Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

daerah yang relatif kaya sumber daya migas dengan daerah yang sumber daya migasnya tidak terlalu besar. Periode data yang dipakai dalam analisis data panel menggunakan data tahun 2004-2007. Periode analisis data panel ini berbeda dengan periode analisis disparitas pendapatan dan tipologi Klassen karena keterbatasan data yang tersedia.

5.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah penduduk LnPOP, pendapatan asli daerah LnPAD, dana bagi hasil LnDBH, tabungan LnSAVE, pengangguran LnTPT, penduduk yang lulus SMU LnSMU dan pengeluaran pendidikan LnEDU serta variabel bebasnya adalah pertumbuhan ekonomi LnPDRB. Penyusunan model data panel dilakukan dalam dua tahap. Pertama, membandingkan fixed effects model dengan random effects model. Kedua, membuat estimasi model atau persamaan dengan menentukan koefisien masing-masing variabel bebas. Software yang dipergunakan dalam pengolahan data penelitian adalah Eviews 6.0. Penentuan model yang sesuai ditetapkan dengan uji Hausman. Statistik Uji Hausman mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan degree of freedom sebanyak jumlah variabel bebas dari model. Uji kesesuaian model data panel dengan fixed effects dan random effects menggunakan uji Hausman menunjukkan nilai p-value 2  prob. 0,05, hal ini berarti model persamaan yang disusun memiliki heterogenitas individu tetapi tidak secara random. Dengan demikian fixed effects model lebih sesuai digunakan. Persamaan pada Tabel 8, menghasilkan nilai R 2 untuk persamaan 1,2, dan 3 yang sama yaitu 0.9991, 0.9991, 0.9992 yang berarti bahwa pengaruh variabel bebas jumlah penduduk, pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, tabungan, pengangguran, penduduk yang lulus SMU, dan pengeluaran pendidikan terhadap variabel tidak bebas pertumbuhan ekonomi sebesar 99.91, 99.91 dan 99.92 persen sedang sisanya sebesar 0.09, 0.09 dan 0.08 persen lainnya dijelaskan oleh variabel yang tidak masuk dalam model. Hasil pengujian pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap varaiabel tidak bebas dengan menggunakan uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 2631.55 jauh lebih besar dibandingkan dengan F tabel yang mencapai nilai 2.00. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk, pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, tabungan, pengangguran, penduduk yang lulus SMU, dan pengeluaran pendidikan signifikan berpengaruh secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada persamaan 1, 2 dan 3 diketahui variabel pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, tabungan, penduduk yang lulus SMU dan pengeluaran pendidikan berhubungan secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel populasi dan pengangguran berhubungan secara negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tabel 8 Uji Signifikansi Variabel Bebas pada Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Penghasil Migas tahun 2004-2007 Variabel Persamaan 1 Persamaan 2 Persamaan 3 Koefisien Prob Koefisien Prob Koefisien Prob C 13.9833 0.00 15.3111 0.00 13.4309 0.00 LnPOP -0.0274 0.00 -0.0292 0.00 -0.0189 0.01 LnPAD 0.0349 0.00 0.0153 0.18 0.0226 0.00 LnDBH 0.0181 0.00 0.0163 0.00 0.0194 0.01 LnSAVE 0.0160 0.04 0.0067 0.32 0.0421 0.03 LnTPT -0.0317 0.00 -0.0206 0.10 -0.0316 0.00 LnSMU 0.0657 0.00 0.0003 0.99 0.0801 0.00 LnEDU 0.0345 0.00 0.0329 0.00 0.0389 0.00 R 2 0.999111 0.999129 0.999275 Adj R 2 0.998731 0.998632 0.998904 F-statistic 2631.552 2008.276 2698.095 Sumber : Data diolah Ket : Persamaan 1 seluruh kabupaten, Persamaan 2 kabupaten dengan peran sektor pertambangan 25 persen, Persamaan 3 kabupaten dengan peran sektor pertambangan 25 persen Variabel populasi atau jumlah penduduk dari hasil analisis diketahui signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan koefisien bernilai -0.03 yang berarti bahwa peningkatan 1 persen jumlah penduduk akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.03 persen dengan asumsi variabel yang lain konstan. Hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan Thomas Robert Malthus yang jauh hari sudah memperingatkan tentang pertumbuhan penduduk yang berlebihan over population. Disebutkan bahwa pertumbuhan penduduk nantinya akan seperti deret ukur sedangkan