memberikan  dampak  yang  negatif  dalam  meningkatkan  ketimpangan  pendapatan antar kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur.
5.2  Analisis Tipologi Klassen
Analisis tipologi  Klassen  memberikan
gambaran  tentang  pola pertumbuhan  ekonomi  kabupatenkota  penghasil  migas  yang  merupakan  analisis
yang  cukup  penting  untuk  melihat  kondisi  perekonomiannya.  Dengan  melihat pola pertumbuhan ekonomi tersebut akan dapat terlihat bagaimana potensi relatif
perekonomian suatu daerah baik secara agregat  dan  sektoral terhadap daerah  lain sekitarnya.
Tipologi  Klassen  membagi  wilayah  menjadi  4  kuadran  yaitu  kuadran  I merupakan  kelompok  daerah  maju  laju  pertumbuhan  dan  pendapatan  perkapita
diatas  rata-rata,  kuadran  II  merupakan  daerah  maju  tapi  tertekan  pertumbuhan ekonomi  rendah  tapi  pendapatan  perkapita  diatas  rata-rata,  kuadran  III
merupakan  daerah  berkembang  pertumbuhan  ekonomi  yang  lebih  tinggi  tapi pendapatan  perkapita  lebih  rendah  dari  rata-rata  dan  terakhir  kuadran  IV
merupakan  daerah  tertingal  pertumbuhan  ekonomi  dan  pendapatan  perkapita dibawah rata-rata. Pada masing-masing kuadran dibagi menjadi 2 bagian dimana
pada  baris  pertama  merupakan  kelompok  daerah  dengan  struktur  perekonomian yang  didominasi  sektor  pertambangan  migas  dan  baris  kedua  merupakan
kelompok  daerah  yang  struktur  perekonomiannya  tidak  didominasi  sektor pertambangan migas.
Pengelompokan  daerah  menggunakan  tipologi  Klassen  pada  tahun  2002 terlihat bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Bekasi serta Kota
Samarinda dan Tarakan masuk dalam kelompok daerah maju, seperti ditampilkan pada  Tabel  6.  Kemajuan  Kabupaten  Kutai  Kartanegara  dan  Kutai  Timur  banyak
ditopang  oleh  melimpahnya  sumber  daya  migas  yang  menjadi  pendorong  laju perekonomian  daerah.  Namun  berbeda  dengan  Kabupaten  Bekasi,  kemajuan
kabupaten  ini  lebih  disebabkan  peran  sektor  industri  yang  sangat  besar.  Hal  ini tampak jelas dari struktur perekonomian Kabupaten Bekasi yang sekitar 80 persen
lebih  didominasi  oleh  sektor  industri  sementara  sektor  pertambangan  dengan migas  hanya  menyumbang  kurang  dari  2  persen  saja.  Sedangkan  untuk  Kota
Samarinda  dan  Tarakan,  kemajuan  kedua  daerah  tersebut  lebih  banyak dipengaruhi oleh sektor industri dan perdagangan, sementara sektor pertambangan
dengan migas hanya menyumbang kurang dari 6 persen saja. Tabel 6    Pengelompokan Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Penghasil
Migas Berdasarkan Tipologi Klassen tahun 2002 Laju
Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan Perkapita
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Diatas Rata-Rata Laju Pertumbuhan
Ekonomi Dibawah Rata-Rata
Pendapatan Perkapita Diatas Rata-Rata
Daerah Maju 16 Kutai Kartanegara, Kutai
Timur, Samarinda, Tarakan dan
Bekasi Daerah maju Tapi
Tertekan 12 Kampar, Bengkalis,
Rokan Hilir dan Bontang
Pendapatan Perkapita Dibawah Rata-Rata
Daerah Berkembang 22
Tanjung Jabung Timur, Indramayu, Nunukan,
Sarolangun,Tanjung Jabung Barat, Subang,
dan Mojokerto Daerah Relatif
Terbelakang 50 Musi Banyuasin, Ogan
Komering Ulu, Musi Rawas,
Indragiri Hulu, Tebo, Batanghari,  Kota Jambi,
Lahat, Bulungan, Majalengka, Karawang,
Sidoarjo, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan
Bangkalan
Seluruh  kabupaten  penghasil  migas  yang  berada  di  Provinsi  Sumatera Selatan masuk  ke dalam kelompok  daerah  yang relatif terbelakang kuadran IV.
