apabila semakin tinggi nilai ranking menunjukkan adanya indikasi kerusakan pada populasi di alam.
2.7 Kerentanan Populasi 2.7.1 Konsep Kerentanan
Kerentanan memiliki banyak pengertian, jika ditinjau dari aspek maupun dari cakupannya. Ford 2002 pengertian kerentanan mengandung dua aspek,
berdasarkan sifat atau fungsi dan berdasarkan cakupan atau skala. Kaitannya dengan sifat maka definisi kerentanan adalah suatu objek dari sistem yang
mendeskripisikan kondisi yang ditunjukan. Berdasarkan skala kerentanan digunakan untuk berbagai skala berbeda seperti rumah tangga, komunitas ataupun
negara. Kerentanan ini memiliki banyak pengertian tergantung dari tujuan yang disajikan pada Tabel 1.
Pengertian kerentanan merujuk pada kemudahan suatu objek mengalami dampak dari faktor eksternal. Sopac 2005 mendefinisikan kerentanan adalah
kecenderungan suatu objek mengalami kerusakan. Objek atau entitas dapat berupa fisik manusia, ekosistem, garis pantai atau konsep yang abstrak seperti
komunitas, ekonomi, negara dan sebagainya yang bisa mengalami kerusakan. Kerentanan bersifat tunggal tetapi komplek dikenal dengan overall vulnerability,
yaitu suatu hasil dari banyak kerentanan yang bekerja bersama-sama. Bahaya atau resiko hazard adalah sesuatu atau proses yang dapat menyebabkan kerusakan,
tetapi hanya dapat didefinisikan dalam istilah dari suatu objek yang dirusak, seperti perubahan iklim adalah suatu bahaya terhadap kawasan lingkungan pesisir
dan biota yang hidup di dalam kawasan tersebut. Kerentanan merupakan fungsi dari karakter, magnitude, laju dari variasi
iklim karena berada pada kondisi keterpaparan, kepekaan dan memiliki kapasitas adaptasi Tahir 2010. Turner et al. 2003 dan Tahir 2010 menyebutkan
kerentanan adalah tingkat dimana manusia dan sistem alam akan mengalami kerugian karena gangguan atau tekanan dari luar eksternal. Sebagai contoh,
kerentanan wilayah pesisir terhadap perubahan iklim dan kenaikan muka laut adalah tingkat ketidakmampuan wilayah pesisir untuk mengatasi dampak dari
perubahan iklim dan kenaikan muka laut.
Tabel 1.
Pengertian kerentanan
Nama Tahun
Pengertian
Timmerman 1981
Derajat atau tingkatan pada suatu sistem bertindak terhadap suatu kejadian yang tidak baik.
Susman et al. 1983
Derajat atau tingkat pada suatu kelas sosial yang berbeda dalam hal resiko baik suatu kejadian fisik maupun efek dari sistem
sosial Kates et al.
1985 Kapasitas yang dapat diadaptasi dari suatu gangguan atau reaksi
terhadap kondisi yang kurang baik. UN Department of
Humanitarian Affairs 1992
Tingkat kehilangan 0-100 yang dihasilkan dari suatu potensi dampak fenomena alam
Cutter 1993
Kecenderungan yang dialami oleh individu atau kelompok yang akan terekspose terhadap suatu bahaya
Watts dan Bohle
1993 Kerentanan didefinisikan sebagai fungsi dari keterbukaan,
kapasitas dan potensial, dimana respon terhadap kerentanan untuk mereduksi keterbukaan dan meningkatkan kemampuan
mengatasi, dan atau menguatkan potensi pemulihan
Blaikie et al. 1994
Karakteristik seseorang atau sekumpulan orang terkait dengan kemampuannya untuk mengantisipasi mengatasi, resisten dan
memulihkan diri dari dampak bencana alam Bohle et al.
