30 yang lebih kecil dari nilai alfa 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan komposisi
tapioka:ampok berpengaruh secara nyata terhadap nilai absorbsi air. Hasil uji Duncan pada perlakuan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar taraf pada komposisi tapioka:ampok.
Foam dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 80:20 berbeda dengan foam yang berkomposisi 70:30 dan 60:30. Namun, foam berkomposisi 70:30 dan 60:40 tidak berbeda satu sama lain. Uji
Duncan tersebut juga menyatakan bahwa foam dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 80:20 memiliki pengaruh yang paling besar terhadap nilai absorbsi air. Hal itu berarti foam tersebut
paling banyak menyerap air daripada foam lainnya. Hal itu dikarenakan foam dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 80:20 memiliki lebih banyak granula pati yang mampu menyerap air dan
menahannya sehingga lebih banyak air yang dapat disimpan di dalam foam tersebut. Pada Gambar 14 juga terlihat bahwa secara umum nilai absorbsi air pada foam yang
ditambahkan PVOH meningkat secara linear dan lebih tinggi dibandingkan nilai absorbsi air pada foam yang tidak ditambahkan PVOH. Hal itu dikarenakan penambahan PVOH menyebabkan
peningkatan gugus hidroksil pada foam. Gugus hidroksil bersifat polar hidrofilik yang suka terhadap air sehingga menyebabkan lebih banyak air yang dapat terikat. Namun, uji statistika
untuk mencari hubungan antara perlakuan penambahan PVOH dengan absorbsi air pada penelitian ini menghasilkan nilai P sebesar 0.0532 yang lebih besar dari nilai alfa 0.05. Hal itu berarti
bahwa penambahan PVOH tidak berpengaruh nyata terhadap nilai absorbsi air. Demikian halnya dengan nilai interaksi kedua perlakuan terhadap nilai absorbsi air yang sebesar 0.5775 lebih besar
dari nilai alfa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata pada nilai absorbsi air.
4.3.5 Sifat Kompresi
Nilai kompresi didefinisikan sebagai sejumlah beban yang mampu ditahan oleh suatu bahan tepat sampai bahan tersebut pecah atau rusak karena tidak sanggup lagi menahan beban tersebut.
Pada uji ini digunakan universal testing machine yang berada di Laboratorium Uji Hasil Hutan, Fakultas Kehutahan, IPB. Proses pengukuran nilai kompresi ini dilakukan dengan cara memberi
tekanan di atas foam. Pemberian tekanan di atas dihentikan tepat saat foam tersebut pecah. Pada Gambar 15 terlihat proses perubahan bentuk yang terjadi selama proses kompresi pada foam. Pada
sisi sebelah kiri diilustrasikan proses pemberian tekanan pada foam sedangkan pada sisi sebelah kanan terlihat ilustrasi foam yang sudah mengalami deformasi. Pengukuran ini penting dilakukan
untuk mengetahui seberapa banyak beban yang dapat ditahan oleh oleh foam sebelum bahan tersebut rusak. Dalam aplikasinya sebagai bahan kemasan nilai kompresi ini dapat digunakan
untuk menentukan berapa jumlah tumpukan ditahan kemasan atau jumlah produk terkemas maksimum yang dapat ditampung dalam kemasan tersebut.
Gambar 15. Proses deformasi foam Roos 1995
31 Hasil pengukuran nilai kompresi disajikan pada Gambar 16 yang memperlihatkan bahwa
nilai kompresi foam baik yang ditambahkan maupun yang tidak ditambahkan PVOH nilainya cukup fluktuatif. Pada foam yang tidak diberi PVOH nilai kompresi tertinggi dimiliki oleh foam
dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 80:20. Namun, perbedaan nilai kompresi foam tersebut tidak berbeda jauh dengan foam yang berkomposisi sebesar 60:40 dan 70:30. Demikian halnya
dengan foam yang ditambahkan PVOH. Nilai kompresi bahan cukup fluktuatif dengan nilai tertinggi dimiliki oleh foam yang berkomposisi 70:30, yaitu sebesar 25.985 kgf, sedangkan yang
terendah dimiliki foam dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 60:40, yaitu sebesar 22.602 kgf.
Gambar 16. Grafik hubungan komposisi tapioka dan penambahan PVOH terhadap nilai kompresi foam
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa perbedaan komposisi tapioka:ampok tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kompresi foam Lampiran 13. Nilai P pada hubungan antara
komposisi tapioka:ampok dengan nilai kompresi foam sebesar 0.4689 atau lebih besar daripada nilai alfa 0.05. Demikian halnya dengan pengaruh penambahan PVOH terhadap nilai kompresi
foam yang sebesar 0.7235 yang juga lebih besar daripada nilai alfa 0.05. Hal itu berarti penambahan PVOH tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kompresi foam. Interaksi kedua
pengaruh tersebut terhadap nilai kompresi foam juga menunjukkan nilai P sebesar 0.1609 yang lebih besar dari nilai alfa, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan komposisi tapioka,
penambahan PVOH dan interaksi kedua perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kompresi foam.
Pada SNI 01-4853-2006 tentang pengemasan belut hidup melalui transportasi udara terdapat standar minimal tekanan yang harus dapat ditahan styrofoam, nilainya sebesar 900 kg m
s
2
yang setara dengan 99.046 kgf. Jika dibandingkan dengan standar tersebut maka foam yang dihasilkan pada penelitian ini masih jauh dari standar karena foam dengan kekuatan kompresi
terbaik hanya mampu menahan tekanan sebesar 25.985 kgf.
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Hasil uji karakter fisik foam pada penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan komposisi tapioka:ampok berpengaruh terhadap karakter fisik foam pati yang dihasilkan. Kandungan tapioka
di dalam campuran bahan berbanding lurus dengan nilai rasio pengembangan foam dan daya absorbsi airnya. Namun, kandungan tapioka di dalam campuran bahan berbanding terbalik dengan
sifat kekerasan foam yang terbentuk. Dengan demikian semakin banyak tapioka yang digunakan akan menyebabkan semakin berkembangnya foam yang terbentuk dan semakin tingginya
kemampuan foam untuk menyerap air. Di sisi lain, semakin banyak tapioka di dalam bahan menyebabkan struktur foam yang semakin rapuh. Foam dengan rasio tapioka:ampok sebesar 80:20
menghasilkan nilai terbesar pada rasio pengembangan, absorbsi air, dan penetrasi tusukan jarum pada uji kekerasan. Hasil uji karakter fisik ini juga menunjukkan bahwa perbedaan komposisi
tapioka:ampok tidak berpengaruh nyata pada sifat densitas kamba dan nilai kompresi foam.
Penambahan PVOH pada foam pati juga berpengaruh terhadap karakter fisik foam yang terbentuk. Penambahan PVOH berbanding lurus dengan sifat kekerasan foam yang dihasilkan.
Foam yang ditambahkan PVOH memiliki kekerasan yang lebih baik daripada foam yang tidak ditambahkan PVOH. Namun, penambahan PVOH ini tidak berpengaruh nyata pada nilai rasio
pengembangan, densitas kamba, daya absorbsi air dan sifat kompresi foam.
4.2 SARAN
Foam pati berbahan dasar tapioka dan ampok jagung ini cukup prospektif, tetapi membutuhkan kajian yang lebih dalam mengenai sifat biodegradabilitasnya. Selain itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut yang dapat mengaji penambahan PVOH pada rentang yang lebih besar. Penambahan bahan aditif lain seperti gliserol dan magnesium stearat juga perlu dikaji untuk
memperbaiki karakter fisik foam yang dihasilkan.