28 g.
Agar pupuk lebih cepat bereaksi, sebaiknya sebelum dan sesudah pemberian pupuk, tanaman disiram dengan air hingga mendapatkan kapasitas lapang
h. Setiap kegiatan pemupukan yang dilaksakan harus tercatat.
9. Pengendalian OPT Organisme Pengganggu Tanaman
Proses budidaya tanaman tak luput dari Organisme Pengganggu Tumbuhan OPT yang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak semestinya.
Pertumbuhan tanaman yang terhambat, tentunya akan berdampak kepada produktivitas yang akan dihasilkan. Sehingga perlu dilakukan Pengendalian Hama
Terpadu PHT untuk meminimalisir risiko kerugian yang mungkin terjadi.
Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman OPT merupakan kegiatan untuk mengendalikan hama dan penyakit agar tanaman tumbuh optimal dan
secara ekonomis tidak merugikan. Tujuan dilakukannya pengendalian OPT adalah untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil kuantitas dan
penurunan mutu kualitas produk serta untuk menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini
serta fungsinya akan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 10 Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pengendalian OPT
Alat Fungsi
Bahan Fungsi
Hand sprayer,
power sprayer
alat aplikator Mengaplikasikan
pestisda pada
tanaman Pestisida insektisida,
fungisida, dan
herbisida yang
terdaftar dan
diizinkan sesuai
dengan Daftar
Pestisida dan
Kehutanan Mengendalikan
OPT serta
menurunkan populasi dan intensitas
serangan OPT
Ember Mencampur
pestisida dan air Air
Bahan pencampur
pestisida dan bahan pembersih
Pengaduk Mengaduk pestisida
dan air Minyak tanah
Membakar sisa-sisa
atau bagian tanaman yang terserang OPT
Takaran skala ml dan liter
Menakar pestisida dan air
Deterjen Mencuci alat aplikator,
mengendalikan hama dan penyakit tertentu
dan pencampur
pestisida nabati Kuas,
pisau, gunting pangkas,
gergaji Membersihkan dan
menangkas bagian tanaman
yang terserang OPT
Formalin 4-8
persen
, Alkohol 70
persen
, Kloroks satu
persen
Bayelin, dan lysol Mensucihamakan
desinfektan alat-alat pertanian
pisau, gunting pangkas, dan
gergaji Alatsarana
pelindung Melindungi bagian
tubuh dari cemaran bahan kimiawi
Sumber : Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat 2011
Prosedur pelaksanaan OPT dilakukan dengan pengamatan secara berkala setiap minggu dengan mengambil contoh untuk mengetahui jenis hama dan
29 populasinya. Selanjutnya kenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan
musuh alaminya. Setelah itu perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan dikendalikan, baik dalam bentuk hama maupun penyakit. Penggunaan fungisida
sistemik maksimal digunakan tiga kali setiap musim untuk mencegah resistensi penyakit busuk daun terhadap fungisida. Bila sangat diperlukan, penyemprotan
keempat menggunakan fungisida sistemik dapat digunakan sebagai senjata pamungkas. Dosis penggunaan pestisida disesuaikan dengan rekomendasi yang
tertera pada label kemasan. Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman tomat serta gejala serangan dan pengendalian yang dapat dilakukan disajikan pada
Lampiran 6 dan 7.
10. Panen
Kegiatan panen dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh buah dengan tingkat kematangan dan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar. Alat dan
bahan yang diperlukan dalam kegiatan panen adalah keranjang plastik atau ember yang berfungsi sebagai wadah hasil panen, gunting atau pisau yang digunakan
untuk mengangkut buah dari lahan, gerobak untuk mengangkut buah dari lahan, gudang sebagai tempat penyimpanan buah. Untuk memperoleh buah dengan
tingkat kematangan sesuai dengan permintaan pasar, prosedur pelaksanaan yang perlu dilakukan adalah:
a.
