Tujuan Penelitian Manfaat Ruang Lingkup

Penelitian ini menjadi penting dilakukan seiring dengan meningkatnya efektivitas lingkungan dalam merespon kerentanan populasi penyu belimbing sebagai indikasi KKLD Abun. Diharapkan kajian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang kerentanan populasi sehingga menjadi rekomendasi dalam perencanaan pengelolaan pesisir dan laut dengan mengedepankan konservasi baik spesies penyu belimbing dan habitat peneluran.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui status pemanfaatan populasi penyu belimbing berdasarkan penilaian non detrimental finding, 2. Mengestimasi nilai indeks kerentanan populasi penyu belimbing di Jamursba Medi dan Wermon Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun, 3. Merekomendasikan skenario berkelanjutan pada Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun.

1.4 Manfaat

Manfaat penelitian diharapkan sebagai instrumen dalam pengelolaan konservasi melalui pendekatan spesies maupun habitat dalam mempertahankan populasi penyu belimbing di Papua maupun di Pasifik Barat.

1.5 Ruang Lingkup

Populasi penyu belimbing yang bertelur di semenanjung Kepala Burung Papua, secara agregasi merupakan stok populasi terbesar di Pasifik Barat dan telah menjadi perhatian konservasi pada beberapa waktu terakhir. Status populasi penyu belimbing dinyatakan secara global mengalami penurunan pada pantai peneluran Jamursba Medi semenjak tahun 1980 sampai 2004 Tapilatu et al. 2012, meskipun ada penemuan daerah bersarang lainnya dengan persentasi bertelur yang tinggi di pantai Wermon. Akan tetapi populasi peneluran di pantai ini dalam 6 tahun terakhir setelah 2004 mengindikasikan adanya penurunan baik jumlah sarang dan jumlah induk betina mencapai 80 Hitipeuw et al. 2007. Berdasarkan uraian tersebut maka penetapan status konservasi penyu belimbing adalah bagian penting untuk menjaga keberlangsungan spesies tersebut. IUCN menetapkan penyu belimbing termasuk dalam daftar buku merah dan termasuk dalam kategori spesies yang rentan populasinya di alam. Selain IUCN, CITES juga menetapkan Apendix I bagi penyu belimbing yang artinya dilarang melakukan penangkapan atau diperjualbelikan Status penyu belimbing ini menggambarkan bahwa populasi di alam saat ini rentan terhadap kepunahan. Status ini mengharuskan untuk dilakukan penelitian kerentanan populasi sehingga diketahui seberapa rentan populasi penyu belimbing pada kondisi sekarang dan masa mendatang. Kajian penelitian kerentanan populasi perlu dilakukan pembatasan, mengingat bahwa kerentanan memiliki ruang lingkup pengertian yang relatif luas, sehingga perlu dilakukan pelingkupan. Dalam aspek kerentanan populasi penyu belimbing dibedakan berdasakan fungsi keterpaparan, kepekaan dan kapasitas adaptif dengan menggunakan variabel ekologi, sosial dan ekonomi. Pada masing masing kerentanan ini memiliki atribut yang berbeda dalam melihat kerentanan populasi penyu belimbing. Penelitian kerentanan populasi penyu belimbing diarahkan pada kerentanan karena faktor lingkungan dan faktor sosial antropogenik. Faktor lingkungan diartikan faktor alam atau proses alami yang mempengaruhi populasi penyu belimbing. Variabel lingkungan yang dikaji adalah pengaruh suhu pasir, perubahan morfologi pantai, kenaikan muka air laut, monsun, karakteristik pasir, kedalaman sarang dan predasi terhadap populasi penyu belimbing. Sementara faktor sosial antropogenik adalah semua interaksi dan aktivitas manusia baik personal maupun kelompok yang berpengaruh terhadap populasi penyu belimbing. Variabel tersebut meliputi perburuan induk penyu, pengambilan telur penyu, konsumsi telur dan daging, aktivitas perikanan dan pencemaran dalam Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun. Kajian kerentanan yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti memiliki perbedaan baik dari sisi parameter yang dikaji maupun pendekatan yang akan digunakan. Konsep untuk kerentanan populasi sendiri belum terdeskripsi dengan jelas, tetapi untuk beberapa pendekatan dalam memprediksi pengaruh suhu pasir, kenaikan muka air laut dan pengaruh manusia terhadap populasi penyu telah dilakukan Fuentes et al. 2010. Konsep kerentanan ini memiliki kesamaan dalam mendefinisikan kerentanan, yaitu kerentanan merupakan fungsi dari keterpaparan exposure, kepekaan sensitivity, dan kapasitas adaptif adaptive capacity. Variabel dan indikator kerentanan populasi penyu belimbing yang tergambarkan dalam kategori keterpaparan, kepekaan dan kapasitas adaptif, yang masing masing variabel dideterminasi dengan pendekatan vulnerability scoping diagram atau diagram pelingkupan kerentanan Polsky et al. 2007. Tekanan perubahan alam dan aktivitas manusia akan mempengaruhi keberadaan dan status populasi penyu belimbing di kawasan Pasifik. Seberapa besar pengaruhnya sangat ditentukan oleh tingkat keterpaparan, kepekaan dan kapasitas adaptif dari populasi penyu belimbing tersebut. Berdasarkan konsep kerentanan tersebut diatas, secara diagramatik ruang lingkup penelitian analisis kerentanan populasi penyu belimbing di Pantai Jamursba Medi dan Pantai Warmon sebagai indikator Keberlanjutan Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun seperti pada Gambar 1. .

1.6 Kerangka Pikir