Pada  umumnya  negara-negara  maju  telah  mampu  mewujudkan pembangunan  wilayah  yang  seimbang  atau  relatif  merata.  Masalah  ketimpangan
antar wilayah biasanya terjadi di negara-negara berkembang.
Sumber : Syafrizal, 2008
Gambar 1.  Kurva Kuznets “U Terbalik” Menurut  hipotesa  Neo  klasik  pada  permulaan  proses  pembangunan  suatu
negara,  ketimpangan  pembangunan  antar  wilayah  cenderung  meningkat.  Proses ini  akan  terjadi  sampai  ketimpangan  tersebut  mencapai  puncak.  Setelah  itu,  bila
proses  pembangunan  terus  berlanjut,  maka  secara  berangsur-angsur  ketimpangan pembangunan  antar  wilayah  tersebut  akan  menurun.  Berdasarkan  hipotesa  ini,
dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa pada negara-negara berkembang umumnya  ketimpangan  pembangunan  antar  wilayah  cenderung  lebih  tinggi,
sedangkan  pada  negara-negara  maju  ketimpangan  tersebut  akan  lebih  rendah. Dengan  kata  lain,  kurva  ketimpangan  pembangunan  antar  wilayah  adalah
berbentuk  U  terbalik  Reverse  U  Shape  Curve  seperti  tampak  pada  Gambar  1. Syafrizal, 2008.
2.3.1  Penyebab Ketimpangan Antar Wilayah
Disparitas  pembangunan  terjadi  karena  tiga  faktor  yaitu  faktor  alami, kondisi  sosial  budaya  dan  keputusan-keputusan  kebijakan.  Faktor  alami  meliputi
kondisi  iklim  pertanian  agro  climate,  sumber  daya  alam,  lokasi  geografi,  jarak pelabuhan  dengan  pusat  aktifitas  ekonomi  dan  wilayah  potensial  untuk
pembanguan  ekonomi.  Sementara  faktor-faktor  sosial  budaya  meliputi  nilai  dan
Kurva Ketimpangan Regional
Tingkat Pembangunan Wilayah
Ketimpangan Regional
tradisi,  mobilitas  ekonomi,  investasi  dan  kewirausahaan.  Sedangkan  faktor keputusan kebijakan adalah sejumlah kebijakan yang mendukung secara langsung
atau tidak langsung membuat terjadinya disparitas pembangunan United Nations, 2001.
Pertumbuhan  ekonomi  tinggi  yang  kurang  diimbangi  dengan  kekuatan- kekuatan  redistributif  baik  secara  ekonomi  maupun  politis  akan  menimbulkan
kesejangan.  Kesenjangan  ini  muncul  disebabkan  berbagai  faktor  yaitu  sistem sentralisasi  negara  yang  terlalu  kuat,  sedangkan  kekuatan  penyeimbang  tidak
sebanding;  kondisi  dualisme  yang  dipertajam  dengan  kebijakan  pemerintah, misalnya kota desa, sektor formal-informal sehingga langsung berhadapan dengan
skala  besar  dan  kecil  ekonomi  rakyat;  adanya  kekuatan-kekuatan  ekonomi  dan politik yang bersifat eksploitif, koruptif dan kolusif; kekuatan demokrasi ekonomi
dan politik yang belum memadai Hasibuan, 2001. Kesalahan-kesalahan
kebijakan pembangunan
mengakibatkan pembangunan  menjadi  timpang  dan  tidak  seimbang,  dimana  satu  sektor
berkembang  jauh  lebih  cepat  dari  sektor  lainnya.  Dalam  hal  ini  dimana  sektor ekonomi  mendapatkan  prioritas  tertinggi  dalam  program  pembangunan,  para
perencana  kebijakan  cenderung  untuk  demikian  memusatkan  perhatian  pada faktor ekonomi, sehingga mereka  lupa memberi perhatian secukupnya pada segi-
segi  non  ekonomis  yang  menunjang.  Penekanan  yang  berlebihan  pada pembangunan  ekonomi  seraya  mengabaikan  perkembangan-perkembangan  sosial
atau  dengan  kata  lain  terlalu  mengutamakan  salah  satu  sektor  ekonomi  akan menciptakan  ancaman  bom  waktu  psikologis  dan  politis  yang  dapat
menghancurkan  hasil-hasil  pembangunan.  Sebab  jurang  perbedaan  dalam pembangunan  sektor-sektor  dapat  menimbulkan  ketegangan  dan  rasa  tidak  puas
yang  selanjutnya  akan  mengundang  reaksi-reaksi  politis  atau  psikologis  yang merugikan pembangunan ekonomi Sumardjan, 1991.
