Daya Absorbsi Air KARAKTER FISIK FOAM PATI

29 uap air yang secara rata-rata menguap lebih banyak menyebabkan massa foam berkurang dan membuat nilai densitas kamba foam yang dihasilkan lebih kecil. Foam yang ditambahkan PVOH lebih sulit melepaskan air maupun PVOH yang terkandung di dalamnya karena tingginya titik didih PVOH tersebut. Hal ini membuat foam tersebut memiliki densitas kamba yang lebih besar. Pada SNI 01-4858-2006 tentang pengemasan ikan segar melalui sarana angkutan udara terdapat standar densitas styrofoam yang nilainya berada pada rentang 38-41 kgm 3 atau setara dengan 3.80 - 4.10× 10 -2 gcm 3 . Merujuk pada standar tersebut maka tidak ada foam yang dihasilkan pada penelitian ini yang memenuhi standar. Foam dengan rasio tapioka:ampok sebesar 80:20 dan tidak ditambahkan PVOH memiliki densitas kamba yang paling dekat dengan standar SNI tersebut yaitu 4.29 ×10 -2 gcm 3 .

4.3.4 Daya Absorbsi Air

Foam polistirena yang secara komersial diperjualbelikan memiliki absorbsi air yang rendah sehingga memiliki ketahanan air yang tinggi dan memiliki umur pakai yang lebih panjang. Foam yang berasal dari pati cenderung tidak tahan terhadap air dan lebih mudah terurai karena interaksinya dengan air. Pengukuran absorbsi air ini penting dilakukan untuk memprediksi umur pakai foam dan potensi pertambahan bobot foam karena kemampuannya menyerap air dari bahan yang dikemasnya. Absorbsi air yang tinggi menandakan foam lebih mudah menyerap air sehingga lebih rentan akan kerusakan, sedangkan nilai absorbsi air yang rendah menandakan bahan tersebut lebih sulit menyerap air dan lebih tahan terhadap kerusakan akibat interaksinya dengan air. Pada Gambar 14 terlihat secara umum bahwa daya serap air berbanding lurus dengan kadar tapioka dalam foam. Foam yang ditambahkan PVOH dengan komposisi tapioka : ampok 60:40 memiliki nilai absorbsi air yang paling rendah dan foam dengan komposisi 80:20 memiliki nilai absorbsi air yang paling tinggi. Namun, pada foam yang tidak ditambahkan PVOH nilai absorbsi airnya lebih fluktuatif. Nilai yang paling kecil dimiliki oleh foam dengan komposisi 70:30 disusul oleh pati dengan komposisi 60:40 dan yang paling tinggi nilai absorbsi airnya adalah foam dengan komposisi tapioka:ampok 80:20 Gambar 14. Grafik hubungan komposisi tapioka dan penambahan PVOH terhadap nilai absorbsi air Hasil analisis statistika untuk mencari hubungan antara pengaruh komposisi tapioka:ampok terhadap nilai absorbsi air yang disajikan pada Lampiran 12 menghasilkan nilai P sebesar 0.0011 30 yang lebih kecil dari nilai alfa 0.05. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan komposisi tapioka:ampok berpengaruh secara nyata terhadap nilai absorbsi air. Hasil uji Duncan pada perlakuan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar taraf pada komposisi tapioka:ampok. Foam dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 80:20 berbeda dengan foam yang berkomposisi 70:30 dan 60:30. Namun, foam berkomposisi 70:30 dan 60:40 tidak berbeda satu sama lain. Uji Duncan tersebut juga menyatakan bahwa foam dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 80:20 memiliki pengaruh yang paling besar terhadap nilai absorbsi air. Hal itu berarti foam tersebut paling banyak menyerap air daripada foam lainnya. Hal itu dikarenakan foam dengan komposisi tapioka:ampok sebesar 80:20 memiliki lebih banyak granula pati yang mampu menyerap air dan menahannya sehingga lebih banyak air yang dapat disimpan di dalam foam tersebut. Pada Gambar 14 juga terlihat bahwa secara umum nilai absorbsi air pada foam yang ditambahkan PVOH meningkat secara linear dan lebih tinggi dibandingkan nilai absorbsi air pada foam yang tidak ditambahkan PVOH. Hal itu dikarenakan penambahan PVOH menyebabkan peningkatan gugus hidroksil pada foam. Gugus hidroksil bersifat polar hidrofilik yang suka terhadap air sehingga menyebabkan lebih banyak air yang dapat terikat. Namun, uji statistika untuk mencari hubungan antara perlakuan penambahan PVOH dengan absorbsi air pada penelitian ini menghasilkan nilai P sebesar 0.0532 yang lebih besar dari nilai alfa 0.05. Hal itu berarti bahwa penambahan PVOH tidak berpengaruh nyata terhadap nilai absorbsi air. Demikian halnya dengan nilai interaksi kedua perlakuan terhadap nilai absorbsi air yang sebesar 0.5775 lebih besar dari nilai alfa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata pada nilai absorbsi air.

4.3.5 Sifat Kompresi