1994 Suatu ukuran secara agregate kesejahteraan manusia yang
terintegrasi antara lingkungan, sosial, ekonomi dan politik dalam mengatasi gangguan
Dow dan Downing 1995
Perbedaan kepekaan dari keadaan yang berpengaruh terhadap kondisi rentan, seperti faktor biofisik, demografi, ekonomi,
sosial, dan teknologi . Smith
1996 Konsep kerentanan diisyaratkan ukuran resiko kombinasi dari
kemampuan ekonomi dan sosial untuk mengatasi dampak kejadian
Vogel 1998
Karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang terkait dengan kapasitasnya dalam mengantisipasi, mengatasi, bertahan,
dan memulihkan diri dari dampak perubahan iklim Karsperson et
al. 2001
Tingkatan pada suatu sistem yang dipengaruhi oleh keterbukaan atau gangguantekanan dan kemampuan untuk
mengatasi atau memulihkan diri terhadap gangguan Luky Adrianto
2004 Kerangka kerentanan terdiri dari tiga unsur penting yaitu
pemaparan, kepekaaan dan ketahanan.
Dolan dan Walker 2003 menjelaskan terdapat tiga karakteristik dari kerentanan. Pertama; kerentanan dicirikan oleh ketersingkapan atau keterpaparan
suatu sistem terhadap bencana alam misalnya banjir pasang di wilayah pesisir dan bagaimana bencana tersebut mempengaruhi kehidupan manusia dan
infrastruktur yang ada di wilayah tersebut. Kedua; dari sudut pandang hubungannya terhadap manusia, kerentanan bukan hanya dilihat sebagai
hubungan fisik semata. Ketiga; dari perspektif keterpaduan antara kejadian atau peristiwa secara fisik dan fenomena sosial menyebabkan keterpaparan terhadap
resiko dan keterbatasan kapasitas masyarakat dalam merespon bencana alam yang muncul.
Sumber : dikutip dari Ford 2002
Konsep kerentanan yaitu kemampuan sistem untuk mengatasi dengan konsekuensi melalui strategi strategi dan mekanisme merupakan penentu kunci
dari respon sistem. Dalam kaitan tersebut, sebuah kerangka kerentanan telah diberikan oleh Tuner et al. 2002 in Adrianto 2004 menyatakan kerangka
kerentanan terdiri dari tiga unsur penting yaitu keterpaparan, kepekaan dan ketahanan. Sistem keterpaparan berasal dari variabilitas dan perubahan pada
kondisi manusia serta lingkungan dan alam. Perubahan ini mengakibatkan gangguan dan tegangan sebagai variabel kunci pantai atau pulau yang terbuka.
Pada akhirnya sistem ketahanan berkaitan dengan tangapan sistem yang bergantung pada kemampuan sistem untuk mengadopsi dampak dalam waktu
yang sama untuk mengelola resiko yang dihasilkan. Resiko terkait dengan kerentanan. Resiko akan menjadi perhatian yang
serius apabila terlihat signifikan. Tompkins et al. 2005, menyatakan apabila resiko berasosiasi dengan sejumlah biaya. Sebagai contoh jika terjadi kerusakan
disuatu kawasan yang tidak berpenduduk, maka dianggap bukan merupakan bencana, namun apabila hal yang sama terjadi di kawasan yang berpenghuni maka
kejadian tersebut berpengaruh signifikan karena memiliki berbagai konsekuensi terkait dengan penduduk di kawasan tersebut.
2.7.2 Kerentanan Populasi
Perubahan lingkungan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap spesies dan ekosistem Tahir 2010. Kerentanan populasi penyu belimbing
meliputi faktor lingkungan dan faktor sosial antropogenik yang dikelompokkan berdasarkan fungsi kerentanan yaitu keterpaparan, kepekaan dan kapasitas adaptif.
Kerentanan lingkungan memiliki sisi yang berbeda dengan kerentanan sosial antropogenik dan sosial karena 1 lingkungan merupakan suatu sistem yang
kompleks yang berbeda pada level spesies maupun habitat atau ekosistem, 2 lingkungan sangat dibatasi oleh ruang dan letak geografi jika dibandingkan
dengan kerentanan antropogenik dimana indikator utamanya adalah manusia dengan asumsi bahwa kebutuhan dan ambang batas untuk resiko pada dasarnya
adalah sama, 3 kerentanan sosial antropogenik adalah gambaran suatu unit ruang yang semuanya dilakukan oleh manusia yang berperan sebagai pelaku utama
Sopac 2005.