Menurut  Williamson  1975  tingkat  kesenjangan  antar  wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a  Labor Migration perpindahan tenaga kerja Perpindahan  tenaga  kerja  antar  daerah  mungkin  sangat  selektif
karena  baik  oleh  hambatan  keuangan  daripada  tingkat  pendapatan  yang rendah atau kelambanan tradisonal di masyarakat pedesaan dan daerah non
industri  yang miskin. Orang-orang  yang pindah mungkin ditandai sebagai orang-orang  yang  bersemangat  dan  berjiwa  kewirausahaan,  terdidik  dan
mempunyai ketrampilan dan dalam umur-umur produktif. Perpindahan  penduduk  yang  selektif  semacam  ini  akan
memberikan  penekanan  terhadap  adanya  tendensi  kearah  terpencarnya pendapatan  regional,  tingkat  partisipasi  tenaga  kerja,  jika  yang  lain  tetap,
cenderung  akan  menguntungkan  daerah  yang  kaya  dan  merugikan  daerah yang  miskin.  Lebih  dari  itu,  human  capital  yang  berharga  cenderung
mengalir keluar dari daerah miskin ke daerah kaya yang membuat sumber- sumber  regional  perkapita  yang  dimiliki  akan  lebih  pincang  dan
ketidaksamaan akan lebih besar. b  Capital Migration perpindahan modal
Perpindahan  modal  swasta  secara  inter-regional  cenderung berakibat  buruk.  Faedah  eksternal  ekonomis  dan  faedah  umum  yang
berasal  dari  aglomerasi  dari  proyek-proyek  modal  di  daerah  kaya  yang menyebabkan  berpindahnya  modal  dari  daerah  miskin,  hal  ini  cenderung
memperhebat  ketidaksamaan  regional  dan  memperluas  perpecahan  antara daerah  kaya  dan  miskin.  Resiko  yang  tinggi,  kekurangan  kemampuan
berwirausaha  dan  pasar  modal  yang  belum  berkembang,  boleh  jadi  akan menekan kegiatan investasi dan akumulasi modal di daerah miskin.
c  Central Government Policy kebijakan pemerintah pusat Pemerintah  pusat  yang  secara  terang-terangan  atau  tidak
melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan pembangunan  nasional  yang menimbulkan peningkatan ketidaksamaan regional, jika keadaan politik di
wilayah  yang  miskin  kurang  memuaskan  maka  pemerintah  pusat  dapat saja mengalihkan investasi dari daerah miskin ke daerah kaya. Hal ini akan
menyebabkan kesenjangan yang semakin besar. Tetapi apabila pemerintah pusat  cenderung  berlaku  adil  maka  kebijaksanaan  dapat  mengurangi
kesenjangan ini juga.
