Sifat Kekerasan KARAKTER FISIK FOAM PATI

25 a b c d Gambar 10. Foto uji SEM a 80:20 non PVOH sebelum ekspansi b 80:20 non PVOH sesudah ekspansi c 80:20 PVOH sebelum ekspansi d 80:20 PVOH sesudah ekspansi perbesaran 1000×

4.3 KARAKTER FISIK FOAM PATI

Evaluasi karakter fisik foam pati penting untuk dilakukan untuk mengetahui karakter fisik foam pati yang dihasilkan. Informasi tersebut penting untuk diketahui karena berpengaruh pada aplikasi foam pati. Bhatnagar dan Hanna 1995 yang mengembangkan foam pati dari berbagai jenis pati melakukan beberapa uji untuk mengetahui karakter fisik foam pati yang dibuatnya. Uji yang dilakukan meliputi rasio pengembangan expantion ratio, densitas kamba, absorbsi air, kompresibilitas, dan kekerasan bahan. Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap karakter fisik foam pati.

4.3.1 Sifat Kekerasan

Pada uji kekerasan ini digunakan penetrometer dengan beban 150 g selama 5 detik. Foam diletakkan di bawah jarum penetrometer kemudian jarum dijatuhkan secara bebas bersama dengan beban yang berada di atasnya. Pengujian ini mengukur penetrasi jarum yang menusuk ke dalam foam dan diukur dalam satuan mm150 g 5 s. Semakin tinggi nilai yang terbaca pada penetrometer menandakan semakin dalam jarum tertusuk ke dalam foam. Gambar 11 menunjukkan hubungan antara komposisi tapioka : ampok dengan tingkat kekerasan bahan. Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada bahan yang tidak ditambahkan PVOH tingkat kekerasan bahan meningkat secara linear. Sampel dengan perbandingan 80 : 20 memiliki nilai tusukan jarum yang paling tinggi sebesar 3.86 mm150 g 5s. Kemudian pada sampel yang mengandung PVOH nilai kedalaman tusukan jarum fluktuatif dengan nilai terendah pada komposisi 60:40 dan tertinggi pada komposisi 70 : 30 sedangkan komposisi 80 : 20 menempati urutan kedua. 26 Gambar 11. Grafik hubungan komposisi tapioka dan penambahan PVOH terhadap kekerasan foam Dari hasil analisis statistika untuk mencari hubungan antara komposisi tapioka dengan kekerasan bahan yang disajikan pada Lampiran 9 didapatkan nilai P sebesar 0.0073 yang lebih kecil dari nilai alfa α = 0.05. Hal tersebut berarti bahwa perbedaan komposisi tapioka : ampok berpengaruh nyata terhadap kekerasan bahan. Hasil uji lanjut dengan uji Duncan menyatakan bahwa terdapat perbedaan antar taraf perlakuan dalam pengaruhnya terhadap kekerasan bahan. Komposisi 60:40 berbeda terhadap komposisi tapioka 70:30 dan 80:20, sedangkan komposisi tapioka 70:30 dan 80:20 tidak berbeda satu sama lain. Komposisi 80:20 memiliki nilai tusukan jarum yang paling tinggi. Hal ini menandakan bahwa foam tersebut yang paling rapuh sehingga tidak mampu menahan tusukan jarum. Jumlah pati yang cukup besar menyebabkan foam dapat berkembang begitu baik sehingga banyak meninggalkan ruang kosong pada foam. Ruang kosong inilah yang membuat foam menjadi puffy atau besar tapi berongga di dalam. Hasil analisis statistika untuk mencari hubungan antara penambahan PVOH terhadap kekerasan bahan menghasilkan nilai P sebesar 0.0282 yang lebih kecil dari nilai alfa α= 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan penambahan PVOH berpengaruh nyata terhadap kekerasan bahan. Hasil uji lanjut dengan uji Duncan menyatakan bahwa terdapat perbedaan antar taraf perlakuan dalam pengaruhnya terhadap kekerasan bahan. Sampel yang tidak ditambahkan PVOH secara rata-rata memiliki nilai tusukan jarum yang lebih besar dibandingkan dengan sampel yang ditambahkan PVOH. Hal ini menandakan bahwa sampel yang tidak ditambahkan PVOH relatif lebih rapuh dan tidak sanggup menahan tusukan jarum lebih baik dibandingkan dengan sampel yang ditambahkan PVOH. Dengan kata lain sampel dengan PVOH lebih keras dibandingkan dengan sampel yang tidak ditambahkan PVOH. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shogren et al. 1998 yang menyatakan bahwa penambahan PVOH dapat meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanan foam berbasis pati. Uji lanjut untuk menentukan pengaruh interaksi kedua perlakuan menghasilkan nilai P sebesar 0.1255 yang lebih besar dari nilai alfa α= 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan bahan.

4.3.2 Rasio Pengembangan