Populasi di Indonesia Penyu secara taksonomi, dikenal tujuh jenis penyu didunia, enam

menegaskan adanya konklusif mengenai struktur stok genetik ditiap populasi baik Pasifik Barat maupun Pasifik Timur Dutton et al. 2000 . Populasi penyu belimbing Indonesia dan PNG merupakan satu populasi yang dibentuk berdasarkan populasi penyu belimbing Pasifik Barat. Populasi Indonesia akan bermigrasi ke laut Cina Selatan dan selanjutnya ke Teluk Monterabay California untuk melakukan makan dan kawin Benson et al. 2007. Kedua sub stok ini memiliki persamaan genetik sehingga membentuk metapopulasi, tetapi memiliki areal makan yang berbeda. Populasi penyu belimbing PNG dan penyu belimbing Atlantik memiliki kesamaan daerah makan yaitu perairan Atlantik Ferraroli et al. 2004; Hays et al. 2004; Eckert 2006 in Benson et al 2007. Sementara populasi Kepulauan Salomon memiliki areal makan di Selatan Australia.

2.5.3 Habitat

Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan sub tropis. Spesies ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di lautan dan hanya muncul ke daratan pada saat bertelur. Di Indonesia distribusi penyu belimbing cukup luas dan ditemukan di perairan Bengkulu, perairan Kepulauan Natuna, perairan Sukamadu, dan Kepala Burung Papua.

2.6 Populasi di Indonesia Penyu secara taksonomi, dikenal tujuh jenis penyu didunia, enam

diantaranya hidup di perairan Indonesia, yaitu penyu hijau Chelonia mydas, penyu pipih Natator depressus, penyu lekang Lepidochelys olivacea, penyu sisik Eretmochelys imbricata, penyu belimbing Dermochelys coriacea dan penyu tempayan Caretta caretta. Jumlah ini sebenarnya masih menjadi perdebatan karena Nuitja 1992 menyebutkan hanya empat jenis yang ditemukan, dimana Caretta caretta dinyatakan tidak ada. Namun, beberapa peneliti mengungkapkan bahwa Caretta caretta memiliki daerah jelajah yang meliputi Indonesia sehingga termasuk dalam spesies Indonesia Limpus et al. 1992; Charuchinda et al. 2002 in Benson et al 2007. Penelitian yang dilakukan NOAA 2007 in Benson et al. 2007 menunjukkan bahwa populasi penyu belimbing yang bertelur di pantai Jamursba Medi sejenis dengan penyu belimbing yang bertelur di Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon. Populasi penyu ini kemudian disebut sebagai kelompok Pasifik Barat yang memiliki keragaman genetik berbeda dengan kelompok Pasifik Timur serta kelompok Peninsula Malaysia yang kini dinyatakan telah punah. Data genetik yang dikombinasikan dengan temuan penanda metal metal tag maupun penelusuran telemetri mengindikasikan bahwa penyu belimbing yang berkembangbiak kawin dan bertelur di Pasifik Barat termasuk populasi Papua Indonesia memiliki ruaya pakan dan berkembang di Pasifik Utara. Sementara itu, stok populasi di Pasifik Timur diketahui beruaya di belahan selatan southern hemisphere yang meliputi perairan dekat Peru dan Chile.

