4
L. plantarum
L.  plantarum  merupakan  salah  satu  jenis  BAL  Bakteri  Asam  Laktat homofermentatif  dengan  temperatur  optimal  lebih  rendah  dari  37
o
C  Frazier  dan Westhoff,  1998.  L.  plantarum  berbentuk  batang  dan  tidak  bergerak  non  motil.
Bakteri  ini  memiliki  sifat  katalase  negatif,  aerob  atau  fakultatif  anaerob,  cepat mencerna  protein,  tidak  mereduksi  nitrat,  toleran  terhadap  asam  dan  mampu
memproduksi  asam  laktat.  L.  plantarum  dalam  media  agar,  membentuk  koloni berukuran  2
– 3 mm, berwarna putih  opaque,  conveks dan dikenal sebagai bakteri pembentuk  asam  laktat  Kuswanto  dan  Sudarmadji,  1988.  L.  plantarum  mampu
merombak  senyawa  kompleks  menjadi  senyawa  yang  lebih  sederhana  dengan  hasil akhir  yaitu  asam  laktat.  Menurut  Buckle  et  al.  2007  asam  laktat  dapat
menghasilkan  pH  yang  rendah  pada  substrat  sehingga  menimbulkan  suasana  asam. Pertumbuhan L.  plantarum dapat menghambat kontaminasi mikrooganisme patogen
dan  penghasil  racun  karena  memiliki  kemampuan  untuk  menghasilkan  asam  laktat dan  menurunkan  pH  substrat.  Selain  itu  bakteri  asam  laktat  dapat  menghasilkan
hidrogen  peroksida  yang  dapat  berfungsi  sebagai  antibakteri.  L.    plantarum  juga mempunyai  kemampuan  menghasilkan  bakteriosin  yang  berfungsi  sebagai  zat
antibiotik Jenie dan Rini, 1995. L.  plantarum    1A5,  1B1,  2B2  dan  2C12  merupakan  isolat  indigenus  yang
diisolasi  dari  daging  sapi  lokal  Indonesia  Arief  et  al.,  2008.  Senyawa  antimikrob tersebut  dapat  menghambat  pertumbuhan  bakteri  patogen  E.  coli,  Salmonella
enteritidis  ser.  Typhimurium,  S.  aureus.    P.  aeruginos  dan  B.  cereus.  Senyawa antimikrob yang diproduksi Lactobacillus sp. 1A5, 1B1, 2B2 dan 2C12 mengandung
bakteriosin.
Bakteriosin
Bakteriosin  adalah  antibakteri  protein  kelompok  heterogen  yang  berbeda dalam spektrum aktivitas, pola kerja, berat molekul, asal genetik, dan sifat biokimia
Omar  et  al.,  2006.  Bakteriosin  umumnya  dihasilkan  oleh  Bakteri  Asam  Laktat BAL,  yang  memproduksi  asam  laktat  sebagai  produk  utama  metabolisme.  Asam
laktat  memiliki  kemampuan  menghambat  pertumbuhan  mikroba  dalam  makanan, sehingga meningkatkan keamanan dan daya simpan pangan Usmiyati et al., 2009.
5 Bakteriosin  merupakan  substansi  protein,  umumnya  mempunyai  berat
molekul  kecil  serta  memiliki  aktivitas  sebagai  bakterisidal  dan  bakteriostatik. Pengujian    bakteriosin  dapat  menggunakan  metode  difusi  sumur,  dengan  indikator
terdapat zona hambat di sekitar sumur. Diameter zona hambat yang terbentuk dapat berupa  diameter  zona  bening  di  sekeliling  sumur  yang  menunjukkan  sifat
bakterisidal membunuh bakteri maupun diameter zona semu yang merupakan sifat bakteriostatik menghambat pertumbuhan mikroba.  Bakteriosin merupakan protein
atau peptida pada bakteri yang menunjukkan aksi bakterisidal ataupun bakteriostatik terhadap  spesies  yang  umumnya  berkerabat  dekat  namun  terdapat  pula  beberapa
jenis bakteriosin dapat menunjukkan spektrum yang lebih luas Jimenez-diaz, 1993. Sifat  antagonistik  bakteriosin  telah  banyak  dimanfaatkan  dalam  bidang
biopreservatif  pangan,  karena  memiliki  kemampuan  menghambat  bakteri  Gram positif  atau  Gram  negatif.  Banyak  bakteriosin  dapat  secara  bakterisidal  melawan
spesies-spesies dan strain yang berkerabat dekat dengan bakteriosin tersebut, namun beberapa  bakteriosin  dapat  secara  efektif  melawan  banyak  bakteri  dari  spesies  dan
genus  yang  berbeda  Ray  dan  Bhunia,  2008.  Saat  ini  bakteriosin  sudah  mulai diterapkan  sebagai  salah  satu  biopreservatif  karena  bersifat  alami  dan  tidak
menyebabkan  efek  negatif  pada  konsumen.  Molekul  protein  bakteriosin  mengalami degradasi  oleh  enzim  proteolitik  dalam  pencernaan  manusia  sehingga  tidak
membahayakan.  Bakteriosin  telah  digunakan  di  negara  maju  sebagai  biopreservatif pada  bahan  pangan  karena  memiliki  kemampuan  menghambat  bakteri  perusak  dan
patogen,  serta  tidak  meninggalkan  residu  yang  menimbulkan  efek  negatif  pada manusia Usmiyati et al., 2009.
Bakteri Patogen
Bakteri  patogen  merupakan  mikroorganisme  yang  dapat  menyebabkan penyakit. Bakteri tertentu dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Beberapa jenis
penyakit  tersebut  dapat  dipindahkan  melalui  pangan,  diantara  penyakit  yang disebabkan  kerusakan  pangan  yaitu  keracunan  makanan,  kolera  dan  tifus  Gaman
dan Sherrington, 1992. Bakteri yang tumbuh di dalam bahan pangan terbagi menjadi dua  yaitu  bakteri  pembusuk  yang  dapat  menyebabkan  kerusakan  makanan  dan
bakteri  patogen  penyebab  penyakit  pada  manusia.  Jumlah  bakteri  pembusuk umumnya  lebih  dominan  dibandingkan  dengan  bakteri  patogen.  Beberapa  mikroba
6 yang diamati sebagai bakteri pembusuk dan patogen pada produk fermentasi adalah
dari famili Enterobactericeae Fardiaz, 1992.
Terdapat  dua  cara bakteri  dapat  menularkan penyakit pada manusia  yaitu  1 intoksikasi, yaitu makanan mengandung toksin yang dihasilkan bakteri yang tumbuh
di  dalam  makanan  tersebut,  dan  2  infeksi,  yaitu  penyakit  yang  disebabkan  bakteri masuk  ke  dalam  tubuh  melalui  makanan  yang  telah  terkontaminasi  dan  ada  reaksi
dari  tubuh  terhadap  keberadaan  atau  metabolit-metabolit  yang  dihasilkan  bakteri selama tumbuh di  dalam  tubuh  Frazier dan Westhoff, 1998.  Bakteri secara umum
dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan sifat pewarnaan Gram yaitu Gram positif dan  Gram  negatif.  Bakteri  Gram  positif  adalah  bakteri  yang  memberi  respon
berwarna  biru  keunguan  jika  dilakukan  uji  pewarnaan  Gram,  sedangkan  Gram negatif  memberikan  respon  warna  merah  jika  dilakukan  uji  pewarnaan  Gram
Tortora et al., 2006.
E. coli