Rasio Pengembangan KARAKTER FISIK FOAM PATI

26 Gambar 11. Grafik hubungan komposisi tapioka dan penambahan PVOH terhadap kekerasan foam Dari hasil analisis statistika untuk mencari hubungan antara komposisi tapioka dengan kekerasan bahan yang disajikan pada Lampiran 9 didapatkan nilai P sebesar 0.0073 yang lebih kecil dari nilai alfa α = 0.05. Hal tersebut berarti bahwa perbedaan komposisi tapioka : ampok berpengaruh nyata terhadap kekerasan bahan. Hasil uji lanjut dengan uji Duncan menyatakan bahwa terdapat perbedaan antar taraf perlakuan dalam pengaruhnya terhadap kekerasan bahan. Komposisi 60:40 berbeda terhadap komposisi tapioka 70:30 dan 80:20, sedangkan komposisi tapioka 70:30 dan 80:20 tidak berbeda satu sama lain. Komposisi 80:20 memiliki nilai tusukan jarum yang paling tinggi. Hal ini menandakan bahwa foam tersebut yang paling rapuh sehingga tidak mampu menahan tusukan jarum. Jumlah pati yang cukup besar menyebabkan foam dapat berkembang begitu baik sehingga banyak meninggalkan ruang kosong pada foam. Ruang kosong inilah yang membuat foam menjadi puffy atau besar tapi berongga di dalam. Hasil analisis statistika untuk mencari hubungan antara penambahan PVOH terhadap kekerasan bahan menghasilkan nilai P sebesar 0.0282 yang lebih kecil dari nilai alfa α= 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan penambahan PVOH berpengaruh nyata terhadap kekerasan bahan. Hasil uji lanjut dengan uji Duncan menyatakan bahwa terdapat perbedaan antar taraf perlakuan dalam pengaruhnya terhadap kekerasan bahan. Sampel yang tidak ditambahkan PVOH secara rata-rata memiliki nilai tusukan jarum yang lebih besar dibandingkan dengan sampel yang ditambahkan PVOH. Hal ini menandakan bahwa sampel yang tidak ditambahkan PVOH relatif lebih rapuh dan tidak sanggup menahan tusukan jarum lebih baik dibandingkan dengan sampel yang ditambahkan PVOH. Dengan kata lain sampel dengan PVOH lebih keras dibandingkan dengan sampel yang tidak ditambahkan PVOH. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shogren et al. 1998 yang menyatakan bahwa penambahan PVOH dapat meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanan foam berbasis pati. Uji lanjut untuk menentukan pengaruh interaksi kedua perlakuan menghasilkan nilai P sebesar 0.1255 yang lebih besar dari nilai alfa α= 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan bahan.

4.3.2 Rasio Pengembangan

Rasio pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini didefinisikan sebagai perbandingan peningkatan volume foam sebelum dan sesudah dikembangkan dalam microwave oven dengan volume foam sebelum dikembangkan. Karakter ini perlu diketahui untuk mengetahui 27 formulasi terbaik yang menghasilkan rasio pengembangan yang paling baik. Informasi ini sangat berguna terutama jika produksi foam pati ini sudah memasuki skala pabrik karena pengembangan foam yang baik dapat menghemat bahan baku dan biaya. Nilai rasio pengembangan expantion ratio sampel yang tidak ditambahkan PVOH meningkat secara linear seperti yang terlihat pada Gambar 12. Sampel dengan komposisi 60:40 memiliki nilai terendah disusul kemudian oleh sampel dengan komposisi tapioka sebesar 70:30, sedangkan sampel dengan komposisi tapioka : ampok sebesar 80:20 memiliki nilai rasio pengembangan yang terbesar yang mencapai rata-rata 115 lebih besar dibandingkan dengan volume awal. Pada sampel yang ditambahkan PVOH nilai rasio pengembangan cukup fluktuatif dengan nilai terendah dimiliki oleh sampel dengan komposisi tapioka : ampok sebesar 60:40, lalu disusul oleh sampel dengan komposisi 80:20. Sampel dengan komposisi tapioka:ampok 70:30 memiliki nilai rasio pengembangan yang paling baik. Hasil analisis statistik untuk mengetahui pengaruh perlakuan perbedaan komposisi tapioka terhadap nilai rasio pengembangan yang disajikan pada Lampiran 10 menghasilkan nilai P sebesar 0.0078 yang lebih kecil dari nilai alfa 0.05. Hal itu berarti perbedaan komposisi tapioka:ampok berpengaruh nyata terhadap nilai rasio pengembangan foam yang terbentuk. Kemudian dilakukan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan antar taraf pada perlakuan tersebut. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar taraf, yaitu komposisi tapioka:ampok 60:40 berbeda dengan komposisi 70:30 dan 80:20, sedangkan taraf 70:30 dan 80:20 tidak berbeda satu sama lain. Hasil uji tersebut juga menunjukkan bahwa komposisi 80:20 menghasilkan nilai rasio pengembangan yang paling nyata. Hasil uji ini sesuai dengan analisis hasil uji kekerasan pada bagian sebelumnya. Hal ini dapat dipahami karena semakin banyak pati yang terkandung di dalam sampel maka semakin banyak pati yang mengembang seiring terlepasnya uap air ke udara selama proses ekspansi pada microwave oven. Namun, pengembangan pati tersebut menimbulkan ruang berongga di dalam yang menyebabkan foam lebih rapuh dan dapat dengan mudah ditusuk oleh jarum penetrometer. Gambar 12. Grafik hubungan komposisi tapioka dan penambahan PVOH terhadap rasio pengembangan foam pati Hasil analisis statistika berikutnya untuk mengetahui pengaruh penambahan PVOH terhadap nilai rasio pengembangan pati menghasilkan nilai P sebesar 0.6966 yang lebih besar dari nilai alfa 0.05 sehingga disimpulkan bahwa penambahan PVOH tidak berpengaruh nyata 28 terhadap pengembangan foam. Begitu juga dengan nilai interaksi antara perlakuan komposisi tapioka:ampok dengan penambahan PVOH yang menunjukkan nilai P sebesar 0.6748 yang lebih besar dari nilai alfa 0.05. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh terhadap rasio pengembangan foam.

4.3.3 Densitas Kamba