Kerentanan populasi penyu belimbing sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang terjadi secara global, regional dan proses yang terjadi dalam
skala lokal. Proses global adalah perubahan iklim yang berimplikasi terhadap perubahan suhu global dan mengancam keberadaan populasi reproduksi dari
penyu, kenaikan muka air laut yang berimplikasi pada frekuensi erosi dan akresi pantai sehingga terjadi degradasi habitat. Proses regional adalah pengaruh
pencemaran, aktivitas perikanan dan pertumbuhan pembangunan yang memberikan tekanan terhadap habitat peneluran dan ruang hidup dari penyu
belimbing. Proses lokal adalah laju konsumsi masyarakat terhadap telur dan daging sebagai akibat peningkatan kebutuhan pangan.
Kerentanan lingkungan dan sosial antropogenik akan mempengaruhi keberadaan populasi penyu belimbing sehingga perlu adanya konsep pengelolaan
yang mengarah pada proteksi dan perlindungan spesies, habitat, serta pembatasan aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya penyu belimbing.
2.7.3 Dinamika Kerentanan Populasi
Kerentanan bersifat dinamis artinya dapat berubah seiring dengan perubahan faktor yang mempengaruhinya Tahir 2010. Dinamika kerentanan terjadi akibat
adanya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu populasi dialam seperti faktor lingkungan dan faktor sosial antropogenik.
2.7.4 Kuantifikasi Kerentanan
Turner et al. 2003 menggambarkan kerentanan sebagai sebuah fungsi overlay
dari ketepaparan exposure, kepekaan sensitivity, dan kapasitas atau kemampuan adaptif adaptive capacity. Selanjutnya Metzger et al. 2006 in
mengformulasikan konsep tersebut dalam bentuk matematika sebagai fungsi dari
keterbukaan, sensitivitas dan kapasitas adaptif sebagai berikut:
V = f K, S, KA atau dapat juga dituliskan sebagai fungsi dari potensi dampak potensial impact
=PI dan kapasitas adaptif yang dituliskan menjadi
V = f PI, AC
Keterpaparan
Keterkaitan antara kerentanan dengan keterpaparan dikemukakan Adger 2006 dan Kasperson et al. 2005 , menyatakan keterpaparan merupakan salah
satu konsep dari kerentanan, yang memiliki pengertian umum dalam hal tingkatan dan jangka waktu dari suatu sistem berinteraksi dengan gangguan. Keterpaparan
terdiri dari formula yang merupakan elemen pembangun kerentanan. Keterpaparan merupakan sebuah atribut dari hubungan antara sistem dan
gangguan system and perturbation. Keterpaparan berhubungan dengan pengaruh atau stimulus dampak suatu sistem. Hubungannya dengan perubahan iklim
perubahan suhu global, kenaikan muka laut, tidak hanya menyangkut masalah kejadian dan pola iklim terhadap sistem, tetapi juga dalam skala luas seperti
perubahan yang terjadi dalam sistem secara lokal sebagai akibat efek perubahan iklim. Keterpaparan digambarkan kondisi iklim yang berlawanan dengan
operasional dari sistem dan perubahan dari kondisi tersebut Allen 2005.
Kepekaan
Kepekaan adalah tingkatan dari suatu sistem yang berhubungan dengan stimulus karena perubahan iklim Olmas 2001. Allen 2005 mengemukakan
bahwa kepekaan merefleksikan respon dari suatu sistem terhadap pengaruh iklim perubahan suhu global, kenaikan muka laut dan tingkat perubahan yang
diakibatkan oleh perubahan tersebut. Sistem dikatakan peka apabila respon dari suatu sistem terhadap perubahan iklim tinggi, dan terjadi signifikan akibat
perubahan iklim pada skala kecil. Pemahaman kepekaan dari suatu sistem juga terhadap ambang batas dimana adanya perubahan sebagai akibat merespon
pengaruh iklim dan lingkungan seperti perubahan suhu global dan kenaikan muka laut. Hal ini menjelaskan bahwa dalam mendefisikan sistem kerentanan, hal
pertama yang diperlukan adalah pemahaman terhadap kepekaan dari sistem terhadap tekanan yang berbeda dan mengidentifikasi ambang batas dari sistem
manusia ataupun populasi yang akan terkena dampak Luers et al. 2003. Adger 2006 mendefinisikan kepekaan sebagai suatu tingkatan atau level
dari sebuah sistem alam dalam mengabsorbsi atau menerima dampak tanpa mengalami gangguan dalam periode panjang atau mengalami perubahan
signifikan dari kondisi lainya. Smit and Wandel 2006 mengatakan bahwa
kepekaan tidak dapat dipisahkan dari keterpaparan. Luers 2005 mengkombinasikan pengertian kepekaan dan keterpaparan,dimana mendefinisikan
kepekaan sebagai level dari sistem dalam merespon gangguan eksternal terhadap sistem. Lebih lanjut Luers 2005 mengatakan bahwa termasuk dalam konsep ini
adalah kemampuan dari sistem untuk tahan terhadap perubahan dan kemampuan untuk pulih kembali kekondisi semula setelah gangguan yang mengenai sistem
berlalu.