pertambahan produksi hasil pangan akan seperti deret hitung. Pertumbuhan jumlah penduduk yang cenderung cepat menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi disebagian besar negara-negara berkembang, terutama yang kondisi dasarnya masih miskin, amat tergantung pada sektor pertanian, serta diliputi keterbatasan lahan serta sumber daya alam Todaro dan Smith, 2006. Jumlah penduduk yang besar sebetulnya memiliki potensi sebagai pelaku pertumbuhan sekaligus pasar potensial. Namun potensi tersebut akan berubah menjadi dampak negatif apabila daerah tidak dapat mengontrol laju pertumbuhan jumlah penduduknya over popolation karena lahan yang tersedia jumlahnya terbatas. Masalah lainnya kemudian timbul apabila pertumbuhan jumlah penduduk yang ada tidak dibarengi dengan kenaikan kualitas pertambahan penduduk tersebut seperti kualitas pendidikan dan kesehatan. Nilai koefisien variabel jumlah penduduk yang ditunjukkan oleh persamaan 1 memiliki arah yang sama dengan persamaan 2 dan 3. Perbedaan ketiganya terletak pada besaran koefisien variabel jumlah penduduk. Nilai koefisien variabel jumlah penduduk pada persamaan 2 dan 3 masing-masing sebesar -0.0292 dan -0.0189 dan . Hal ini menunjukkan di daerah dengan share pertambangan lebih dari 25 persen persamaan 2 memiliki dampak penurunan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akibat pertambahan jumlah penduduk dibanding daerah dengan share sektor pertambangan kurang dari 25 persen persamaan 3. Variabel pendapatan asli daerah signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan koefisien bernilai 0.03 yang berarti bahwa peningkatan 1 persen pendapatan asli daerah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.03 persen dengan asumsi variabel yang lain konstan. Hasil ini sesuai dengan hipotesa yang dikemukakan diawal. Dengan demikian daerah yang memiliki tingkat pendapatan asli daerah PAD yang lebih tinggi memiliki peluang untuk tumbuh lebih cepat daripada daerah dengan tingkat PAD yang rendah. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu modal dasar untuk menggerakkan pembangunan daerah. Semakin besar PAD suatu daerah akan memberikan dampak yang positif bagi total pengeluaran pemerintah daerah yang pada gilirannya memberikan dampak yang positif pula bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Variabel pendapatan asli daerah pada persamaan 2 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pendapatan asli daerah memiliki dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi namun jumlahnya relatif terbatas sehingga kurang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada umumnya daerah yang ada dalam persamaan 2 daerah dengan pendapatan DBH yang relatif tinggi sangat mengandalkan penerimaan daerah dari penerimaan dana bagi hasil yang dikucurkan pemerintah pusat. Pada masa mendatang pemerintah daerah di kabupaten dengan sumber daya migas yang relatif berlimpah hendaknya mampu meningkatkan pendapatan asli daerahnya mengingat sifat dari sumber migas yang tidak dapat terbarukan. Variabel dana bagi hasil dalam persamaan 1 signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan koefisien bernilai 0.02 yang berarti bahwa peningkatan 1 persen dana bagi hasil maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.02 persen dengan asumsi variabel yang lain tetap. Hal ini sesuai dengan hipotesa yaitu peningkatan dana bagi hasil berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Variabel dana bagi hasil seperti halnya pendapatan asli daerah, merupakan modal yang penting dalam menggerakkan pembangunan daerah. Besarnya dana bagi hasil memberikan dampak yang positif bagi anggaran pendapatan dan belanja daerah dalam meningkatkan total pengeluaran pemerintah. Peningkatan pengeluaran daerah diharapkan mampu memberi dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. Koefisien dana bagi hasil pada persamaan 1 memiliki arah koefisien yang sama dengan persamaan 2 dan 3. