28 terhadap pengembangan foam. Begitu juga dengan nilai interaksi antara perlakuan komposisi
tapioka:ampok dengan penambahan PVOH yang menunjukkan nilai P sebesar 0.6748 yang lebih besar dari nilai alfa 0.05. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh kedua perlakuan tersebut
tidak berpengaruh terhadap rasio pengembangan foam.
4.3.3 Densitas Kamba
Densitas kamba didefinisikan sebagai perbandingan massa per satuan unit volume. Benda dengan densitas yang kecil bermakna benda tersebut dengan massa tertentu menempati volume
yang relatif lebih besar. Di sisi lain, benda yang mempunyai densitas yang besar bermakna benda tersebut dengan volume tertentu memiliki massa yang relatif lebih besar. Dalam aplikasinya
sebagai bahan kemasan, pengukuran densitas kamba menjadi sangat penting karena akan terkait dengan bobot kemasan yang berdampak terhadap biaya pengiriman barang.
Pada Gambar 13 terlihat bahwa sampel yang tidak ditambahkan PVOH memiliki nilai densitas kamba yang secara rata-rata bernilai lebih rendah dengan sampel yang ditambahkan
PVOH. Nilai densitas kamba pada sampel yang tidak ditambahkan PVOH berkisar pada 0.04295 dan 0.04325 gcm
3
. Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai densitas kamba pada sampel yang ditambahkan PVOH. Sampel tersebut mempunyai nilai densitas kamba yang
berkisar pada 0.04317 gcm
3
sampai dengan 0.04406 gcm
3
. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa pengaruh perbedaan komposisi tapioka:ampok dan penambahan PVOH tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai densitas kamba Lampiran 11. Nilai P pada perlakuan perbedaan komposisi tapioka:ampok sebesar 0.05306 yang lebih besar daripada nilai alfa. Demikian halnya
dengan nilai P pada perlakuan penambahan PVOH sebesar 0.2825 yang lebih besar dari nilai alfa 0.05. Interaksi kedua perlakuan tersebut juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai densitas
kamba. Hal ini ditandai dengan nilai P sebesar 0.5644 yang lebih besar dari 0.05.
Gambar 13. Grafik hubungan komposisi tapioka dan penambahan PVOH terhadap densitas kamba foam
Walau tidak berpengaruh nyata, perbedaan yang tergambar pada Gambar 13 dapat dijelaskan jika kita mengetahui suhu pendidihan PVOH. Titik didih PVOH berada pada 228
o
C yang berada jauh di atas titik didih air 100
o
C. Perbedaan titik didih ini menyebabkan perbedaan jumlah pelarut yang dapat terlepas ke udara pada proses ekspansi. Foam yang tidak ditambahkan
PVOH mengandung cukup banyak air yang dapat menguap ke udara saat ekspansi terjadi. Jumlah
29 uap air yang secara rata-rata menguap lebih banyak menyebabkan massa foam berkurang dan
membuat nilai densitas kamba foam yang dihasilkan lebih kecil. Foam yang ditambahkan PVOH lebih sulit melepaskan air maupun PVOH yang terkandung di dalamnya karena tingginya titik
didih PVOH tersebut. Hal ini membuat foam tersebut memiliki densitas kamba yang lebih besar. Pada SNI 01-4858-2006 tentang pengemasan ikan segar melalui sarana angkutan udara
terdapat standar densitas styrofoam yang nilainya berada pada rentang 38-41 kgm
3
atau setara dengan 3.80 - 4.10× 10
-2
gcm
3
. Merujuk pada standar tersebut maka tidak ada foam yang dihasilkan pada penelitian ini yang memenuhi standar. Foam dengan rasio tapioka:ampok sebesar
80:20 dan tidak ditambahkan PVOH memiliki densitas kamba yang paling dekat dengan standar SNI tersebut yaitu 4.29 ×10
-2
gcm
3
.
4.3.4 Daya Absorbsi Air