Kapasitas Adaptif
Adaptasi adalah penyesuaian sistem alam atau manusia dalam merespon kondisi aktual dari lingkungan atau dampak dari perubahan iklim. Adaptasi
merujuk kepada aksi manusia dalam merespon atau mengantisipasi proyeksi atau perubahan nyata dari lingkungan, sedangkan mitigasi merujuk kepada aksi untuk
mencegah, mereduksi memperlambat perubahan iklim dan lingkungan. Kapasitas adaptif adalah kemampuan dari sistem untuk menyesuaikan terhadap perubahan
iklim termasuk iklim yang berubah ubah dan ekstrim dan membuat potensi dampak lebih moderat, mengambil manfaat atau mengatasi konsekuensi dari
perubahan tersebut Fussel and Klien 2006. Luers 2005 menyatakan kapasitas adaptif merujuk pada potensi untuk beradaptasi dan mengurangi kerentanan suatu
sistem. Kapasitas adaptif menggambarkan kemampuan dari suatu sistem terhadap perubahan sebagai cara untuk membuat sistem tersebut lebih baik dalam
beradaptasi terhadap pengaruh eksternal. Perencanaan adaptasi adalah suatu perubahan dalam mengantisipasi suatu
variasi dari perubahan iklim. Perencanaan adaptasi ini sudah merupakan suatu ciri dari suatu upaya untuk meningkatkan kapasitas suatu sistem untuk mengatasi
konsekuensi perubahan iklim. Kapasitas adaptif merupakan sifat yang sudah melekat dari suatu sistem yang didefinisikan sebagai kapasitasnya untuk
beradaptasi terhadap keterpaparan Smit and Pilifosova 2000. Dalam hal ini, kapasitas adaptif direfleksikan dari resiliensi, misalnya sebuah sistem yang
resilien dan memiliki kapasitas untuk mempersiapkan, menghindari, mentolerir dan memulihkan diri dari resiko atau dampak. Resiliensi adalah kemampuan dari
suatu entitas untuk resisten atau pulih dari suatu kerusakan Sopac 2005. Resiliensi alami intrinsic resilience adalah kemampuan alami suatu entitas untuk
tahan terhadap kerusakan. Sebagai contoh, seseorang memiliki sistem kekebalan yang kuat secara alami akan lebih tahan terhadap kondisi dingin dibandingkan
dengan seseorang yang lemah. Resiliensi adalah kemampuan suatu sistem, komunitas atau sosial, beradaptasi terhadap bahaya dengan cara meningkatkan
resistensinya atau melakukan perubahan untuk mencapai atau memelihara suatu batas yang dapat diterima atau ditolerir dari suatu fungsi atau struktur. Misalnya
sistem sosial, hal ini ditentukan oleh tingkat kapasitas suatu organisasi meningkatkan kemampuannya untuk belajar dari gangguan alam masa lalu untuk
membuat proteksi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Brooks 2003 mengklasifikasi faktor yang menentukan kapasitas adaptif
menjadi faktor spesifik dan faktor umum dan juga berdasarkan faktor dari dalam endogenous dan dari luar exogenous. Faktor dari dalam berhubungan dengan
faktor lingkungan. Faktor endogenous merujuk pada karakteristik dari perilaku penduduk atau masyarakat. Faktor penentu yang bersifat umum dalam sistem
sosial adalah sumberdaya ekonomi, teknologi, informasi dan keahlian serta infrastruktur.