2.6.1 Kecenderungan Populasi

Populasi penyu belimbing di kawasan Pasifik diketahui mengalami penurunan signifikan yang terindikasi dibeberapa pantai peneluran di Pasifik. Berdasarkan skala spasial pembagian populasi penyu belimbing di Pasifik terbagi berdasarkan beberapa daerah peneluran diantaranya Pasifik Barat, Pasifik Timur, Pasifik Tenggara, Pasifik Utara dan Pasifik Selatan yang terdiri dari wilayah berikut :  Daerah Pasifik Barat meliputi Papua Barat Indonesia, PNG, Kepulauan Salomon, Malaysia, China selatan, dan Australia  Daerah Pasifik Timur meliputi Mexico, Costarica, Caribean, Oregon dan Washington Amerika Serikat. Trend populasi secara global mengalami penurunan signifikan di kawasan Pasifik Barat. Hitipeuw et al 2007 menyatakan bahwa penurunan populasi di Pasifik Barat terindikasi berdasarkan penurunan jumlah induk betina dan rendahnya sukses penetasan pada sarang alami di pantai peneluran Jamusrba Medi dan Wermon yang merupakan pantai terbesar di Pasifik Barat. Penurunan drastis juga terlihat pada lokasi berbeda yaitu pantai Terengganu Malaysia dalam kondisi temporal yang berbeda. Terengganu Malaysia mengalami penurunan populasi sekitar 80 dari tahun 1965 sampai 1995 Chan and Liew 1996 dan saat ini stok populasi di Malaysia dinyatakan habis sebagai akibat tingginya eksploitasi telur dan perburuan induk penyu secara intensif Chan 2006 in Hitipeuw et al. 2007. Penurunan jumlah populasi penyu juga terjadi di Wider Caribean dan Mexico yang ditunjukkan berdasarkan jumlah sarang yaitu 40.950 antara tahun 1987 dan 1993 mengalami penurunan sampai 50, yang disebabkan aktivitas perikanan akibat penggunaan jaring lingkar drifnet dan jaring gillnet Eckert 2001.

2.6.2 Penilaian

Non Detrimental Finding NDF Non detrimental finding adalah metode atau pendekatan yang dikembangkan oleh IUCN atau CITES untuk menganalisis dan menilai resiko suatu populasi spesies di alam dengan jumlah populasi terbatas dan diperdagangkan secara bebas. Penilaian non detrimental finding disusun dari unsur ekologi, sosial kelembagaan dan ekonomi. Gambaran lain dari metode ini adalah apakah ada kerugian yang ditimbulkan ketika populasi penyu belimbing ini punah atau hilang dari alam. Kewenangan untuk menganalisis kondisi ini adalah otoritas ilmiah seperti LIPI, IUCN dan CITES. Pendekatan NDF berbasis spesies terdiri dari enam komponen penyusun utama yaitu  Status populasi  Distribusi populasi  Kecendurungan populasi Gambar 8. Kecenderungan penurunan populasi peneluran penyu belimbing di Terengganu Malaysia Chan 2006, Mexico Sarti et al. 1996 dan Jamursba Medi Indonesia Hitipeuw et al. 2007.  Aktivitas perdagangan spesies  Pengaruh faktor ekologi dan biologi  Informasi pengelolaan yang mempengaruhi populasi spesies Metode NDF berbasis analisis resiko yang memiliki beberapa tahapan penting yaitu  Menganalisa resiko yang terjadi pada populasi penyu belimbing,  Menganalisa dampak terhadap populasi penyu belimbing,  Adanya probabilitas resiko dari dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pemanfaatan,  Melakukan pengelolaan terhadap resiko yang terjadi dengan pendekatan mitigasi,  Menentukan keterbukaan dengan menjumlahkan resiko dan dampak,  Melakukan pemantauan dan pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan terhadap resiko dan dampak terhadap populasi penyu belimbing. Analisis metode NDF dilakukan dengan menggunakan ranking yang telah ditetapkan secara internasional oleh IUCN dan CITES. Setiap komponen yang akan diranking disebut dengan komponen ceklis. Sistem perankingan dilakukan berdasarkan kepakaran dalam menilai objek yang diteliti. Sistem ranking yang diterapkan memiliki kisaran 1 sampai 5 dimana semakin kecil nilai ranking maka menunjukkan rendahnya kerusakan terhadap populasi tersebut, selanjutnya Vurnerability of the spesies Volume in trade Gambar 9. NDF berbasis analisis resiko penyu belimbing CITES 2008 Moderate risk High risk Low risk Moderate risk apabila semakin tinggi nilai ranking menunjukkan adanya indikasi kerusakan pada populasi di alam. 2.7 Kerentanan Populasi 2.7.1 Konsep Kerentanan