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara ketiga daerah tersebut. Dari ketiga persamaan model pertumbuhan memberi gambaran bahwa di semua wilayah, dana bagi hasil memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Variabel tabungan pada persamaan 1 diketahui signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan koefisien bernilai 0.02 yang berarti bahwa peningkatan tabungan sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.02 persen dengan asumsi variabel yang lain konstan. Hasil analisis penelitian ini sesuai dengan teori pertumbuhan endogen yang menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat tabungan maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan output. Dornburch, 2001. Peningkatan tabungan menjadi hal yang penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Besarnya dana tabungan yang dihimpun dari masyarakat oleh lembaga perbankan akan disalurkan kembali untuk membiayai kegiatan-kegiatan produktif dalam suatu perkonomian. Semakin cepat perputaran aliran dana akan memberikan efek berganda bagi pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Variabel tabungan pada persamaan 2 memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi tabungan sebagai bagian dari pengerak pertumbuhan ekonomi di daerah struktur ekonominya didominasi oleh sektor pertambangan migas tidak sepenuhnya terwujudnya. Kondisi ini dikarenakan rendahnya ratio perbandingan antara besarnya kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga tabungan di daerah tersebut. Data yang diperoleh dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada umumnya daerah-daerah yang berada di wilayah ini memiliki nilai LDR Loan Deposit Ratio yang rendah berkisar antara 30-50 persen. Hal inilah yang menyebabkan besarnya dana yang terhimpun dalam bentuk tabungan tidak mampu seluruhnya diserap melalui kredit yang disalurkan pihak perbankan. Rendahnya daya serap dana pihak ketiga ini tentunya berdampak terhadap percepatan perekonomian di wilayah tersebut. Variabel pengangguran pada persamaan 1 terbukti signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan koefisien bernilai -0.03 yang berarti bahwa peningkatan jumlah pengangguran sebesar 1 persen akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.03 persen dengan asumsi variabel yang lain konstan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arthur Okun yang terkenal dengan Hukum Okun Dornbursh et al, 2001. Dalam penelitiannya, Okun menyusun hubungan empiris antara pengangguran dan PDB riil di Amerika Serikat. Dari hasil penelitiannya, Okun menyatakan bahwa 1 poin tambahan pengangguran membebani 2 persen PDB. Hal ini dapat dimaklumi karena semakin besar penduduk yang menganggur dengan sendirinya akan membuat pendapatan perkapita semakin kecil. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh persamaan 2 dan 3, hanya saja dampak peningkatan pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah yang memiliki share pertambangan lebih dari 25 persen relatif lebih rendah jika dibandingkan daerah dengan share pertambangan kurang dari 25 persen. Pengangguran yang tinggi memang membawa dampak buruk bagi perkonomian sebab output yang dihasilkan tidak dapat maksimal, sehingga ada kapasitas produksi yang belum terpakaimenganggur. Akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi turun sebab input yang terpakai juga sedikit Sukirno, 2000. Variabel pendidikan yang diwakili oleh jumlah penduduk yang lulus SMU dalam persamaan 1 signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan koefisien bernilai 0.07 yang berarti bahwa peningkatan 1 persen jumlah penduduk yang lulus SMU akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.07 persen dengan asumsi variabel yang lain tetap. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang artinya kenaikan pendidikan suatu daerah akan mempengaruhi kenaikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Maksud dari peningkatan pendidikan disini adalah peningkatan kualitas pendidikan yang ditandai dengan banyaknya jumlah penduduk yang lulus SMU. Jadi daerah dengan kualitas pendidikan yang tinggi memiliki peluang untuk tumbuh lebih cepat daripada daerah yang kualitas pendidikannya masih rendah. Hasil ini sesuai dengan teori pertumbuhan endogen New Growth Theory yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi selain dipengaruhi akumulasi modal dan tabungan juga ditentukan oleh kualitas human capitalnya Romer, 1995. Hal yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah. Selama ini baik pemerintah pusat maupun daerah terkesan kurang memberikan perhatian pada sektor pendidikan. Pengaruh