Penyemprotan pestisida sudah dihentikan paling tidak satu hingga dua minggu sebelum panen.
b. Tanaman tomat pertama kali siap dipanen pada umur 75 hari setelah pindah
tanam ke lapang atau 90 hari sejak semai bergantung pada varietas, panen selanjutnya dapat dilakukan 3-5 hari sekali hingga buah habis. Buah yang akan
dipasarkan jarak dekatdapat dipanen pada tingkat kematangan 90 persen, yaitu ketika buah berwarna kuning kemerahan. Sedangkan untuk pemasaran jarak
jauh, sebaiknya buah dipanen pada tingkat kematangan 75 persen atau 3-7 hari sebelum berwarna merah. Sementaera buah yang akan langsung dikonsumsi
atau diproses, buah tomat dipetik pada saat buah berwarna merah atau pada kematangan penuh.
c. Cara panen dengan dipetik dan menyertakan tangkai buahnya, selain
menggunakan tangan pemetikan dapat menggunakan pisau atau gunting.
Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis usahatani tomat dimulai dari potensi dan peluang usahatani tomat yang mendorong petani untuk mengambil peluang tersebut dengan meningkatkan
produksi tomat. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas, kontinensi, kuantitas, dan kontinuitas produksi tomat yaitu dengan
penerapan Standar Operasional Prosedur SOP sebagai acuan Good Agricultural Practice GAP budidaya tomat.
Penerapan Standar Operasional Prosedur SOP usahatani tomat dibuat dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produksi
tomat yang dihasilkan. Namun penerapan Standar Operasional Prosedur SOP menuntut pelaku usaha untuk menggunakan faktor-faktor produksi tepat guna
yang berkualitas, seperti pupuk bersertifikasi, benih bersertifikasi, dan tenaga kerja berkualitas. Penggunaan faktor-faktor produksi berkualitas pada umumnya
30 memiliki pengorbanan, yaitu peningkatan biaya operasional. Secara ekonomi,
peningkatan biaya operasional dapat mengurangi pendapatan pelaku usaha. Sehingga penerapan Standar Operasional Prosedur SOP belum terbukti secara
efektif dan efisien mampu meningkatkan pendapatan petani.
Pendapatan dapat dijadikan sebagai acuan sejauh mana balas jasa yang dihasilkan dari penggunaan faktor-faktor produksi pada kegiatan usahatani yang
dilakukan. Pendapatan juga sering dijadikan sebagai indikator kesejahteraan petani. Pada penelitian ini, metode yang digunakan yaitu pengukuran efisiensi
usahatani tomat, efektivitas usahatani tomat, serta keberhasilan usahatani tomat dari kedua metode usahatani tomat, yaitu usahatani tomat berbasis Standar
Operasional Prosedur SOP dan usahatani tomat konvensional.
Efisiensi usahatani tomat diidentifikasi dengan perhitungan dan perbandingan nilai RC rasio dari kedua metode usahatani. nilai RC rasio yang
dibandingkan adalah nilai RC rasio tunai dan RC rasio total. Semakin besar nilai RC rasio menunjukkan bahwa usahatani tersebut semakin efieisen untuk
dilaksanakan. Efektivitas faktor produksi usahatani tomat diidentifikasi melalui faktor produksi yang digunakan dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Tahap
identifikasi ini dimulai dari pengumpulan data yang dilanjutkan dengan evaluasi model dugaan untuk mengetahui variabel apa yang berpengaruh secara efektif
dalam keberhasilan produksi tomat, yang berakhir pada interpretasi data untuk mengetahui seberapa besar penambahan produksi yang dihasilkan dari hasil
peningkatan variabel input. Sedangkan tolak ukur keberhasilan usahatani dapat diketahui dengan mengidentifkasi pengaruh penerapan Standar Operasional
Prosedur SOP yang dilakukan petani melalui analisis pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan yang
dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan dari kedua metode usahatani tomat. Semakin besar nilai pendapatan usahatani yang diperoleh pelaku usahatani, maka
menunjukkanbahwa metode usahatani yang dilakukan tersebut semakin berhasil. Sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai usahatani tomat berbasis Standar
Operasional Prosedur SOP dengan usahatani tomat konvensional dan dapat dijadikan rekomendasi dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Serangkaian
pemikiran operasional disajikan pada Gambar 6.