Dengan  memperhatikan  pola  investasi  regional  pemerintah  pusat, hendaknya jelas bahwa setelah pembangunan berlangsung, maka  investasi
pemerintah diharapkan semakin berkurang dan dalam banyak hal investasi pemerintah akan dibiayai oleh investasi sebelumnya.
d  Interregional Linkages keterkaitan antar daerah Secara
umum  dapat  dikatakan bahwa
pada permulaan
pembangunan  mungkin  efek  menyebar  dari  perubahan  teknologi  dan perubahan  sosial  serta  penggandaan  pendapatan  adalah  kecil,  tetapi
selanjutnya  diharapkan  pada  saat  pembangunan  telah  berjalan, peningkatan  di  suatu  daerah  akan  memberikan  efek  yang  menyebar  ke
daerah di sekitarnya. Setiap  faktor-faktor  diatas  atau  kombinasinya,  boleh  jadi  cukup
menyebabkan  ketidaksamaan  regional  menjadi  berkurang  ataupun  bertambah. Sedangkan ketimpangan antar daerah dapat menimbulkan berbagai masalah antara
lain  kecemburuan  antar  daerah  dan  berbagai  masalah  kependudukan  migrasi, urbanisasi,  pengangguran  dan  sebagainya,  yang  pada  gilirannya  akan  sangat
berpengaruh pada stabilitas nasional. Menurut  Syafrizal  2008,  terdapat  beberapa  faktor  yang  menyebabkan
ketimpangan antar wilayah antara lain : a  Perbedaan Kandungan Sumberdaya Alam
Penyebab  pertama  yang  mendorong  timbulnya  ketimpangan pembangunan  antar  wilayah  adalah  adanya  perbedaan  yang  sangat  besar
dalam  kandungan  sumberdaya  alam  pada  masing-masing  daerah. Sebagaimana  diketahui  bahwa  perbedaan  kandungan  sumberdaya  alam  di
Indonesia ternyata cukup besar. Ada daerah  yang mempunyai minyak dan gas alam, tetapi daerah lain tidak mempunyai. Sementara ada daerah yang
memiliki  kandungan  batubara  yang  melimpah,  tapi  daerah  lain  miskin kandungan  mineral.  Demikian  juga  dengan  tingkat  kesuburan  lahan  yang
juga  bervariasi  sehingga  mempengaruhi  upaya  untuk  mendorong pembangunan pertanian pada masing-masing daerah.
Perbedaan  kandungan sumberdaya
alam ini
jelas akan
mempengaruhi  kegiatan produksi pada daerah  yang bersangkutan. Daerah dengan  kandungan  sumber  daya  alam  yang  cukup  tinggi  akan  dapat
memproduksi  barang-barang  tertentu  dengan  biaya  relatif  murah dibandingkan  daerah  lain  yang  mempunyai  sumberdaya  alam  yang  lebih
rendah.  Kondisi ini  mendorong  pertumbuhan
ekonomi  daerah bersangkutan  menjadi  lebih  cepat.  Sedangkan  daerah  lain  yang
mempunyai  kandungan  sumberdaya  alam  yang  lebih  sedikit  akan memproduksi  barang-barang  dengan  biaya  produksi  yang  lebih  tinggi
sehingga  daya  saingnya  menjadi  lemah.  Kondisi  tersebut  menyebabkan daerah  bersangkutan  cenderung  mempunyai  pertumbuhan  ekonomi  yang
lebih  lambat.  Dengan  demikian  terlihat  bahwa  perbedaan  kandungan sumberdaya  ini  dapat  mendorong  terjadinya  ketimpangan  pembangunan
antar wilayah yang lebih tinggi pada suatu negara. b  Perbedaan Kondisi Demografi
Kondisi demografis juga dapat mendorong terjadinya ketimpangan antar  wilayah.  Kondisi  demografis  yang  dimaksud  adalah  perbedaan
tingkat  pertumbuhan  dan  struktur  kependudukan,  perbedaan  tingkat pendidikan  dan  kesehatan,  perbedaan  kondisi  ketenagakerjaan  dan
perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan.