Downing et al. 2001 untuk menjelaskan bahwa kuantifikasi kerentanan akan sangat sulit dilakukan apabila tidak mengidentifikasi sistem yang paling
rentan. Dalam kasus tertentu, sangat tergantung pada jenis tekanan dan keluaran variabel yang menjadi perhatian dan berpengaruh signifikan. Dampak tekanan
relatif pada suatu wilayah dapat digunakan sebagai objek untuk mengukur kerentanan Luers et al. 2003. Pengukuran kerentanan hanya dapat dilakukan
secara akurat jika berhubungan dengan spesifik variabel dibandingkan dengan menganalisis suatu tempat atau lokasi. Suatu sistem dapat menurunkan atau
mengurangi kerentanan dengan memodifikasi hal-hal berikut 1 bergerak kepada fungsi yang lebih baik yang dapat mengurangi sensitivitasnya terhadap tekanan
yang kritis, 2 merubah posisi relatif terhadap ambang batas dari suatu dampak, dan 3 memodifikasi keterbukaan sistem terhadap tekanan.
2.7.5 Indeks Kerentanan Populasi
Indeks adalah tanda signal yang mengukur, menyederhanakan, dan mengkomunikasikan realita yang kompleks dari suatu kondisi Farell and Hart
1998 in Tahir 2010. Indeks ini sangat berguna karena dapat membantu dalam
menentukan target dan standar untuk memantau perubahan dan membandingkan entitas yang berbeda dalam hal tempat dan waktu Easter 1999. Indeks ini juga
dapat digunakan sebagai basis modal alokasi sumberdaya. GEF juga mengembangkan indeks kerentanan untuk menentukan alokasi pembiayaan di
beberapa n egara berkembang. Indeks dapat digunakan sebagai alat „adaptive
managemen t‟ menilai keberhasilan pemantauan dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan Sopac 2005. Indeks umumnya melibatkan sejumlah indikator untuk menghasilkan sebuah indeks tunggal. Untuk menghasilkan sebuah
indeks tunggal, keragaan data dan indikator perlu distandarisasi dalam suatu unit yang sama. Hal ini banyak dilakukan dengan mereduksi seluruh komponen ke
suatu nilai skoring pada beberapa skala. Kemampuan sebuah kerangka teori menghasilkan indikator kerentanan
secara umum mencakup dua komponen. Pertama model kerentanan, yaitu mengidentifikasi komponen model yang keterkaitannya dengan komponen lainnya
atau yang berasosiasi dengan komponen kerentanan. Kedua, model sistem yaitu menentukan cara untuk mendekomposisi target sistem yang membuatnya lebih
praktis sehingga kerentanan dapat diinterpretasi dengan model yang dapat dibandingkan. Fuentes et al. 2010 memiliki 7 tahapan dalam menganalisis
kajian kerentanan populasi penyu belimbing yaitu a. Merumuskan issue dan masalah lingkungan terhadap populasi penyu
belimbing di kawasan Pasifik dan khususnya di wilayah studi. b. Mengidentifikasi penyebab kerentanan populasi penyu belimbing dengan
berbagai variabel kerentanan yang berasal dari faktor lingkungan dan sosial antropogenik,
c. Mengembangkan atribut kerentanan dengan menentukan variabel untuk kategori dari kerentanan populasi penyu belimbing yaitu kategori
keterpaparan, kategori kepekaan, kategori kapasitas adaptif, d. Analisa indeks kerentanan dengan menetapkan nilai bobot dan ranking dari
masing-masing kategori atau variabel kerentanan yang relatif penting, e. Menentukan nilai standarisasi berdasarkan fungsi keterpaparan, kepekaan dan
kapasitas adaptif untuk populasi penyu belimbing, f. Menetapkan nilai skoring kerentanan populasi penyu belimbing,
g. Menilai kondisi dan status Kawasan Konservasi Laut Daerah Abun berdasarkan nilai kerentanan populasi penyu belimbing.
2.8 Faktor dalam Kerentanan Populasi Penyu Belimbing