Masuknya  sejumlah  kabupaten  di  Provinsi  Sumatera  Selatan  yang  masuk  ke dalam  kelompok daerah tertinggal   tidaklah mengherankan mengingat  rendahnya
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita di wilayah tersebut. Kabupaten Kampar, Bengkalis, Rokan Hilir dan Kota Bontang pada tahun
2002  masuk  dalam  kelompok  daerah  yang  maju  tapi  tertekan  kuadran  III. Keempat  kabupatenkota  penghasil  migas  ini  memiliki  tingkat  pendapatan
perkapita diatas rata-rata kabupaten penghasil migas lainnya Tabel 2 namun laju pertumbuhan  ekonominya  berada  dibawah  rata-rata  kabupaten  lain.  Sedangkan
Kabupaten Sarolangun, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung  Barat, Nunukan, Indramayu, Subang dan Mojokerto berdasarkan pengelompokan Tipologi Klassen
termasuk  daerah  yang  berkembang  kuadran  II.  Secara  umum  pada  tahun  2002 sebanyak  50  persen  kabupatenkota  penghasil  migas  tergolong  sebagai  daerah
yang  tertinggal  sedangkan  sisanya  masuk  dalam  kelompok  daerah  maju  16 persen, maju tapi tertekan 12 persen dan berkembang 22 persen.
Menurut  Syafrizal  2008  pengelompokan  wilayah  dengan  menggunakan tipologi Klassen ini bersifat dinamis karena sangat tergantung pada perkembangan
kegiatan pembangunan pada kabupatenkota yang bersangkutan. Ini berarti bahwa dalam  beberapa  tahun  kedepan,  pengelompokkan  akan  dapat  berubah  sesuai
dengan perkembangan laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita daerah yang bersangkutan.
Tabel 7    Pengelompokan Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota Penghasil Migas Berdasarkan Tipologi Klassen tahun 2007
Laju Pertumbuhan
Pendapatan Perkapita
Laju Pertumbuhan Diatas Rata-Rata
Laju Pertumbuhan Dibawah Rata-Rata
Pendapatan Perkapita Diatas Rata-Rata
Daerah Maju 12 Kutai Kartanegara, Kutai
Timur, Samarinda, dan Bekasi
Daerah maju Tapi Tertekan 25
Kampar, Bengkalis, Musi Banyuasin Rokan Hilir,
Indragiri Hulu, Bulungan, Bontang dan
Bojonegoro
Pendapatan Perkapita Dibawah Rata-Rata
Daerah Berkembang 38
OKU, Lahat, Musi Rawas,  Nunukan,
Tarakan, Indramayu, Sarolangun, Tanjung
Jabung Barat, Tebo, Kota Jambi,
Subang,Mojokerto Daerah Relatif
Terbelakang 25 Tanjung Jabung Timur,
Batanghari, Majalengka, Karawang, Sidoarjo,
Tuban, Lamongan dan Bangkalan
Demikian  pula  dengan  perkembangan  pembangunan  yang  terjadi  di kabupaten  penghasil  migas,  setelah  selang  5  tahun  terjadi  beberapa  pergeseran
daerah  dalam  pengelompokkan  ini.  Beberapa  wilayah  yang  pada  tahun  2002 masuk  sebagai  daerah  yang  relatif  tertinggal  pada  tahun  2007  dapat  bergeser
masuk  ke  dalam  kelompok  daerah  yang  berkembang  ataupun  daerah  yang  maju tapi tertekan. Namun ada satu daerah yang pada tahun 2002 termasuk daerah maju
tapi  pada  tahun  2007  bergeser  menjadi  daerah  berkembang  yaitu  Kota  Tarakan Tabel 7.
Kemajuan  beberapa  daerah  yang  sebelumnya  berada  di  kuadran  IV daerah  tertinggal  pada  tahun  2007  masuk  sebagai  kelompok  daerah  yang
berkembang  yaitu  kabupaten  Tebo,  Kota  Jambi,  Ogan  Komering  Ulu,  Lahat  dan Musi  Rawas.  Sedangkan  kabupaten  yang  sebelumnya  masuk  dalam  kelompok
daerah  tertinggal  pada  tahun  2002  kemudian  pada  tahun  2007  masuk  ke  dalam kelompok daerah  yang  maju  tapi tertekan  yaitu Kabupaten   Indragiri  Hulu, Musi
Banyuasin, Bulungan dan Bojonegoro. Pergeseran  sejumlah  kabupaten  penghasil  migas  yang  terjadi  sebagai
akibat  pembangunan  ekonomi  yang  terjadi  di  wilayah  yang  bersangkutan. Kemajuan  sejumlah  kabupaten  tersebut  tidak  hanya  dikarenakan  peningkatan
pendapatan  perkapita  namun  juga  ditunjang  oleh  percepatan  pertumbuhan ekonomi  yang  mampu  mengimbangi  pertumbuhan  ekonomi  kabupaten  lainnya.
Secara umum pada tahun 2007 sebanyak 38 persen kabupatenkota masuk dalam kelompok  daerah  berkembang  sedang  sisanya  masuk  kelompok  daerah  maju  12
persen, maju tapi tertekan 25 persen dan tertinggal 25 persen.
5.3 Analisis Data Panel