Kondisi  demografis  ini  akan  dapat  mempengaruhi  ketimpangan pembangunan  antar  wilayah  karena  hal  ini  akan  berpengaruh  pada
produktivitas  kerja  masyarakat  pada  daerah  yang  bersangkutan.  Daerah dengan  kondisi  demografis  yang  baik  cenderung  akan  mempunyai
produktifitas  kerja  yang  lebih  tinggi  sehingga  hal  ini  akan  mendorong peningkatan  investasi  yang  selanjutnya  akan  meningkatkan  penyediaan
lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. c  Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
Mobilitas  barang  dan  jasa  yang  kurang  lancar  dapat  juga mendorong  terjadinya  peningkatan  ketimpangan  pembangunan  antar
wilayah.  Mobilitas  barang  dan  jasa  ini  meliputi  kegiatan  perdagangan antar  daerah  dan  migrasi  baik  yang  disponsori  pemerintah  transmigrasi
atau  migrasi  spontan.  Alasannya  adalah  karena  bila  mobilitas  tersebut
kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah  tidak dapat dijual ke daerah  lain  yang  membutuhkan.  Demikian  pula  halnya  dengan  migrasi
yang  kurang  lancar  menyebabkan  kelebihan  tenaga  kerja  suatu  daerah tidak  dapat dimanfaatkan  oleh  daerah  lain  yang  sangat  membutuhkannya.
Akibatnya,  ketimpangan  pembangunan  antar  wilayah  akan  cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan daerah lain
yang  membutuhkan,  sehingga  daerah  terbelakang  sulit  mendorong  proses pembangunannya.  Karena  itu  tidaklah  mengherankan  bila  ketimpangan
antar  wilayah  seringkali  terjadi  di  negara  berkembang  dimana  mobilitas barang  dan  jasa  kurang  lancar  dan  terdapatnya  beberapa  daerah  yang
terisolir. d  Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah
Terjadinya  konsentrasi  kegiatan  ekonomi  yang  cukup  tinggi  pada wilayah  tertentu  jelas  akan  mempengaruhi  ketimpangan  pembangunan
antar  wilayah.  Pertumbuhan  ekonomi  daerah  akan  cenderung  lebih  cepat pada  daerah  dimana  terdapat  konsentrasi  kegiatan  ekonomi  yang  cukup
besar. Kondisi tersebut selanjutnya  akan mendorong  proses pembangunan daerah  melalui  peningkatan  penyediaan  lapangan  kerja  dan  tingkat
pendapatan masyarakat. Konsentrasi  kegiatan  ekonomi  tersebut  dapat  disebabkan  oleh
beberapa  hal.  Pertama,  karena  terdapatnya  sumberdaya  alam  yang  lebih banyak  pada  daerah  tertentu,  misalnya  minyak  bumi,  gas  dan  batubara.
Kedua, meratanya fasilitas transportasi baik darat, laut maupun udara, juga ikut  mempengaruhi  konsentrasi  kegiatan  ekonomi  di  suatu  wilayah.
Ketiga,  kondisi  demografis  kependudukan  juga  ikut  mempengaruhi karena  kegiatan  ekonomi  akan  cenderung  terkonsentrasi  dimana
sumberdaya manusia tersedia dengan kualitas yang lebih baik. e  Alokasi Dana Pembangunan Antar Wilayah
Investasi  merupakan  salah  satu  faktor  yang  sangat  menentukan pertumbuhan  ekonomi  suatu  daerah.  Karena  itu,  daerah  yang  mendapat
alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah atau dapat menarik lebih banyak  investasi swasta akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan
ekonomi  daerah  yang  lebih  cepat.  Kondisi  ini  tentunya  akan  dapat  pula
mendorong  proses  pembangunan  daerah  melalui  penyediaan  lapangan kerja  yang  lebih  banyak  dan  tingkat  pendapatan  perkapita  yang  lebih
tinggi. Alokasi  investasi  pemerintah  ke  daerah  lebih  banyak  ditentukan
oleh  sistem  pemerintah  daerah  yang  dianut.  Bila  sistem  pemerintahan daerah  yang  dianut  bersifat  sentralistik,  maka  alokasi  dana  pemerintah
akan  cenderung  lebih  banyak  dialokasikan  pada  pemerintah  pusat, sehingga ketimpangan pembangunan antar daerah akan cenderung tinggi.
2.3.2  Dampak Ketimpangan Antar Wilayah