Sifat Kekerasan Apriyantono et al. 1989 Analisis Rasio Pengembangan Densitas Kamba ASTM D1895-65 Absorbsi Air Sathe Salunke 1981

14 Tabel 5. Formulasi bahan untuk tiap unit percobaan Sampel Tapioka g Ampok g NaCl g PVOH g Air ml A1B1 120 80 21 10 76 A2B1 140 60 21 10 75 A3B1 160 40 21 10 74 A1B2 120 80 21 - 76 A2B2 140 60 21 - 75 A3B2 160 40 21 - 74

3.3.2.2 Plastisasi

Proses plastisasi diawali dengan mencampurkan tapioka dan ampok jagung di dalam wadah. Pada wadah yang lain, NaCl dilarutkan di dalam air yang telah ditentukan jumlahnya. Pada sampel yang membutuhkan PVOH ditambahkan PVOH yang telah dicairkan terlebih dulu di atas penangas. PVOH, air dan NaCl yang telah siap ditambahkan kedalam campuran tapioka dan ampok dan diaduk hingga merata. Setelah itu, bahan tersebut dimasukan ke dalam rheocord mixer rheomix 3000 HAAKE dengan kecepatan 65 rpm dan suhu yang diatur pada tiga barrel masing-masing 90-100-90 o C. Proses pencampuran ini dilakukan selama 5 menit. Setelah selesai adonan diperkecil ukurannya dengan pisau.

3.3.2.3 Ekspansi

Proses pengembangan pellet yang telah dihasilkan dilakukan dengan bantuan oven microwave Sharp R-8720M, 1000W. Microwave oven diset pada level power 100 pada daya 1kW selama 45 detik Zhou et al. 2007. Proses pemanasan tidak dilakukan terlalu lama untuk mencegah kegosongan pada sampel.

3.3.3 Karakter Fisik Biodegradable Foam

Uji karakter fisik pada foam yang dihasilkan dilakukan berdasarkan riset yang dilakukan oleh Bhatnagar dan Hanna 1995. Pada riset tersebut dilakukan beberapa uji yang meliputi rasio pengembangan expantion ratio, densitas kamba, absorbsi air, kompresibilitas, dan kekerasan bahan. Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap karakter fisik foam pati.

3.3.3.1 Sifat Kekerasan Apriyantono et al. 1989

Pada pengukuran kekerasan digunakan penetrometer dengan beban 150 gram. Pengukuran ini menggunakan jarum selama 5 detik. Pengukuran dilakukan lima kali pada titik yang berbeda untuk tiap sampel dan dihitung nilai rata-ratanya. Hasil analisis kekerasan foam ini disajikan pada Lampiran 4.

3.3.3.2 Analisis Rasio Pengembangan

Rasio pengembangan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume ekstrudat yang diperoleh dari proses ekstrusi dengan volume sampel yang telah dikembangkan di dalam 15 oven microwave. Hasil analisis rasio pengembangan ini disajikan pada Lampiran 5. Rasio pengembangan ekstrudat didefinisikan dengan rumus sebagai berikut. Rasio Pengembangan : dengan : V 2 : Volume sampel setelah diekspansi V 1 : Volume sampel sebelum diekspasi Pengukuran volume foam dilakukan dengan metode seed displacemet test dengan bantuan biji kacang hijau. Foam yang belum diekspansi dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu ditambahkan biji kacang hijau sejumlah 150 ml. Hasil pengukuran yang terbaca disebut dengan V 1 . Setelah foam diekspansi dalam oven microwave, foam tersebut dimasukkan kembali ke dalam gelas ukur dan ditambahkan sejumlah kacang hijau yang sama. Hasil pengukuran yang terbaca dari proses tersebut disebut sebagai V 2 .

3.3.3.3 Densitas Kamba ASTM D1895-65

Densitas unit dihitung dengan menggunakan metode seed displacement. Sampel berupa loose fill dimasukkan ke gelas ukur 250 ml hingga tepat mencapai volume tersebut. Selanjunya sampel sebanyak 250 ml tersebut ditimbang bobotnya. Densitas unit diperoleh dari bobot sampel dibagi volume 250 ml Bhatnagar dan Hanna 1995. Hasil analisis densitas kamba ini disajikan pada Lampiran 6.

3.3.3.4 Absorbsi Air Sathe Salunke 1981

Sebanyak 1 g contoh ditambah 10 ml akuades dan diaduk selama 30 detik pada suhu kamar. Setelah itu larutan tersebut disentrifus selama 30 menit pada laju 4000 rpm. Hasil analisis absorbsi air ini disajikan pada Lampiran 7. Nilai absorbsi air dihitung berdasarkan rumus berikut ini.

3.3.3.5 Sifat Kompresi ASTM D1621-73