien mulsa sebesar 0.218 menunjukkan bahwa penggunaan mulsa bersifat inelastis, artinya peningkatan penggunaan satu rol mulsa sebesar satu
persen dalam penggunaan input lain tetap akan meningkatkan produksi tomat sebesar 0.218 persen. Penggunaan mulsa berada pada daerah rasional daerah
produksi II yang berarti bahwa penggunaan mulsa memberikan dampak positif bagi pertumbuhan tanaman tomat karena mampu meningkatkan
produksi tomat. Faktor produksi penggunaan mulsa pada usahatani tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.
8. Tenaga Kerja X8
Faktor tenaga kerja tidak kalah penting dari faktor lainnya. Penggunaan tenaga kerja baik berasal dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga
berperan penting dalam seluruh kegiatan produksi. Perhitungan koefisien penggunaan tenaga kerja senilai 0.016 menunjukkan bahwa penggunaan
tenaga kerja bersifat inelastis karena bernilai antara 0 hingga satu 0Ep1. Peningkatan penggunaan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan
produksi tomat sebesar 0.016 persen dalam penggunaan input lain tetap. Penggunaan tenaga kerja berada pada daerah produksi II daerah rasional
sehingga memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan produksi tomat dan keuntungan petani. Faktor produksi penggunaan mulsa pada usahatani
tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.
9. Sistem Usahatani D
Nilai koefisien slope D sebesar 0.0146 menunjukkan bahwa apabila petani menggunakan sistem usahatani berbasis SOP, maka produksi tomat 0.0146
persen lebih besar dibandingkan dengan petani yang menggunakan sistem usahatani tomat konvensional cet. par.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan sistem usahatani berbasis SOP merupakan sistem usahatani yang lebih baik dilihat dari produksi yang dihasilkan. Faktor produksi penggunaan
sistem usahatani tomat terbukti berpengaruh nyata terhadap produksi tomat di Kecamatan Lembang.
Pemenuhan Asumsi Ordinary Least Square OLS
Hasil regresi model produksi tomat menunjukkan bahwa model tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan masalah
heteroskedesitas. Hal ini dibuktikan dari nilai VIF pada setiap variabel independen X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, dan D bernilai kurang dari sepuluh VIF
10. Selanjutnya pada grafik residual terhadap fitted values pada Lampiran 12, terlihat bahwa tidak ada masalah heteroskedesitas karena titik sebarannya tersebar
acak dan menunjukkan pola sistematis. Hasil analisis model penduga fungsi produksi tomat di Kecamatan Lembang secara sistematis telah memenuhi asumsi
OLS, hal ini juga dapat dianalisis dengan melihat nilai p-value. Nilai p-value nol menunjukkan bahwa asumsi OLS terpenuhi, dan menunjukkan bahwa model
fungsi produksi tersebut dapat digunakan dalam menduga hubungan antara variabel dependent produksi tomat dan variabel independent pupuk, pestisida,
mulsa, dan tenaga kerja.
71
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah analisis usahatani tomat berbasis Standar Operasional
Prosedur SOP lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan usahatani tomat konvensional. Hal tersebut dibuktikan dari nilai pendapatan usahatani dan nilai
RC ratio yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani tomat konvensional.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi tomat di Kecamatan Lembang adalah penggunaan bibit tomat, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk
TSP, pupuk KCl, mulsa, dan tenaga kerja. Penggunaan kelima input produksi tersebut telah dilakukan secara rasional, sehingga mampu meningkatkan produksi
tomat yang dihasilkan. Sedangkan penggunaan pestisida dinilai terlalu berlebihan, sehingga memberikan dampak negatif bagi usahatani tomat karena menurunkan
produksi tomat yang dihasilkan.
Penerapan sistem usahatani tomat berbasis Standar Operasional Prosedur SOP terbukti memberikan pengaruh positif bagi petani tomat karena mampu
meningkatkan produksi tomat dan menghemat biaya produksi, sehingga mampu memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem usahatani
tomat konvensional.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan serta simpulan, maka saran yang diberikan penulis adalah:
1. Untuk meningkatkan pendapatan usahatani tomat, diperlukan pertimbangan
penggunaan faktor-faktor produksi agar lebih efisien. 2.
Berdasarkan hasil kajian, biaya tenaga kerja merupakan komponen biaya yang terbesar, sehingga penggunaan tenaga kerja harus diperhatikan secara
saksama agar penggunaannya lebih optimal. 3.
Pengenalan dan pelatihan Standar Operasional Prosedur usahatani tomat harus terus dilaksanakan oleh lembaga penyuluh pertanian setempat kepada
petani, agar dalam jangka panjang produksi tomat dan kesejahteraan petani dapat meningkat.
4. Bagi petani tomat dengan sistem usahatani konvensional sebaiknya meninjau
dan mempertimbangkan kembali sistem usahatani yang diterapkannya, karena dengan menerapkan langkah-langkah sistem usahatani SOP dapat
meningkatkan pendapatan yang diperolehnya.