variabel pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada persamaan 1 sama dengan hasil yang ditunjukkan dalam persamaan 3 namun berbeda dengan hasil pada persamaan 2. Pada daerah yang memiliki dana bagi hasil yang besar persamaan 2 terlihat bahwa peran pendidikan jumlah lulusan SMU tidak memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa peran jumlah penduduk yang lulus SMU di daerah ini tidak mampu sepenuhnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini diduga karena besarnya jumlah penduduk yang lulus SMU belum seluruhnya mampu diserap sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan perekonomian. Variabel pengeluaran pendidikan dalam persamaan 1 diketahui positif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Besarnya nilai koefisien pengeluaran pendidikan yang bernilai 0.03 berarti bahwa peningkatan sebesar 1 persen pengeluaran pendidikan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.03 persen dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang artinya kenaikan pengeluaran pendidikan akan mempengaruhi kenaikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Peningkatan kualitas pendidikan ditinjau dari sisi besarnya anggaran pendidikan merupakan investasi yang penting dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendidikan yang semakin baik akan meningkatkan ketrampilan dan produktifitas dari tenaga kerja sehingga mampu memberikan output yang lebih baik dari segi kuantitas maupun kualitas barang dan jasa yang diproduksi. Pengeluaran pendidikan merupakan investasi yang penting dalam proses pembangunan daerah berkaitan dengan masalah pengentasan kemiskinan. Penentu perbedaan pendapatan dan produktifitas adalah kualitas pendidikan kualitas pengajaran, fasilitas dan kurikulum dan bukan hanya kuantitasnya saja lamanya bersekolah Behrman dan Birdsall, 1983. Peningkatan pengeluaran pendidikan akan sangat berpengaruh bagi penyediaan berbagai fasilitas pendidikan dan peningkatan kualitas guru. Dalam UU tentang pendidikan nasional mengamanatkan bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menganggarkan minimal 20 persen dari APBNAPBD untuk sektor pendidikan, namun dalam kenyataannya masih banyak daerah yang mengalokasikan anggaran pendidikan kurang dari 20 persen untuk sektor ini. Sektor pendidikan bagi suatu wilayah sangat penting bila ingin membangun suatu dasar atau landasan pertumbuhan yang kekal dan tahan lama. Secara umum hasil, variabel jumlah lulusan SMU yang diperoleh dalam persamaan 1 memiliki arah koefisien sama dengan persamaan 2 dan 3. Perbedaan hanya pada besaran nilai koefisien. Pada persamaan 3, peningkatan pengeluaran pendidikan di daerah ini memberikan dampak yang relatif lebih besar dibanding daerah yang ada dalam persamaan 2. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto 2006 yang melakukan penelitian di 30 Provinsi tahun 2001 hingga 2004 terdapat beberapa perbedaan. Dari hasil penelitiannya diketahui, transfer pemerintah pusat berupa dana perimbangan dan pendapatan asli daerah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sementara pada penelitian ini justru memberikan hasil yang berbeda. Dana bagi hasil dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten penghasil migas. Sementara variabel lain seperti variabel populasi, pengangguran dan pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang searah dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanto. Sementara itu jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari 2006 yang melihat pengaruh tabungan terhadap pertumbuhan ekonomi, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini memiliki analisa yang searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari. Pada penelitian ini diketahui bahwa peningkatan tabungan berpengaruh positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil migas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya karena adanya perbedaan waktu penelitian, lokasi penelitian dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini selain variabel yang digunakan oleh Haryanto, ditambahkan pula variabel lain yaitu variabel tabungan sementara transfer dana pemerintah pusat pada penelitian ini hanya dibatasi pada transfer dana bagi hasil.

5.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan